DISWAY SULSEL — Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin sukses menyelenggarakan kuliah umum bertajuk "Fenomena Islam dalam Hubungan Internasional Kontemporer" . Kegiatan tersebut berlangsung di Aula Prof. Syukur Abdullah, FISIP Unhas, Kamis (13/11/2025).
Kuliah umum dibuka secara resmi oleh Dekan FISIP Unhas, Dr. Phil Sukri, M.Si., yang dalam sambutannya menyampaikan apresiasi terhadap diaktifkannya kembali Laboratorium Hubungan Internasional FISIP Unhas.
Ia berharap laboratorium tersebut dapat berkembang menjadi pusat aktivitas akademik yang lebih besar, inovatif, dan menarik di masa mendatang.
Kegiatan ini menghadirkan tiga narasumber, yakni Prof. Darwis, Ph.D., Agussalim Burhanuddin, S.IP., M.Si., serta Adi Suryadi Culla, S.IP., M.Si.
Dalam pemaparannya, Prof. Darwis membahas rekonfigurasi Islam global yang kini mengalami pergeseran, dari dominasi kawasan Eropa dan Asia Timur menuju Amerika Serikat.
Ia menjelaskan bagaimana arus migrasi dan globalisasi mendorong persebaran umat Muslim di berbagai belahan dunia.
"Salah satunya adalah peningkatan populasi Muslim di Eropa dan Asia Timur, termasuk Cina, Jepang, dan Korea, yang dipengaruhi oleh mobilitas tenaga kerja dan pelajar dari Asia Tenggara serta Asia Selatan," ujarnya.
Prof. Darwis juga menekankan, pertumbuhan komunitas Muslim di Amerika Serikat yang semakin beragam, termasuk meningkatnya partisipasi politik mereka.
Dia mencontohkan fenomena terpilihnya Zohran Mamdani sebagai Wali Kota New York pada 2025.
"Ini menjadi simbol politik moral progresif sekaligus representasi meningkatnya keterlibatan politik Muslim di level nasional," jelasnya.
Sementara itu, Adi Suryadi Culla mengulas perspektif Islam dalam hubungan internasional dengan landasan Surah Al-Hujurat ayat 13.
Ia menegaskan bahwa nilai perdamaian, kesetaraan antarbangsa, serta prinsip persaudaraan menjadi fondasi penting dalam interaksi global menurut ajaran Islam.
"Sebuah pandangan yang berbeda dari perspektif realisme dalam studi hubungan internasional," katanya.
Ia juga menelusuri praktik diplomasi Nabi Muhammad SAW yang dibangun atas dasar komunikasi, penghormatan, dan hubungan antarkelompok yang harmonis.
Sebagai penanggap, Agussalim Burhanuddin turut mengurai fenomena politik Muslim dengan menyoroti kembali kasus Zohran Mamdani sebagai contoh aktual posisi politik komunitas Muslim dalam dinamika global.