Serentak Kepala Daerah

Sabtu 01-03-2025,09:17 WIB
Oleh: Akbar Nur Qadri

Syahdan, kala menduduki kursi presiden, tak ada lawan, tak ada musuh, tak diampuni. Tak kecuali, sipir penjara yang dulu menyiksanya di rumah tahanan. Saat bersua di restoran, sipir itu ditraktirnya. Meski, sipir itu telah siap, andai presiden itu melampiaskan balas dendamnya.

“Saat berjalan keluar dari pintu penjara menuju gerbang kebebasan, saya ikhlas tak menjejak kepahitan, kebencian masa lalu, yang membuat saya serasa masih berada di dalam penjara” ujar Mandela.

Di antara banyak buku, penulis Peter Lim mengungkap di buku “Nelson Mandela, Sebuah Biografi” (2017). Mandela berkata, “Do not judge me by successes, judge me by how many times I feel down and got back up again”. Jangan ukur saya dengan keberhasilan sekarang, ukurlah saya dengan seberapa kali saya jatuh dan kembali bangkit.

Kepala daerah terpilih -- langsung suara rakyat -- hukum besinya mesti ada pesaing disisih. Sekalipun, kotak kosong. Maka menang di pertaruhan -- lebih lagi di gelanggang politik – nikmatnya tiada tara. Kebalikannya, menerima kekalahan, tiada terkira. 

Dan, lebih pedih lagi. Jika KPU telah ketok palu keluar jadi pemenang, MK belakangan menganulir. Pahitnya, tak hanya saya yang ikut merasai, aparat keamanan pun merasai. Siaga penuh di sekian daerah. Rusuhkah terjadi, misal sediakala? Tidak! Akhir tahun lalu, 545 daerah serentak berpilkada, tak terkira dari sebelumnya, tak ada gangguan berarti.

Dahsyat, kenapa? Sekian pengamat berdalih, rakyat kita kian matang berpolitik. Mendiang Cak Nur, pernah berkira, “demokrasi kita idialnya akan bersua 20-25 tahun kelak”. Tapi saya, pekerja politik, berkira lain. Pembukti, kian apatis pragmatisnya pemilih kita. Kian jauhnya jarak – tak melekatnya – antara pemilih dan pemimpin dipilih. Musababnya? Akh, semua kita tahu!

“Mohon petunjuk kanda, saya mesti berbuat apa di derah ini ke depan?” isi pesan satu kepala daerah terpilih. Pesannya, mengingatkan saya pada Niccolo Machiavelli, di bukunya “Il Principe” Sang Penguasa (2019). Berisi ajaran Machiavelli pada Sang Pangeran soal kekuasaan. Meraih, menerapkan, juga memperluas agar maksimal membuahkan hasil.

Machiavelli ikut menginspirasi saya. “Silahkan adinda, aturlah itu takdir jadi penguasa”. Sekira lebih urgen saya ingatkan, “maksimalkan hubungan baikmu dengan rakyat”. Rakyat kita, kini tak peduli kinerja pemimpinnya. Dipeduli style, relasi baiknya kepada rakyat. Pemimpin kata Gerorge W. Bush, seseorang yang senantiasa mendekat, menyatukan orang-orang. 

Kini, demokrasi dan kepemimpinan di seantero bumi, tulis Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt di bukunya, “How Democracies Die” (2005), telah buram esensinya. Direduksi kemutakhiran sains, juga oligarki kapital. Sialnya, pemimpin menjauhi risiko, beralih populis. Pemilu usai, relasi pemimpin dan yang memilih, pun usai sudah. Tersisa, fatsoen. Retorika simbolik.

Anak merjuk matanya merah/ bertemu Pak Raden diberi kedondong/ Kalau sudah jadi kepala daerah/ perintah Bapak Presiden dipatuhi dong!

Pantun itu, ditutur -- sosok di bawah umur -- kita pilih jadi Wapres. Sepakat kita, semua tahu republik ini kesatuan, dipimpin seorang Kepala Negara. Dan kami tahu, di Magelang itu pemimpin kami pilih memimpin daerah, dibaptis soal itu. Tetapi usah "dibaiat", semata mendengar atasan. Kami ini yang di bawah, pemilik kedaulatan, memilih justru atasan mesti didengar.

Cukuplah, “dwi tunggal” pemimpin kami itu, dominan “dijodoh paksa” di pusat. Saatnya serahi kami merawat. Agar utuh, akur dalam satu makhligai rumah besar. Melayani, memenenuhi mimpi-mimpi kami di daerah-daerah. 

Selamat datang para pemimpin baru. Di Sulsel, rata adik-adik saya. Maaf, jika esok atau lusa, saya tak ikut hadir menjemput di bandara. Cukuplah, ini saya titip pantun. “Ini bukan ayam tapi itik/ leher panjang angsa namanya/ Hari ini resmi dilantik/ Jaga amanah dan nama baiknya. Cakeeep, hi hi hi

 

 

Kategori :

Terkait

Sabtu 01-03-2025,09:17 WIB

Serentak Kepala Daerah

Rabu 26-02-2025,11:04 WIB

Indonesia Gelap

Jumat 24-01-2025,08:01 WIB

Laut Tak Suka Dikekang

Senin 20-01-2025,14:11 WIB

Tak Ada Makan Siang Gratis

Senin 13-01-2025,16:05 WIB

JIMMY