<strong>diswaysulsel.com, MAKASSAR </strong>- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pernah melakukan pengukuran terhadap Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga) masyarakat negara kita. Hasilnya, sebagaimana dibilang Kepala BKKBN Hasto Wardoyo pada 17 Juli 2024 lalu, sekalipun masyarakat Indonesia masih banyak yang miskin, tapi mereka merasa bahagia. Mungkin karena saking bahagianya, tak sedikit yang mengeksploitasi kemiskinan sebagai bahan ngonten untuk mendulang cuan. Kontennya barangkali sering pula berseliweran di beranda media sosial Anda. Juga ada yang tidak menjadikannya sebagai tontonan, namun sebagai lahan pekerjaan. Misalnya, sempat ada berita kapan hari tentang adanya orang yang ternyata punya mobil, tetapi pekerjaannya mengemis. Ya, mereka agaknya paham kalau masyarakat Indonesia memang begitu: gampang terharu. Padahal, gampang terharu justru akan mudah tertipu. Mau bagaimana lagi? Masyarakat kita sepertinya termasuk representasi masyarakat yang mengamalkan betul petuah masyhur Lao Tzu, "知足常乐" (zhī zú cháng lè): yang tahu merasa cukup, akan bahagia selalu. Indra Pramujito yang MC sekaligus aktor asal Surabaya, pun meyakini bahwa, "Hidup itu yang penting cukup saja." Masalahnya, bagaimana caranya agar bisa merasa cukup di tengah kondisi zaman yang manusianya berlomba-lomba flexing kekayaan? Xunzi, filsuf yang hidup pada sekitar 3 abad sebelum Kristus, menyarankan, "德比于上,故知耻;欲比于下,故知足" (dé bǐ yú shàng, gù zhī chǐ; yù bǐ yú xià, gù zhī zú): bandingkan akhlakmu dengan orang yang lebih mulia darimu, maka kau akan tahu merasa malu; bandingkan keinginanmu dengan orang yang lebih rendah darimu, maka kau akan tahu merasa cukup. Syukur-syukur saat kepingin beli mobil, uangnya cukup; saat kepingin healing, dananya cukup; saat kepingin makan Wagyu A5, fulusnya cukup. (*)
Indra Pramujito: Zhi Zu Chang Le
Kamis 15-08-2024,06:00 WIB
Editor : Muhammad Fadly
Kategori :