Emosi Serumpun
![Emosi Serumpun](https://sulsel.disway.id/uploads/Emosi-Serumpun.jpg)
<strong>"INDONESIA</strong> itu sudah seperti negerinya yang kedua," ujar sahabat Disway asal Malaysia. Saya bertanya kepadanya: bagaimana Anwar Ibrahim, perdana menteri Malaysia itu, berbicara dalam bahasa Indonesia yang begitu baik. Hampir tidak terasa logat Melayu-nya. Saya termasuk yang hadir di acara kemarin sore itu. Di auditorium Bank Mega Jakarta. Chairul Tanjung, konglomerat pemilik Bank Mega, memang mengundang Anwar untuk mampir. Anwar kembali berkunjung ke Jakarta. Bertemu Presiden Jokowi kemarin pagi. Ke Jakarta adalah kunjungan pertama Anwar ke luar negeri setelah gelar perdana menteri akhir November lalu. Sopan santun hubungan persahabatan antar negara. Mengutamakan sahabat sejati. Seperti juga presiden Amerika Serikat yang selalu ke Inggris dulu sebelum ke negara lain–kecuali Donald Trump. Atau juga perdana menteri baru Jepang yang selalu harus ke Amerika dulu sebelum ke lainnya. Indonesia adalah negara serumpun dengan Malaysia. Bisa juga dianggap sebagai saudara tua. Kata-kata serumpun itu memang tidak lagi sesering dulu diucapkan di depan umum. Kemesraan antar dua negara seperti sudah berlalu. Yang lebih sering muncul justru caci-maki. Soal perbatasan, soal hak cipta budaya, soal TKI dan soal sepak bola yang hampir selalu kalah. Kata ''serumpun'' itu sebenarnya riil. Begitu banyak orang Minang di Negeri Sembilan. Begitu mengakar orang Aceh di semenanjung. Begitu erat kekeluargaan orang Riau dan Melaka. Begitu terasa keberadaan orang Bugis di Selangor. Pun turunan Banten dan Jawa. Dua negara ini dulunya memang satu. Bahkan tiga negara–yang satu lagi Singapura. Pulau Singapura itu, yang masih bernama Temasek, adalah salah satu provinsi di kerajaan Riau. Yang ibu kotanya Tanjung Pinang. Kesatuan serumpun itu pernah juga terwujud di tahun 1470-an. Ketika Portugis kali pertama akan menyerang pelabuhan besar Melaka. Waktu itu semua kerajaan Nusantara tri: kirim armada ke Melaka. Untuk mempertahankan Selat Melaka. Kerajaan Aceh, Riau, Palembang, Banten dan Bugis mengirim armada besar-besaran ke Melaka. Kerajaan Bugis mengirim armada terbesar. Tapi armada Portugis terlalu kuat. Dengan senjata meriamnya yang tergolong senjata termodern saat itu. Melaka belum punya teknologi baru itu. Jebol Melaka. Portugis menjajah Nusantara. Pasukan dari berbagai kerajaan itu tercerai berai. Masuk hutan. Jadilah mereka warga Semenanjung Melaka. Kawin-mawin. Belakangan keluarga mereka pun menyusul. Perdana Menteri Najib Razak pernah berterus terang: ia keturunan Bugis. Usaha untuk membangkitkan hubungan serumpun itu sudah sering dilakukan. Tapi belum ada yang terlihat nyata. TVRI pernah punya acara bersama. Sudah lama pula mati. Anwar Ibrahim termasuk yang punya semangat menghidupkan emosi serumpun seperti itu. Tapi belum ada tokoh puncak Indonesia yang punya emosi serupa. Jusuf Kalla harusnya punya. Tapi, dua kali menjadi wapres, tidak menunjukkan semangat ke sana. Sedang teman-teman seangkatan Anwar sudah banyak yang meninggal. Atau tidak berada di posisi berkuasa. Anwar sangat akrab dengan tokoh-tokoh muda Islam modern Indonesia. Ia boleh dikatakan salah satu murid ideologi Kang Imad dari Bandung. Almarhum Imaduddin adalah tokoh pemikir Islam dari ITB. Anwar sering ke Jakarta dan Bandung sejak masih kuliah. Ia seperti dalam satu barisan dengan angkatan angkatan muda Islam di Indonesia. "Banyak yang mengira saya pernah sekolah di Indonesia," ujar Anwar kemarin. "Saya tidak pernah sekolah di sini. Tapi saya punya banyak teman," tambahnya. "Cewek juga tidak punya," guraunya. Semangat serumpun itulah yang ia tunjukkan saat bertemu Presiden Jokowi kemarin pagi. Di Istana Bogor. "Saya berkomunikasi dengan Presiden Jokowi lama sekali. Sampai protokolnya kelihatan gelisah," ujar Anwar. Tapi mereka terus berkomunikasi. Pak Jokowi mengabaikan isyarat itu. Tentu banyak yang dibicarakan. Mulai dari sawit sampai TKI. Termasuk ibu kota baru Indonesia bernama Kota Nusantara. Anwar menilai ibu kota baru itu baik bagi daerah. Maksudnya, baik bagi Malaysia. Terutama Malaysia Timur: Sabah dan Serawak. Dari Sabah ke Nusantara memang akan lebih dekat dari Jakarta ke Nusantara. pada 11 nota kesepahaman ditandatangani di depan Presiden Jokowi dan PM Anwar Ibrahim. Malaysia, diwakili 11 perusahaan itu, berminat ikut membangun Nusantara. Pemimpin kedua juga kesulitan menghadapi boikot sawit dari Uni Eropa. Indonesia dan Malaysia adalah negara nomor 1 dan nomor 2 penghasil sawit terbesar dunia. Sebelum bertemu Presiden Jokowi, Minggu malam, Anwar Ibrahim makan malam bersama warga Malaysia yang ada di Jakarta. Di situ Anwar menegaskan: akan memberantas korupsi secara habis-habisan , sampai pun jabatan taruhannya. "Banyak orang Malaysia yang sudah frustrasi menghadapi korupsi ini," ujarnya. “Banyak pemimpin yang mengaku membela Islam tapi tidak mencerminkan prinsip Islam dalam hal korupsi,” tambahnya. Anwar mengaku telah membaca buku karya Muchtar Lubis soal korupsi yang sudah jadi budaya. Ia juga membaca buku penyair Taufiq Ismail soal korupsi berjudul Malu Jadi Orang Indonesia . Indonesia dan Malaysia jangan-jangan juga serumpun dalam hal korupsinya. Rasanya Jokowi di Indonesia dan Anwar di Malaysia banyak yang bisa disepakati. Dengan atau tanpa emosi serumpun.<strong>(*)</strong>
Sumber: