Pemkot Makassar

Negeri Keropos Rawan Ambruk

Negeri Keropos Rawan Ambruk

Andi Muhammad Jufri, M.Si (Praktisi Pembangunan Sosial)--

Oleh: Andi Muhammad Jufri, M.Si

(Praktisi Pembangunan Sosial)

 

Kita sekali lagi, berduka. Ada 61 orang terjungkal meninggal dunia pada peristiwa  runtuhnya bangunan di Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin, 29 September 2025. Peristiwa ambruknya bangunan ini, mengingatkan kita pada kejadian -kejadian serupa, seperti ambruknya atap ruang kelas SDN Gentong Pasuruan (2019) yang menyebabkan  1 guru meninggal dan 11 siswa luka-luka (Kompas.com, 5 Nov 2019).  Begitu juga di Ambon, ruang kelas ambruk saat hujan deras yang menyebabkan 3 siswa tewas dan  7 luka-luka (2018) (Radar Surabaya, 5 Oktober 2025). 

 

Bukan hanya gedung sekolah, di Agam, Sumatera (2020), jembatan penghubung antar desa ambruk saat digunakan warga. Akibatnya 5 orang tewas, termasuk anak-anak. Di Bekasi, bangunan gedung serbaguna ambruk saat digunakan acara  pernikahan, yang mengakibatkan 4 tewas dan 12 luka-luka (Radar Surabaya, 5 Oktober 2025). 

 

Tempat ibadah pun, rawan ambruk. Di Manado, gereja runtuh ketika ibadah berlangsung. Ada 6 tewas dan 15 luka-luka (2023).  Di Kampung Ciapus Kompas, Desa Sukamakmur, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat,  bangunan majelis (tempat berkumpul)  ambruk saat acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, yang menyebahkan 3 orang meninggal dan sekitar 30 orang luka-luka (wartakotalive.com, 7 September 2025). 

 

Di Kampung Suka Tengah, Desa Batulayang, Kecamatan Cililin, Bandung Barat, rumah dua lantai ambruk mengakibatkan satu keluarga terdiri atas empat jiwa tertimpa bangunan rumah sendiri. Pemilik rumah, Numan, meninggal dunia,  sementara Istri Numan, Isum, dan cucunya, Thalia mengalami luka (9 Oktober 2017) (Media Indonesia.com,   10 Oktober 2017). Di Desa Sukowono, Kabupaten Jember, Jawa Timur, rumah ambruk menimpa satu keluarga, yang mengakibatkan luka kepada  Reni Wildatul (36) dengan keluhan nyeri dada, Juhrani (64) yang mengalami luka robek di dahi kiri dan Riski (17) mengalami luka lecet dan nyeri badan (30 Maret 2025) (Antarannews, 31 Maret 2025). 

 

Bila melihat tragedi di atas, sungguh memprihatinkan kita semua. Betapa tidak, dari tempat anak kita belajar menimba ilmu untuk masa depan mereka (Sekolah/Pesantren),  dari jalan dan jembatan yang kita lewati melangkah dan mengejar harapan, dari gedung-gedung pesta dan pertemuan dan tempat kerja berkarya, produktif dan merayakan keberhasilan, dari tempat beribadah mengkhusyukkan diri berdoa kepada-Nya (Masjid/Gereja), dan  dari  rumah tempat kita bercengkrama dan istrahat bersama keluarga, sungguh keropos dan rawan tragedi ambruk . 

 

Kita semakin prihatin, bila kondisi normal saja, begitu mudah bangunan ambruk, bagaimana bila bencana alam terjadi. Bukankah negeri kita, negeri bencana ? Gempa, tsunami, longsor, banjir dan lainnya, setiap saat menggoyangkan tanah tapak bangunan. Betapa banyak korban jiwa terjadi  akibat bencana alam di negeri ini, setidaknya dapat memberikan pembelajaran bagi kita semua, dalam merencanakan, membangun dan monitoring serta evaluasi proses perencanaan dan pembangunan  fisik negeri. 

Sumber: