Genjot Produksi Pangan di Bone

Genjot Produksi Pangan di Bone

<strong>diswaysulsel.com, BONE</strong> -- Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Bone terus menggenjot produksi pangan. Sehingga perlu menyiapkan strategi di tahun 2023 mendatang. Kepala <a href="https://harian.fajar.co.id/2022/12/13/kadis-tphp-bone-genjot-perwujudan-mandiri-benih-mampu-jangkau-29-ribu-hektare/">Dinas TPHP Bone</a>, Asman Sulaeman menjelaskan upaya peningkatan produksi padi di tahun 2023 harus menggunakan cara baru dan modern. Tidak lagi dengan sistem. Dinas TPHP Bone pun mesti menyiapkan terobosan guna percepatan tanam, indeks pertanaman (IP) 400 atau tanam empat kali dalam setahun. Juga mengupayakan perluasan area tanam baru. Tak kalah penting , melakukan budidaya padi ramah lingkungan. "Kita akan mencoba lakukan upaya efesiensi anggaran dan mengupayakan peningkatan produksi. Itu yang menjadi prioritas kita saat ini," jelas Asman, Selasa (13/12/2022). <h3>Pantau Produktivitas</h3> Strategi lainya, dengan melakukan pemantauan produksi dan kondisi daerah mulai hukum ke hilir. Artinya, penanganan mulai aspek hulu, optimalisasi suluh tani, hilir hingga potensi panen yang berkesinambungan. Sehingga menjadi ekosistem satu kesatuan utuh dan melakukan penataan aspek kelembagaan. "Maksudnya di sini adalah, jangan kita memaksakan suatu daerah untuk produksi padi yang bukan pada lahan dan waktunya. Seperti contoh untuk daerah Bonto Cani tidak bisa kita paksakan produksi padinya itu bisa sama dengan di Barebboe. Karena kondisi lahan yang berbeda, tentunya di Bonto Cani lahannya cocok untuk kakao dan jagung " Urainya. Untuk saat ini saja, produksi pangan di kabupaten Bone mencapai hingga 490 ribu ton lebih, sementara untuk menyuplai makanan kepada numalah penduduk di Kabupaten Bone sebanyak 860 ribu jiwa ini hanya membutuhkan kira-kira 90 ribu ton saja " Jadi kita masih surplus padi hingga empat tahun ke depan," jelasnya Selanjutnya strategi peningkatan produksi lainnya melalui perluasan areal tanam baru di lahan kering, lahan tidur, lahan menganggur, karena musim hujan adalah ritme alam. Antisipasi mitigasi iklim ekstrim adalah keniscayaan dan teknologi sebagai jawaban. “Strategi ini yang di tengah digalakan Kementan yaitu Gerakan IP 400, menanam padi empat kali dalam setahun. Ini sangat bagus sekali untuk mengoptimalkan potensi sumberdaya alam dan mengefisien penggunaan input pertanian dan mendorong penggunaan teknologi modern,” pungkas Asman. (*) Penulis: Subaer

Sumber: