ASEAN Komitmen Dorong NZE
<strong>diswaysulsel.com, JAKARTA</strong> -- ASEAN kini beranggotakan 10 negara anggota. Delapan di antaranya, berkomitmen mendorong target Net Zero Emission (NZE). Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (<a href="https://diswaysulsel.com/hadiri-rapimnas-ketua-kadin-bone-dapat-ilmu-majukan-umkm/">KADIN</a>) Arsjad Rasjid, yang sekaligus ketua ASEAN Business Advisory Council (BAC) 2023 menuturkan, negara-negara di kawasan Asia Tenggara tersebut perlu meningkatkan pangsa energi terbarukan dalam kebutuhan listriknya. Menurut Asjad, komitmen untuk mempercepat transisi energi bersih harus menarik investasi sektor energi, yang diharapkan jauh lebih tinggi. Keketuaan ASEAN BAC 2023 menjadi momentum Indonesia dalam mendorong pelaku usaha dan industri di kawasan ASEAN untuk beralih pada energi bersih dan mengembangkan ekonomi hijau yang berkelanjutan sesuai target <a href="https://bsilhk.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2022/06/01.-Mahawan-Karuniasa-Refleski-dan-Proyeksi-Masa-Depan-Perubahan-Iklim.pdf">Net Zero Emission</a> (NZE) pada setiap negara. “Kami mendorong agar pelaku usaha di daerah juga memiliki visi yang sama. Untuk mendukung tercapainya target NZE Indonesia pada 2060 atau bahkan lebih cepat. Dengan konektivitas yang kuat di antara negara-negara ASEAN, kita dapat mempengaruhi dunia. Komitmen negara-negara ASEAN terhadap keberlanjutan dapat mempercepat transisi global menuju ekonomi yang berbasis NZE,” katanya. <h3>Sejalan Pelestarian Bumi</h3> Hal tersebut sejalan dengan prinsip dasar pelestarian bumi (Planet). Yaitu salah satu prinsip dari lima prinsip utama yang menjadi landasan dalam mendorong konektivitas. Dan memposisikan negara Asia Tenggara sebagai episentrum dunia. Keempat prinsip lainnya adalah perdamaian (Peace), kesejahteraan (Prosperity), mengutamakan kepentingan masyarakat (People), dan kolaborasi (Partnership). “Indonesia bakal fokus mengadvokasi kebijakan yang mempromosikan energi terbarukan dan mendorong dekarbonisasi di Kawasan ASEAN. Menyusul konsumsi energi fosil ASEAN meningkat berkali lipat dari US$50 miliar pada 2020,” ujar Arsjad Rasjid. Arsjad menegaskan, ASEAN saat ini di hadapkan pada tantangan atas tuntutan konsumsi energi yang meningkat karena pertumbuhan industrialisasi yang cepat. Serta meningkatnya standar hidup penduduk. Harga energi fosil terus meningkat dan ketergantungannya pada bahan bakar fosil terus berlanjut. <h3>Promosikan Energi Bersih</h3> Sementara itu, target NZE sebesar 23 persen pada 2025. Namun, setiap negara memiliki targetnya masing-masing untuk mencapai NZE. Thailand misalnya menargetkan NZE pada 2065, Singapura 2050. Sedangkan Indonesia pada 2060 atau bahkan lebih cepat. “Tanpa tindakan yang kuat, konsumsi energi fosil ASEAN telah mencapai US$50 miliar pada 2020. Dan akan meningkat berkali lipat pada 2040. ASEAN harus menjadi episentrum dalam mempromosikan energi bersih melalui penggunaan energi terbarukan dan elektrifikasi,” ujar dia. Arsjad menambahkan, berkaca pada pelaksanaan B20 lalu, kekuatan kemitraan publik. Swasta dapat membuka jalan bagi Indonesia untuk mencapai target NZE. Hal tersebut menghasilkan kesepakatan kerja sama senilai US$20 miliar dalam memobilisasi pembiayaan publik. Dan bantuan untuk mendukung Indonesia mencapai NZE. “Jalan menuju dekarbonisasi dan NZE tidak mudah bagi negara mana pun. Sangat penting untuk berkolaborasi dan bermitra untuk transisi energi hijau. Indonesia berharap negara-negara lain dan para pemimpin global dapat bergabung ke ASEAN dan siap mempelopori perubahan tersebut,” katanya. (*)
Sumber: