<strong>diswaysulsel.com, MAKASSAR</strong> -- Beredar isu, hubungan <a href="https://diswaysulsel.com/alasan-rasional-wali-kota-makassar-rel-kereta-api-menggunakan-konsep-layang/">Wali Kota Makassar</a>, Mohammad Ramdhan Pomanto dan Partai NasDem retak. Berawal saat musyarawah rakyat (Musra) di Makassar beberapa waktu lalu untuk mencari figur pengganti Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2024. Danny Pomanto -sapaan familier <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Ramdhan_Pomanto">Moh Ramdhan Pomanto</a> menjadi pembina relawan Jokowi di Sulsel di Musra yang memunculkan nama Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dari PDI Perjuangan sebagai pelanjut Jokowi tersebut. Tentu ini pun bertolak belakang dengan keinginan Partai NasDem yang mengusung Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden. Bahkan ketika Anies Baswedan melakukan safari politik di Makassar, Danny tidak terlihat menghadiri. Kabar miring beredar, orang nomor satu di pemerintahan Makassar tersebut tidak dilibatkan. Tak hanya itu, insiden kegiatan tarik tambang IKA Unhas yang berujung maut di Makassar menuai sorotan Wakil Ketua Umum Partai NasDem, Ahmad Ali. Banyak rumor yang berkembang, dengan adanya keretakan hubungan tersebut, Danny Pomanto di gadang-gadang akan hengkang. Meski telah ikut andil membesarkan NasDem di Makassar. Buktinya di Pilwali Makassar 2020, Danny Pomanto yang berpasangan Fatmawati Rusdi berhasil keluar sebagai pemenang ketika mengendarai NasDem. Namun dengan adanya keretakan hubungan tersebut, kini Danny Pomanto diisukan akan hengkang dari NasDem. Serta berpotensi merapat ke PDI Perjuangan. <h3>Beda Visi-Misi</h3> Pengamat Politik dari Unhas, Sukri menuturkan, jika nantinya Danny Pomanto hijrah otomatis akan merugikan Partai NasDem, apalagi telah memasuki tahun politik. Danny Pomanto merupakan elite politik cukup berpengaruh serta kepala daerah aktif. Dekan Fisip Unhas tersebut menyatakan, kerugian lain bagi NasDem jika wali kota Makassar itu hengkang adalah akses ke eksekutif. Sehingga NasDem perlu memastikan Danny Pomanto tidak hengkang. Adapun sikap Danny Pomanto cenderung ke figur lain di Pilpres ketimbang usungan NasDem, menurut Sukri, itu merupakan sesuatu yang lumrah dalam politik. "Itu bukan hal yang aneh, ada kader partai secara personal berbeda dukungan partai secara institusional. Karena itu, ini akan mengarah ke penegasan sikap Danny Pomanto dengan semua konsekuensinya atau kemudian memilih keluar karena tidak sejalan," bebernya. <h3>Figur Potensial</h3> Di sisi lain, Sukri menambahkan, Partai NasDem perlu menimbang secara matang jika hendak melepas Danny Pomanto. Mengingat Danny Pomanto merupakan figur potensial. "Cuma di sisi lain NasDem juga harus berfikir akan membiarkan begitu saja salah satu kader yang potensial untuk partai kemudian hengkang begitu saja hanya karena barangkali ada perbedaan pilihan," ucapnya. Sebelumnya Pengamat Politik, Andi Naharuddin mengatakan, NasDem mesti memperhitungkan sosok Danny Pomanto. Sebab wali kota Makassar berlatar belakang arsitek tersebut memiliki potensi besar ke depannya. "Kalau kita mengamati itu figur Pak Danny, ini seseorang yang mempunyai kans untuk memenangkan kompetisi politik. Maka serangan ke yang bersangkutan akan semakin kencang, menunjukkan bahwa ini figur penantang yang serius, salah satu cara untuk menurunkan atau menghentikan seseorang yang mau maju di kompetisi politik adalah dengan menyerang dengan berbagai lini," ucapnya. "Sekarang ini kita lihat kalau ada figur yang punya kans tinggi, dia punya elektabilitas. Maka itu akan berbanding lurus juga serangan kepada yang bersangkutan, itu kita sering lihat di Pak Danny," tandasnya. (*) Penulis: Akbar NQ
NasDem Tak “Adem” Tanpa Danny
Selasa 27-12-2022,09:15 WIB
Editor : admin
Kategori :