Pemilu 2029 mendatang diprediksi akan kembali mempertemukan pemilu legislatif dan pemilihan kepala daerah dalam waktu yang berdekatan. Usman melihat hal itu sebagai tantangan serius yang menuntut kesiapan partai sejak dini.
Ia juga mengingatkan, seharusnya ini juga berlaku hingga ke tingkat kabupaten/kota.
Ketua DPD PAN, kata Usman, mestinya juga diproyeksikan untuk maju sebagai calon bupati atau wali kota di wilayah masing-masing.
“Persiapan calon kepala daerah harus dimulai sejak sekarang, jangan tunggu injury time,” ujarnya.
“Kalau partai ini ingin naik kelas, maka semua struktur harus berpikir eksekutif. Tidak bisa hanya jadi penonton dalam pertarungan politik,” sambung Usman Lonta.
Di tengah dinamika Muswil PAN ini, nama Komisaris Jenderal Polisi Mohammad Fadil Imran mulai disebut-sebut sebagai salah satu figur potensial pada Pilgub Sulsel 2029. Peluang mantan Kapolda Metro Jaya itu disebut bisa terbuka lebar apabila adiknya Husniah Talenrang mampu mengendarai PAN Sulsel.
Pengamat politik dari Indeks Politica Indonesia (IPI), Suwadi Idris Amir, mengatakan peta dukungan PAN akan sangat dipengaruhi oleh hasil Musyawarah Wilayah (Muswil) PAN Sulsel yang tengah bersiap menentukan ketua baru.
“Nah, begini. Tahun 2029 nanti, karena Chaidir sudah dua periode menjabat sebagai bupati, artinya berpotensi minimal menjadi calon wakil gubernur. Tapi Husniah itu kan baru satu periode jadi bupati di Gowa," sebut Suwadi.
"Ketika Pak Fadil Imran pensiun nanti, maka target berikutnya pasti adalah Pilgub. Nah, karena ada potensi mengejar Pilgub, maka Husniah pasti akan menyiapkan partai politik sebagai kendaraan untuk kakaknya agar bisa ikut bertarung di tahun 2029,” jelasnya.
Direktur Eksekutif IPI ini menilai, kekuatan jaringan Fadil Imran akan menjadi faktor penting dalam prosesnya menuju Pilgub 2029.
Khususnya, jika Kabaharkam Polri itu mendapat dukungan dari partai yang cukup berpengaruh seperti PAN.
“Menurut saya, besar kemungkinan kekuatan jaringan dari Pak Fadil Imran akan sangat berarti dalam proses ini,” tambahnya.
Ia juga menilai bahwa dinamika internal PAN Sulsel saat ini relatif kondusif. Kendati baik Chaidir maupun Husniah sama-sama memiliki basis kuat, ia melihat kemungkinan kompromi antara keduanya cukup besar.
“Saya berbicara dalam konteks apabila keduanya (Chaidir dan Husniah) sama-sama menginginkan posisi ketua. Namun, jika misalnya DPP membuka ruang diskusi di antara para kader maka saya sangat yakin Pak Chaidir akan lebih cenderung mengalah dan menyerahkan kepada Husniah,” tuturnya.
Suwadi beralasan, hubungan antara Chaidir dan Fadil Imran cukup baik dan itu bisa mendorong adanya keputusan yang bersifat kekeluargaan dalam Muswil PAN Sulsel.
“Karena beliau bisa menerima ketika di tahun 2009 PAN memilih Fadil Imran (sebagai calon gubernur). Hubungan antara Chaidir dan Pak Fadil juga bagus," ujarnya.