Pesan Nepal, "Warning" bagi negeri

Pesan Nepal,

Andi Muhammad Jufri, M.Si Praktisi Pembangunan Sosial--

Oleh: Andi Muhammad Jufri, M.Si Praktisi Pembangunan Sosial

 

 

Baru saja berlalu, 228 aksi demonstrasi yang terjadi sepanjang 25 Agustus-7 September 2025 di seluruh Indonesia (Data Kementerian Dalam Negeri,  8/9/2025). Kita dikejutkan dan dipertontonkan video viral aksi demo  brutal (8/9/2025) di Negeri Seribu Kuil, negeri spritual, tempat kelahiran Budha, yaitu Nepal. Negeri ini dikarunai ragam budaya dan alam yang indah. Di sanalah para petualang alam dan pendaki gunung berdatangan mencapai 8 puncak tertinggi gunung Everest. 

 

Namun, kita menyaksikan pada hari Selasa, 9 September 2025, Menteri Keuangan Nepal Bishnu Prasad Paudel dikejar dan dihajar massa demonstran, di jalan Kathmandu, Nepal. Pak Menteri dikejar sampai masuk ke sungai dan pakaiannya dilucuti (Sindonews, 10/9/2025).  Rumah Menteri Energi Nepal Deepak  Khadka dijarah dan dibakar. Gedung parlemen, gedung pemerintahan,  hingga rumah-rumah pejabat Nepal juga dibakar (Inews.id, 8/9/2025).  Bank dirampok dan toko digasak (Kompas.com, 11/9/2025). Ada 31 orang tewas  dan 422 orang luka-luka dalam rangkaian demonstrasi tersebut (Viva.co.id   11/9/2025, ). Perdana Menteri Nepal KP Sharma Oli mengundurkan diri, per Selasa, 9 September 2025. 

 

Aksi Neval terpicu setelah pemerintah memblokir akses 26 platform media sosial, termasuk facebook dan X,  yang selama ini digunakan oleh pengguna internet aktif gen Z  yang berjumlah sekitar 90% dari 30 juta penduduk Nepal. Namun, akar permasalahan utama sebenarnya adalah  kekecewaan warga Nepal terhadap pemerintah yang dianggap lamban memberantas korupsi, nepotisme,  dan menciptakan lapangan kerja. Generasi muda Nepal frustrasi, muak dan gelisah akibat minimnya lapangan kerja, kondisi kualitas kesehatan dan pendidikan di dalam negeri. Banyak warga Nepal ke Timur Tengah , Korea Selatan dan Malaysia mencari kerja di sana. 

 

Di tengah kesulitan ekonomi warga kelas bawah, ketidaksensitivitas warga elit (pejabat) Nepal, justru mencuat. Anak-anak politisi sering memamerkan barang-barang mewah dan mahal serta kegiatan liburan di media sosial dan itu terlihat oleh warga karena menjadi viral di TikTok. Apalagi warganya sebagian besar telah melek teknologi dan  media sosial. 

 

Di tengah kesemrawutan kondisi warga, para pemimpin Nepal menerapkan gaya otoriter dan tidak demokratis.  Mereka melakukan tindakan represif dan  gagal membaca "kode" warganya. Pelarangan media sosial di berbagai aplikasi, telah meledakkan kemuakan dan kemarahan warga Nepal seperti yang telah kita tonton di berbagai aplikasi media sosial.

 

Tontonan dari Nepal viral menembus dinding negeri, merembes sampai ke tangan-tangan 143 juta pengguna media sosial di Indonesia (Data We Are Social, Januari 2025). Wajah mereka yang marah itu, meruntuhkan bangunan parlemen dan pemerintahan  dengan "bulldozer", membakar dan menjarah rumah pejabat begitu terlihat jelas di depan mata di layar 187,7 juta pengguna ponsel pintar di Indonesia (terbesar ke -4 di dunia) (Data platform analisis tren, Exploding Topics, 2025).  Kejaran anggota parlemen dan beberapa  menteri di Negeri Nepal, sampai ke sungai dan bahkan ada yang dilucuti, menambah "imajinasi" rakyat Indonesia, yang rata-rata menghabiskan sekitar 3 jam 8 menit per hari,  berselancar di media sosial.

Sumber: