Para Ketua Parpol Tumbang di Pileg

Para Ketua Parpol Tumbang di Pileg

<strong>diswaysulsel.com, MAKASSAR </strong>- Pemilihan Legislatif  2024 menjadi pukulan berat bagi para ketua Partai Politik (Parpol) di level Provinsi Sulawesi Selatan. Pasalnya banyak ketua parpol yang gigit jari antaran tidak terpilih di Pileg tahun ini. Terhitung ada 12 para ketua parpol yang berpotensi tumbang. Ada beberapa ketua parpol yang memiliki suara signifikan, namun harus bersaing kompetitif dan berpotensi kalah dari caleg internal lainnya, seperti di Dapil Sulsel II yakni ketua Golkar Sulsel Taufan Pawe yang harus bersaing ketat dengan Supriansah dan Nurdin Halid yang memiliki suara diatasnya. Berdasarkan data sirekap dengan data masuk 67 persen yang dipantau harian Disway, Rabu 21 Februari 2024, pukul 21:17 Wita. Taufan Pawe memiliki suara 38.305. Sementara Nurdin Halid memiliki 40.625 suara dan Suprian sah mendapatkan dukungan 39.221 suara. Sementara ada beberapa ketua parpol yang memiliki suara sangat rendah dan dipastikan akan kalah di Pileg. Salah satunya Ketua Partai Hanura, Amsal Sampetondok. Amsal yang maju di Dapil Sulsel III, juga hampir bisa dipastikan belum bisa melenggang ke Senayan. Amsal di Dapilnya juga tidak mendapatkan suara yang signifikan. Hanura bahkan terancam tak lolos Parlementary Threshold (PT) atau ambang batas parlemen, Terpantau melalui Sire kap KPU, 21 Februari 2024 pukul 18.00 Wita. Amsal saat ini hanya memperoleh seba nyak 1.567 suara. Amsal pun mengakui bahwa pada Pemilu kali ini, partai Hanura yang ia ketuai itu belum bisa bersaing di Sulsel. "Jadi kami sudah bekerja maksimal tapi demikian kita tidak bisa mencapai target Hanura baik dapil 1, 2 dan 3 DPR RI. Berat untuk Sulsel. tidak bisa mendudukkan satu kursi. Berat," ujar Amsal saat dihubungi Harian Disway Sulsel, 21 Februari 2024.Dia mengatakan bahwa Sulsel yang menjadi basis partai-partai besar seperti Golkar, NasDem dan Gerindra menjadi medan tempur yang berat bagi Hanura. "Jadi faktornya itu sudah jelas sekali bahwa Sulsel ini kan basisnya Golkar, NasDem, Gerindra kita tidak bisa lawan itu. 4 partai besar termasuk PDI-P. Apalagi kan sudah jalan mereka kemarin. Kita kan pemain baru. Itu kendalanya. Kalau di tempat lain mungkin masih ada harapan, tapi kalau Sulsel berat," imbuh purnawirawan TNI itu. Ketua Partai Buruh Sulsel Akhmad Rianto mengakui kekalahannya. Dia mengaku bahwa fokusnya bukan untuk mendapatkan kursi melainkan menaikkan dan mengaman kan suara partai yang ada di Sulsel. Targetnya agar lolos parlementary threshold 4 persen. "Kami fokus di partai untuk bagaimana memperoleh 4 per sen ambang batas parlemen, jadi bagiamana mengamankan suara partai meskipun satu," ujarnya ketika dihubungi Harian Disway Sulsel, Rabu 21 Februari 2024. Makanya, kata Rianto sapaannya, saksi partai buruh tengah mengawasi jalannya rekapitulasi suara di tingkat kecamatan mengingat menurutnya sangat rawan sekali suara hilang di tingkatan ini. "Makanya kemudian saksi kami di tiap kecamatan melakukan rekap juga memperhatikan dengan detail apalagi rawan sekali tingkat kehilangan suara di tingkat kecamatan," jelasnya. Lanjutnya, ia juga tidak terlalu mempercayai data dari aplikasi Sirekap melihat banyaknya anomali yang ia temukan. "Si rekap ini dasar nya prosesnya menurut kami bermasalah karena sering berubah ubah naik turun suara di situ tergambar ini sistem tidak stabil," tegasnya. Kata dia, Tim data Partai Buruh Sulsel juga tengah melakukan rekapitulasi manual internal berdasarkan laporan C1 dari saksi. Targetnya 3 dapil DPRI di Sulsel minimal memperoleh 20 ribuan suara. Pengamat Politik Universitas Hasanuddin, Tasrifin Tahara mengatakan bergugur annya para ketua Parpol pada Pileg kali ini adalah hal yang menarik. Namun, di samping itu dia juga mengatakan ini adalah hal yang lumrah sebab mengingat para ketua Parpol tersebut merupakan newcomer untuk jenjang DPR RI. "Ini fenomena menarik karena sebenarnya itu menunjukkan ketokohan ketua parpol di masyarakat dan ketokohannya di partai itu hal yang berbeda. Ketika dia hanya berkarir di partai tanpa dia memiliki ketokohan di masyarakat itu dia akan tergilas," ujarnya kepada Harian Disway Sulsel, Rabu (21/2/2024). Menurut dia, hal ini juga menjadi bahan evaluasi bagi pihak parpol untuk kadar ketokohan figur-figurnya. Sebab, kata dia, setelah Pileg ini masih ada Pilkada yang juga berpotensi mengundang para ketua parpol untuk berkompetisi. "Yang biasanya yang gagal itu yang baru mau naik. Ada status naik kelas dia belum terbiasa menghadapi situasi seperti itu. Coba dia bertahan misal di Provinsi mungkin dia masih bisa bertahan," ungkapnya. Ketua Prodi Antropologi Unhas ini juga menjelaskan bahwa untuk naik kelas, butuh pengalaman yang mumpuni bagi para caleg meskipun dia seorang ketua parpol sekalipun. Dia pun mencontohkan para ketua parpol yang sudah punya pengalaman seperti Ketua DPW NasDem Sulsel, Rusdi Masse Mappasessu dan Ketua DPD Gerindra Sulsel, Andi Iwan Darmawan Aras. "Sebenarnya Rusdi Masse memadukan dua itu tadi keto kohan di partai dan ketokohan di masyarakat. Di partai dia sudah lama memimpin NasDem, kemudian di masyara kat pengalamannya menjadi Bupati 2 periode dan menjadi anggota DPR," jelasnya. "Pokoknya Rusdi Masse sama Andi Iwan itu kayak nya sudah punya basis yang jelas dan dirawat dan sudah terbiasa dalam pola-pola pertarungan baik di Pileg maupun Pilkada," tambahnya.

Sumber: