Taruhan Draf

Selasa 26-04-2022,08:55 WIB
Reporter : admin
Editor : admin

<!-- wp:paragraph --> <p>Oleh: Dahlan Iskan</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>DISWAY -- INI hari ketiga setelah Presiden Jokowi mengumumkan larangan total ekspor minyak sawit.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Harga minyak goreng di pasar masih bervariasi. Ada yang turun sedikit. Ada yang naik sedikit –seperti dikutip CNN Indonesia dari pasar di Bekasi kemarin.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Sambutan umum sangat menggembirakan. "Ini baru presiden," tulis salah satu komentar di Disway memuji ketegasan larangan ekspor itu. "Beliau ternyata bukan hanya petugas partai. Juga tidak bisa disetir oligarki," tambahnya.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Reaksi petani sawit sebaliknya. "Presiden juga harus memikirkan yang terkait dengan petani sawit. Yang jumlahnya mencapai 5 juta orang," tulis komentar dari Sumatera. Mereka merasa terancam dengan larangan ekspor itu. Harga jual tandan sawit bisa jatuh.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Besok adalah hari keempat. Lusa, Anda tahu: hari kelima. Saya akan terus melihat perkembangan harga minyak goreng. Terutama ketersediaannya. Kalau sampai lusa masih belum berubah, berarti larangan ekspor total itu berlaku.<br>Mulai 28 April 2022.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Dan akan terus berlaku. "Sampai minyak goreng melimpah di dalam negeri," seperti dikatakan sendiri oleh Presiden Jokowi.<br>Soal ketersediaan, rasanya sudah mulai cukup. Di pasar-pasar. Juga di supermarket. Tapi harganya yang belum cukup.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Menandakan minyak goreng belum melimpah. Mungkin harus sabar. Peraturannya lagi disusun. Anda bisa membayangkan: betapa sibuk para pejabat eselon satu dan eselon dua sekarang ini.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Khususnya di kementerian perdagangan. Dan di kementerian perindustrian. Juga di kementerian hukum dan HAM.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Merekalah yang dalam praktiknya menjadi ''dapur'' penyusun konsep peraturan yang akan diterbitkan. Bunyinya bagaimana.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Berapa pasal?</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Sesuai nggak dengan keputusan lisan Presiden Jokowi.<br>Draf itu lantas diajukan ke atas. Dikoreksi. Mungkin juga dimintakan petunjuk. Lalu diperbaiki –kalau masih ada yang harus diperbaiki.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Setelah itu barulah diparaf oleh banyak pejabat eselon satu. Untuk diajukan ke atas. Untuk dimintakan tanda tangan.<br>Rasanya tidak mungkin Presiden Jokowi sendiri yang tanda tangan. Juga tidak mungkin salah satu menko –karena sifat menko yang koordinatif.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Rasanya Menteri Perdagangan Mohammad Lutfi yang harus tanda tangan. Atau cukup direktur jenderal di bawahnya.<br>Tentu rapat-rapat di eselon satu dan eselon dua seperti maraton.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Perkiraan saya: jalannya rapat itu seru sekali. Mereka tidak mungkin menyusun draf yang bisa sepenuhnya seperti yang diucapkan Presiden Jokowi di video yang diterbitkan Istana Kepresidenan itu.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Mungkin mereka sedang merumuskan kompromi. Antara keinginan presiden dengan realitas di lapangan. Juga dengan kebutuhan negara akan devisa.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Di jalan pikiran mereka, mungkin, yang penting keinginan presiden bisa terpenuhi. Yakni, harga minyak goreng di dalam negeri turun.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Kalau perlu tanpa ada larangan ekspor –apalagi secara total. Mengapa tidak. Yang penting harga turun. Sebelum tanggal 28 April. Dan melimpah.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Kompromi itu bisa saja begini: ekspor dilarang sementara, khusus untuk minyak goreng. Tidak termasuk CPO. Sampai harga turun.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Atau: ekspor minyak goreng pun tidak dilarang. Cukup dikurangi: antara 10 sampai 20 persen. Dengan asumsi pengurangan itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Itu perkiraan saya. Tentu saya tidak berani menantang pembaca Disway untuk taruhan: beranikah mereka membuat peraturan yang tidak seperti dikatakan presiden ke publik? Ini bulan puasa. Bukan bulan untuk bertaruh.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Yang tidak kalah pusing adalah: bagaimana merumuskan kata-kata presiden "sampai minyak goreng melimpah".<br>Ukurannya apa?</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Tentu, harga. Tidak mungkin dikatakan sudah melimpah kalau harga masih tinggi.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Maka tim pembuatan konsep keputusan itu pun akan berdebat: harga berapa yang dianggap sudah turun itu. Kembali ke harga Desember 2021? Harga Januari? Harga Maret?</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Saya pun kembali menebak. Mereka akan merumuskan begini: harga turun itu bila sudah menjadi Rp 14.000 per kilogram. Itu untuk minyak goreng curah. Sedang yang kemasan tidak akan mereka atur.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Apa pun, peraturan itu sudah harus diterbitkan tanggal 27 April. Berarti besok, draf itu sudah harus final. Ada waktu satu hari lagi untuk finishing.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Mungkin, hari-hari ini, mereka tidak sempat berbuka bersama keluarga. Pulang pun menjelang sahur. Nama presiden sedang mereka pertaruhkan. (*)</p> <!-- /wp:paragraph -->

Tags :
Kategori :

Terkait