Inovasi Teknologi dan Manajemen untuk UMKM: Meningkatkan Daya Saing dan Efisiensi Melalui PKM KE-TE-SA

--
DISWAY, SULSEL - Pelaksanaan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) bertajuk “Inovasi Teknologi dalam Pengembangan KE-TE-SA (Keripik Tempe Sagu) sebagai Produk Olahan Pangan Lokal Berkelanjutan di Indonesia” dipimpin oleh Dr. Mulyana Machmud, M.Ak, bersama anggota Kairuddin, M.H., Hartati, M.M., dan Dr. Rezky Nurbakti, memperlihatkan komitmen nyata perguruan tinggi dalam mendukung pemberdayaan ekonomi berbasis masyarakat.
Program ini didukung oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kemdiksaintek yang berperan sentral sebagai fasilitator inovasi dan transfer teknologi, shingga sinergi antara akademisi, praktisi, dan komunitas masyarakat berlangsung optimal dalam setiap tahapan pelaksanaan.
Fokus utama PKM ini adalah membina Rumah Produksi Keripik Tempe Sagu “Al-Madinah”, UMKM berbasis rumah tangga di Desa Bodie, Kecamatan Mandalle, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Sulawesi Selatan.
Mitra utama merupakan kelompok usaha yang digerakkan oleh ibu rumah tangga dan telah berjalan selama tiga tahun dengan basis bahan baku lokal, yakni tempe dari kedelai dan tepung sagu. Sasaran pengabdian diarahkan untuk merespons tantangan produksi dan manajemen yang dihadapi mitra secara komprehensif, khususnya terkait efisiensi dan daya saing produk di pasar. Observasi awal yang dilakukan tim menunjukkan dua permasalahan besar pada usaha mitra.
Dari sisi produksi, seluruh proses masih dilaksanakan secara manual dari pengupasan kacang kedelai, pengirisan tempe, sampai pengemasan produk. Kondisi ini mengakibatkan efisiensi kerja rendah, kualitas produk kurang seragam, serta kebutuhan tenaga dan waktu yang besar.
Dampaknya, usaha sulit berkembang secara optimal dan pangsa pasar produk menjadi terbatas.Selain itu, permasalahan dari segi manajemen juga sangat nyata dirasakan, mulai dari desain kemasan yang kurang menarik, pemasaran yang besifat konvensional, hingga sistem pencatatan keuangan yang belum tertata. Produk dengan kemasan polos tanpa label informasi kesulitan bersaing dengan makanan olahan sejenis, sedangkan pemasaran hanya mengandalkan penjualan langsung dan belum merambah media digital atau online marketplace yang kian mendominasi perilaku konsumen saat ini.
Kurangnya pencatatan keuangan juga membuat pelaku usaha kesulitan dalam perencanaan harga dan manajemen laba.
Dalam rangka menjawab tantangan tersebut, PKM menghadirkan intervensi inovatif yang meliputi penyediaan alat produksi teknologi tepat guna berupa mesin pengupas kacang kedelai, mesin pemotong tempe, mesin spinner untuk meniriskan minyak, dan hand sealer atau vacuum sealer untuk proses pengemasan.
Semua fasilitas ini diberikan kepada mitra beserta pelatihan intensif agar proses produksi menjadi efisien, kualitas irisan tempe lebih seragam, hasil keripik lebih higienis dan renyah, serta proses pengemasan semakin cepat dan profesional.
Tim pelaksana juga menginisiasi transformasi manajemen dengan mengembangkan desain kemasan yang lebih menarik dan berfungsi sebagai media promosi. Kemasan baru dilengkapi label merek, logo, informasi nilai gizi, dan kontak pemesanan, sehingga tidak hanya melindungi produk, tetapi juga menjadi alat pemasaran yang efektif.
Pendampingan pemasaran digital diperkuat dengan pembuatan akun Instagram dan aktivasi WhatsApp Business, memungkinkan mitra untuk menjangkau lebih banyak konsumen tanpa batasan geografis.Salah satu fokus utama pendampingan adalah penguatan literasi keuangan kelompok usaha.
PKM memberikan pelatihan pembukuan sederhana agar seluruh transaksi usaha dapat dicatat dengan rapi, mencakup pemasukan, pengeluaran, dan perhitungan laba atau rugi. Melalui upaya ini, mitra didorong untuk lebih transparan dan profesional dalam mengelola usaha, memudahkan perencanaan modal dan strategi usaha di masa mendatang.
Seluruh rangkaian pelaksanaan PKM dilakukan secara partisipatif, di mana setiap anggota kelompok usaha, mahasiswa, dan masyarakat lokal dilibatkan mulai dari tahap sosialisasi hingga evaluasi dan monitoring. Kehadiran mahasiswa tidak hanya sebagai pendamping teknis, tetapi juga pembelajar aktif yang memperoleh pengalaman langsung mengenai pemberdayaan berbasis masyarakat dan inovasi berbasis teknologi.
Kolaborasi ini memperkuat keterhubungan antara dunia akademik, pelaku usaha, dan lingkungan sekitar.
Dalam proses pelatihan, inovasi produk diarahkan kepada pengembangan varian rasa baru keripik tempe sagu seperti balado dan keju yang diuji bersama masyarakat desa. Kegiatan uji coba rasa dan desain kemasan melibatkan generasi muda dengan keterampilan grafis sederhana, memperkuat rasa kepemilikan akan produk lokal yang inovatif.
Proses pembelajaran ini bukan hanya memperkaya ragam produk, tetapi juga menumbuhkan minat berwirausaha pada generasi berikutnya.
Hasil pelaksanaan PKM hingga laporan kemajuan saat ini menunjukkan perbaikan signifikan di berbagai aspek. Produksi menjadi lebih efisien, kemasan produk lebih unggul secara visual dan informatif, pemasaran semakin adaptif terhadap perkembangan teknologi informasi, dan kemampuan manajemen keuangan mitra meningkat secara nyata. Motivasi kelompok usaha dalam berinovasi sekaligus meningkatkan kapasitas produksi dan keberagaman produk turut meningkat sebagai respons positif atas pendampingan yang diberikan.
Peningkatan daya saing produk juga tercermin dari mulai dikenalnya kemasan baru KE-TE-SA di tingkat lokal. Konsumen semakin antusias menyambut varian rasa baru, sedangkan distributor dan pembeli potensial dari luar daerah sudah mulai melirik produk ini.
Branding usaha semakin kuat berkat konsistensi desain kemasan dan integrasi promosi di media sosial serta jaringan offline yang terus diperluas.
Perubahan manajemen internal kelompok usaha terlihat dari munculnya disiplin pencatatan keuangan. Anggota kelompok usaha lebih percaya diri mengambil keputusan penetapan harga berdasarkan data laba rugi yang aktual.
Pelaku usaha juga lebih siap menghadapi perubahan harga bahan baku serta pergeseran permintaan pasar, karena informasi keuangan yang tersedia memadai.Dari aspek pemberdayaan, program ini membuka peluang lebih besar bagi partisipasi ibu rumah tangga dan masyarakat desa sebagai tenaga kerja, bahkan memberi ruang bagi kelompok rentan untuk mengakses sumber pendapatan dan keterampilan baru.
Usaha KE-TE-SA kini dipandang oleh masyarakat setempat sebagai sumber inspirasi UMKM lokal yang inovatif dan berdaya saing tinggi di wilayah Pangkajene dan Kepulauan.
Luaran utama yang telah dicapai meliputi penguasaan teknologi produksi sederhana, kemampuan implementasi desain kemasan kekinian, penerapan strategi pemasaran multi kanal, dan pengembangan sistem pembukuan keuangan yang praktis.
Selain itu, draft artikel ilmiah telah disusun untuk publikasi di jurnal pengabdian masyarakat, serta persiapan materi promosi dan seminar hasil disiapkan untuk memperluas diseminasi praktik baik yang telah dicapai.
Rencana tindak lanjut program diarahkan pada optimalisasi penggunaan peralatan teknologi tepat guna melalui penyusunan dan pendampingan SOP, pengujian varian rasa secara lebih intensif, serta perbaikan strategi promosi digital. Upaya kerjasama dengan jejaring toko oleh-oleh, koperasi desa, maupun pelaku usaha lain juga didorong agar pemasaran produk tidak sekadar melalui media daring, melainkan diperluas pada sektor tradisional yang masih relevan dengan budaya konsumsi setempat.
