ICRAF dan Bappeda Bone Gelar Lokakarya Renja Pengolahan Bentang untuk Perubahan Iklim
<strong>diswaysulsel.com, BONE </strong>- ICRAF bekerja sama dengan Bappeda Kabupaten Bone menggelar lokakarya penyusunan rencana kerja pengelolaan bentang lahan sebagai upaya mitigasi adaptasi perubahan iklim di Kabupaten Bone. Kegiatan ini berlangsung di Hotel Helios pada Rabu, 20 Desember 2023. Ketua Panitia Pelaksana A. Hendra Setiawan, SPt., M.Si., yang juga menjabat sebagai Kepala Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam, menyampaikan bahwa tujuan utama kegiatan ini adalah mewujudkan bentang lahan Bone yang hijau lestari sebagai penopang kehidupan, dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari Memorandum of Understanding antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia dengan agroforestri. Dasar pelaksanaan kegiatan ini antara lain adalah Rencana Kerja Tahunan di Sulawesi Selatan dan Kabupaten Bone, serta Surat Keputusan Bupati Bone Nomor 485 Tahun 2023 tentang pembentukan kelompok kerja lahan untuk kehidupan di Kabupaten Bone. Lokakarya ini dihadiri oleh peserta dari berbagai instansi, termasuk anggota Pokja Lahan untuk Kehidupan yang terdiri dari multi-stakeholder, unsur pemerintah daerah lintas perangkat daerah terkait, UPT KPH Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan, perguruan tinggi, serta LSM lokal yang konsisten terhadap pemberdayaan dan lingkungan hidup di Kabupaten Bone. Adapun sumber dana kegiatan ini menjadi perhatian utama, namun, informasi lebih lanjut mengenai sumber dana belum dapat diakses pada pernyataan ini. Lokakarya ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam pengelolaan bentang lahan sebagai strategi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di Kabupaten Bone. Peneliti senior dari International Center for Research in Agroforestry (ICRAF), Suyanto, menyampaikan rasa terima kasihnya atas dukungan yang diberikan terhadap program Line for Life Lahan di Kabupaten Bone. ICRAF, lembaga penelitian internasional yang berlokasi di Bogor, saat ini tengah menggelar proyek atau program tersebut dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang memiliki ketahanan terhadap perubahan iklim. "Dalam upaya meningkatkan ketahanan iklim di wilayah ini, terutama di daerah Bone, kami menghadapi berbagai masalah terkait dengan lahan, termasuk tingginya lahan kritis dan tantangan yang dihadapi oleh para petani, terutama yang berada di wilayah Walanae," ungkap Suyanto. Salah satu fokus kegiatan dalam program ini adalah meningkatkan perbaikan bentang lahan di Bone. Suyanto menjelaskan bahwa beberapa masalah seperti lahan kritis dan produksi jagung yang tinggi menjadi fokus utama, dan berbagai kegiatan telah diinisiasi untuk mengatasi permasalahan tersebut. "Kami berusaha untuk mengembangkan solusi agar bentang lahan di wilayah ini menjadi lebih baik dan memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat, terutama para petani. Kami mengadopsi konsep pertanian yang cerdas iklim, dengan mengintegrasikan pendekatan dari SMA Negeri karakter," tambahnya. Suyanto juga menyebutkan bahwa kolaborasi dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) sangat penting dalam merealisasikan program ini. Bappeda turut berperan dalam membentuk tim kerja yang terfokus pada bentang lahan di Kabupaten Bone, bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat untuk menangani masalah yang ada. "Pekerja yang dibentuk oleh Bappeda ini melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah setempat, sehingga dapat merumuskan dan melaksanakan berbagai aktivitas yang mendukung program Line for Life Lahan. Aktivitas-aktivitas ini saat ini sedang disusun agar dapat memberikan dampak yang positif bagi masyarakat," terang Suyanto. Sementara itu, Asisten III Bidang Administrasi Pemerintah Kabupaten Bone, H. A. Muh. Yusuf, SIP., M.Si, membuka acara lokakarya penyusunan rencana kerja pengelolaan bentang lahan. Acara ini diinisiasi sebagai respons terhadap kondisi iklim yang semakin tidak terduga, dengan tujuan utama untuk merencanakan langkah-langkah konkret dalam menghadapi perubahan iklim saat ini. H. A. Muh. Yusuf, SIP., M.Si menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan kesempatan emas bagi semua pihak untuk bersama-sama merencanakan dan mempersiapkan langkah-langkah mengatasi perubahan iklim. "Terima kasih Pak, ini saya kira hal yang sangat penting mengingat kondisi iklim yang kita rasakan sekarang ini hampir dikatakan agak sulit lagi diprediksi," ungkapnya. Beliau juga mengungkapkan kekeringan yang baru saja dialami oleh Kabupaten Bone, sambil bersyukur bahwa akhir-akhir ini hujan mulai turun. Hal ini diharapkan memberikan manfaat bagi masyarakat, terutama mengingat Kabupaten Bone merupakan salah satu sumber produksi pangan beras di Indonesia. Perubahan iklim dianggap sebagai tantangan serius yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi, sosial, dan lingkungan. Lokakarya ini dianggap sebagai wadah yang tepat untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan ide dalam menyusun rencana kerja pengelolaan bentang lahan yang efektif. Melalui kolaborasi dan sinergi antara ahli, praktisi, dan pemangku kepentingan lainnya, diharapkan dapat menjaga keanekaragaman hayati, mengurangi erosi tanah, meningkatkan kualitas air, dan mengurangi emisi gas rumah kaca. Dalam sambutannya, Asisten III juga menekankan pentingnya pengelolaan bentang lahan yang berkelanjutan sebagai peluang ekonomi, seperti pengembangan pertanian berkelanjutan dan pariwisata alam. Lokakarya ini diharapkan dapat menghasilkan rencana kerja yang komprehensif, terukur, dan berkelanjutan dalam menghadapi perubahan iklim. "Melalui lokakarya ini, mari kita diskusikan berbagai penggunaan lahan yang efektif dan efisien untuk restorasi ekosistem. Kita juga dapat membahas langkah-langkah konkrit untuk mengintegrasikan aspek pengelolaan bentang lahan dalam kebijakan dan perencanaan pembangunan di tingkat lokal, regional, dan internasional," tutup Asisten III. Diharapkan bahwa hasil lokakarya ini tidak hanya menjadi titik awal, tetapi juga komitmen bersama untuk bertindak secara kolektif dalam menjaga kelangsungan planet ini bagi generasi yang akan datang. (*)
Sumber: