Respon AIA Soal Survei Polmark

<!-- wp:paragraph --> <p><strong>DISWAY, Makassar</strong> - Ketua DPD Gerindra Sulawesi Selatan (Sulsel), Andi Iwan Darmawan Aras (AIA) memberikan respon dingin soal hasil survei Polmark Indonesia yang beredar luas menyoal tingkat elektoral partai politik di Sulsel.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Di mana dalam hasil survei Polmark itu, Partai Golkar berada di posisi pertama dengan<br>20,7 persen, disusul NasDem 8,5 persen dan Gerindra 8,4 persen.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Menurut AIA, hasil survei Polmark Indonesia itu merupakan sumber motivasi bagi kader Gerindra di Sulsel untuk lebih memantapkan kerja - kerja mesin partai menghadapi Pemilu 2024 nanti.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Meski, kata AIA, terkadang hasil lembaga survei antara satu dengan lainnya mengalami perbedaan cukup signifikan.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>"Terlepas dari itu, saya selaku kader Gerindra mengapresiasi hasil survei yang dikeluarkan oleh Polmark. Dan tentunya saya mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Sulawesi Selatan memberikan kepercayaan berdasarkan hasil survei<br>tersebut, " kata AIA melalui sambungan telepon.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Menurut Legislator Senayan dari Daerah Pemilihan (Dapil) II Sulsel ini, tentu hasil survei tersebut menjadi acuan dan dorongan kader Gerindra di Sulsel.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>"Untuk meningkatkan kerja - kerja, bagaimana memperlihatkan merebut kepercayaan masyarakat Sulsel agar dapat mempercayai partai Gerindra menjadi wakil mereka di parlemen dan pemerintahan, " sambung AIA.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Hanya saja, ungkap AIA, biasanya survei partai politik memiliki sejumlah variabel yang mempengaruhi keterpilihan parpol di masyarakat.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Itu dipengaruhi mulai dari ketokohan partai tersebut, baik di tingkat pusat hingga tingkatan Provinsi, maupun kabupaten dan kota.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>"Yang paling utama mempengaruhi hasil survei atau output itu, nantinya adalah kader yang kira-kira bisa mendapat kepercayaan masyarakat untuk suara partai, " ucap AIA.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Wakil Ketua Komisi V DPR RI ini mencontohkan, ketika maju di bursa pencalonan Anggota Legislatif tingkat pusat di Dapil II Sulsel. Hasil survei yang diperoleh kerap berada di posisi bawah.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Namun hasil survei tersebut berbanding terbalik ketika perolehan suara yang dimiliki sudah keluar.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>"Saya kasih contoh, waktu saya pertama kali maju Caleg, pada periode yang lalu. Saya oleh lembaga survei ditempatkan di posisi ke 27, yang terbaik itu saya di posisi 17. Tapi kenyataannya dalam proses pemilihan setelah outputnya keluar, saya Alhamdulillah bisa nomor urut satu dari semua Caleg, " bebernya.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Maka dari itu, AIA mengaku enggan merespon hasil lembaga survei secara serius. Lantaran survei terhadap partai politik memiliki sejumlah variabel. Belum lagi, kata dia, hasil riset antara lembaga survei dan lainnya kerap mengalami perbedaan cukup signifikan.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>"Jangankan daerah, tingkatan nasional pun survei itu kadang angkanya berbeda. Saya tidak tahu hasil survei itu dipengaruhi oleh metode mengumpulkan data atau apa, sehingga kenapa kemudian hasilnya itu terkadang berbeda. Padahal kalau dipikir metodenya sama. Nah, itu yang menjadi pertanyaan, " urainya.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Akibatnya, kata dia, dengan hasil survei yang mengalami perbedaan cukup signifikan kerap membuat masyarakat bingung. Apalagi, hasil survei yang biasanya di luar perkiraan atau mengalami perbedaan cukup signifikan.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>"Tidak dipungkiri juga kadang - kadang hasil survei itu di luar perkiraan. Saya mau bilang begini, coba kita bandingkan tiga lembaga survei langsung. Yang melakukan survei bersamaan di dalam satu wilayah yang sama dan objek yang sama. Kita lihat hasilnya. Makanya dibutuhkan survei pembanding. Cara pengambilan sampel dan datanya itu benar, " tukasnya.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Terkait hasil survei internal Gerindra Sulsel, AIA mengaku, sejauh ini masih dalam proses yang dilakukan tingkat Dewan Pimpinan Pusat secara serentak di sejumlah Provinsi.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>"Survei internal Gerindra, kami dari Provinsi tidak melakukan itu. Yang melakukan itu, adalah nasional. Melakukan survei di beberpa provinsi besar di seluruh Indonesia dan saat ini masih on progres atau berjalan, " ucapnya.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Menurut Legislator Senayan dua periode ini, hasil survei internal Gerindra Sulsel akan dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam menentukan sikap dan strategi menyambut Pemilu 2024 nanti. Hasilnya pun, kata dia, tidak akan diekspose dan hanya diperuntukkan bagi internal.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>"Sebenarnya lembaga survei ini kalau diekspose tujuannya buat apa. Harusnya survei ini dibuat untuk memperbaiki pencapaian - pencapaian di masyarakat, harusnya kan wilayahnya di situ, bukan wilayah ekspose. Karena kalau ekspose tujuannya apa, maksudnya apa? Karena kita sama-sama paham dalam proses survei, " bebernya.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Maka dari itu, AIA menilai fenomena yang terjadi sesama lembaga survei, kerap terjadi perbedaan cukup signifikan pada outputnya sangat ekstrim.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>"Itu ekstrim. Tapi kalau perbedaannya tidak terlalu jauh, tidak signifikan. Saya kira survei patut menjadi acuan. Inikan pembentukan - pembentukan opini. Dan menurut saya survei itu dipakai untuk evaluasi internal. Bukan untuk dalam konteks ekspose, " katanya.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Mengingat tujuan survei selama ini dipakai untuk mengukur kerja - kerja mesin partai, progresnya seperti apa. Kemudian dipakai untuk mengevaluasi upaya memperbaiki capaian.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>"Tapi elite parpol itu pasti sadar, kita punya acuan masing - masing. Kita punya survei masing - masing. Pencapaian partai ke depan. Tidak kami ekspose, " imbuhnya.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Diketahui dalam survei Polmark Indonesia yang beredar luas, ada 17 partai politik yang tercantum. Tertinggi adalah Partai Golkar dengan elektoral 20,7 persen, disusul NasDem 8,5 persen dan Gerindra 8,4 persen.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Dari data yang diterima, jumlah responden untuk survei itu disebutkan sebanyak 3.311 orang dari tiga daerah pemilihan (Dapil) di Sulsel dengan margin eror 1,7 persen.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Berdasarkan informasi dihimpun, hasil survei tersebut merupakan bahan yang dipaparkan Polmark Indonesia dalam kegiatan Workshop Political Marketing Dewan Pimpinan Wilayah Partai Persatuan Pembangunan (DPW PPP) Sulsel beberapa waktu lalu.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Namun dikonfirmasi terpisah, CEO Polmark Indonesia, Eep Saefulloh belum memberikan respon, baik via pesan singkat maupun sambungan telepon.***</p> <!-- /wp:paragraph -->