Dari sisi keberlanjutan, kolaborasi antara tim pengusul dan perguruan tinggi akan terus didorong dengan mengintegrasikan PKM ke dalam kegiatan akademik seperti Kuliah Kerja Nyata (KKN), magang, maupun penelitian mahasiswa. Hal ini diharapkan mampu memperluas dampak pemberdayaan dan menciptakan inovasi lanjutan untuk pengembangan ekonomi lokal berbasis pangan tradisional.
Strategi penguatan jejaring bisnis mikro dan komunitas lokal menjadi agenda utama ke depan, sejalan dengan semangat SDG’s dan indikator kinerja utama (IKU) perguruan tinggi dalam mendukung kesejahteraan masyarakat, pengentasan kemiskinan, serta pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan melalui program ini diyakini menjadi modal sosial yang dapat direplikasi pada UMKM lain yang menghadapi tantangan serupa.
Dukungan DPPM Kemdiksaintek selama proses pelaksanaan, baik secara finansial maupun administratif, sangat membantu memperkuat tata kelola dan monitoring program, memastikan setiap intervensi inovasi dan pelatihan benar-benar tepat sasaran dan berkontribusi pada perubahan positif yang terukur.
Kegiatan monitoring dan evaluasi secara berkala juga memperkaya pengetahuan tim dan mitra dalam menangani kendala teknis maupun manajerial secara adaptif.Secara keseluruhan, pelaksanaan PKM ini telah membawa perubahan nyata di bidang efisiensi produksi, manajemen usaha, peningkatan pendapatan, serta motivasi berwirausaha anggota kelompok usaha tempe sagu.
Model kemitraan dan transfer inovasi yang diterapkan menghantarkan mitra menjadi lebih mandiri dalam menjalankan dan mengembangkan bisnis mereka berbasis potensi lokal.Keberhasilan ini sekaligus menegaskan bahwa inovasi teknologi dan manajemen berbasis komunitas yang didukung perguruan tinggi dan pemerintah mampu menjadi katalis transformasi ekonomi desa serta pendorong utama keunggulan produk pangan lokal di kancah persaingan yang semakin kompetitif.
Semua capaian tersebut merupakan cermin kolaborasi multi pihak yang melibatkan akademisi, pemerintah, pelaku UMKM, dan komunitas lokal dalam satu barisan agenda besar pemberdayaan ekonomi berbasis inovasi. Keberhasilan ini tidak hanya berhenti pada ranah lokal, tetapi berpotensi besar menjadi praktik inspiratif nasional bahkan internasional, khususnya untuk pengembangan UMKM di sektor pangan dan ekonomi kreatif.
Dengan semangat kemitraan, keberlanjutan, dan inovasi, Tim PKM KE-TE-SA dibawah kepemimpinan Dr. Mulyana Machmud, M.Ak, dan didukung penuh oleh DPPM Kemdiksaintek, terus berupaya mempertegas peran UMKM sebagai tulang punggung ekonomi Indonesia, sekaligus sebagai bekal daya saing masyarakat menghadapi dinamika era globalisasi dan digitalisasi.
Ke depan, keberlanjutan program menjadi prioritas melalui sistem pembinaan berkelanjutan dari perguruan tinggi, integrasi ke dalam kebijakan pemerintah daerah, serta penguatan kolaborasi dengan pelaku industri. Dengan demikian, keberhasilan inovasi di tingkat kelompok usaha tempe sagu akan menular dan tumbuh menjadi gerakan inovasi ekonomi masyarakat berbasis potensi dan kearifan lokal.Pada akhirnya, PKM KE-TE-SA yang dikembangkan oleh Dr. Mulyana Machmud, M.Ak bersama Tim PKM, menjadi model inspiratif yang membuktikan bahwa sinergi antara ilmu pengetahuan, teknologi, dan kolaborasi komunitas adalah kunci transformasi ekonomi mikro yang berkelanjutan dan inklusif di Indonesia.
Sumber: