Makassar, The City of Open Minds: Menyambut 418 Tahun Kota Daeng
Dr. Syamsul Bahri., M.Si (Ketua DPW. PERISAI SYARIKAT ISLAM SULAWESI SELATAN)--
Oleh: Dr. Syamsul Bahri., M.Si
(Ketua DPW. PERISAI SYARIKAT ISLAM SULAWESI SELATAN)
DISWAY, SULSEL - Makassar genap berusia 418 tahun — usia yang menandakan perjalanan panjang sebuah kota yang terus tumbuh, beradaptasi, dan memantapkan diri sebagai pusat kemajuan di kawasan Indonesia Timur. Dengan semangat “The City of Open Minds”, momentum peringatan hari jadi ini menjadi refleksi bersama bagi seluruh warga kota untuk meneguhkan kembali identitas Makassar sebagai kota yang terbuka, maju, dan berdaya saing.
Sebagai kota terbesar dan paling dinamis di wilayah timur Indonesia, Makassar adalah kunci episentrum aktivitas ekonomi, budaya, dan pemerintahan. Letaknya yang strategis menjadikannya simpul penting dalam jaringan perdagangan nasional maupun internasional. Maka tidak berlebihan jika Makassar disebut sebagai pintu gerbang kemajuan kawasan timur Nusantara.
Sejarah mencatat, jauh sebelum Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Makassar telah menjadi rebutan kekuatan kolonial. Posisi strategis di jalur rempah-rempah dan akses perdagangan antarwilayah menjadikan kota ini incaran VOC dan bangsa Eropa lainnya. Dari situlah Makassar tumbuh sebagai kota pelabuhan yang kosmopolit, tempat berbagai suku dan bangsa bertemu, berdagang, dan bertukar gagasan.
Kini, di usia ke-418, Makassar menghadapi tantangan baru di era digital dan globalisasi. Sebagai kota metropolitan, Makassar dituntut untuk terus berbenah, berinovasi, dan menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman.
Pergantian kepemimpinan dalam dinamika demokrasi harus menjadi momentum untuk melahirkan kebijakan yang berpihak pada kemajuan kota dan kesejahteraan warganya.
Semangat “Makassar, The City of Open Minds” hendaknya menjadi ruh baru bagi masyarakat — simbol keterbukaan berpikir, bertindak, dan berinovasi tanpa meninggalkan nilai-nilai lokal. Keterbukaan bukan berarti kehilangan jati diri, tetapi menjadi fondasi bagi kolaborasi dan kemajuan bersama.
Sejarah juga membuktikan bahwa Makassar adalah kota yang tidak alergi terhadap perubahan. Pergantian nama dari Makassar ke Ujung Pandang, lalu kembali lagi ke Makassar, menjadi cermin kesadaran sejarah masyarakatnya yang adaptif. Kota ini tidak takut berubah, selama perubahan itu mengarah pada kebaikan dan kemajuan.
Di usia ke-418 ini, Makassar diharapkan mampu memperkuat citranya sebagai kota yang terbuka terhadap gagasan, menerima perbedaan, dan terus melangkah maju. Sebuah kota yang menjadi rumah bagi keberagaman, laboratorium ide, dan ruang tumbuh bagi generasi masa depan.
Karena sejatinya, Makassar bukan hanya tentang bangunan tinggi dan jalanan yang sibuk — tetapi tentang manusia-manusia yang berpikiran terbuka, yang menjadikan keterbukaan sebagai kekuatan untuk membangun peradaban.
Selamat Ulang Tahun ke-418, Kota Makassar.
Teruslah menjadi The City of Open Minds.
Sumber:

