Untuk jangka pendek, ia menyarankan untuk tidak membeli emas karena harganya yang cenderung naik turun apalagi di tengah ketidakpastian global.
“Portofolio apakah emas, obligasi saham dan seterusnya, memang portofolio pilihannya bahwa kemungkinan suku bunga akan naik dalam waktu dekat, karena the fed akan naikkan suku bunga kemungkinan,” jelasnya.
Sementara itu, Ekonom Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Sutardjo Tui, menyarankan agar investor memahami betul karakteristik emas sebelum terjun. Ia menyebut selisih harga beli dan jual di Pegadaian bisa mencapai Rp180 ribu per gram, belum termasuk pajak maksimal 3 persen dan biaya administrasi.
“Emas memang bisa dijadikan jaminan, tapi bagi yang dananya terbatas, investasi di properti bisa lebih menjanjikan karena bisa memberi passive income,” ujar Sutarjo.
Dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya, investasi emas melalui Pegadaian tetap menjadi pilihan menarik, terutama bagi pemula yang mengutamakan keamanan. Namun, kata Sutardjo Tui sebagaimana investasi lainnya, keputusan berinvestasi emas sebaiknya dilakukan dengan pertimbangan jangka panjang, kesabaran, serta pemahaman yang matang terhadap risiko dan biaya-biaya tambahan.
“Ingat ada selisih harganya, di pegadaian dan bank sama, antam juga begitu, pajaknya ada paling tinggi tiga persen, ada biaya adminnya juga,” tutupnya. (Fath/G)