Tuhan Izinkan Aku Menegur DPP IMM, Sebab DPD IMM Sulsel Penakut
![Tuhan Izinkan Aku Menegur DPP IMM, Sebab DPD IMM Sulsel Penakut](https://sulsel.disway.id/uploads/WhatsApp-Image-2024-07-01-at-14.56.17-jpeg.webp)
<strong>Oleh: Fahrul Dason </strong> PADA momentum yang terjadi hari ini di tubuh Organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), terjadi porak-poranda dengan isu arak-arakan yang dilakukan oleh DPP IMM. Hal ini sangat menyedihkan, mengenaskan, dan memalukan. IMM yang dibangun dengan khidmat perjuangan untuk membantu Muhammadiyah dalam menjunjung tinggi ajaran dan nilai-nilai, hanya dicederai oleh mereka yang menjadikan organisasi sebagai kendaraan politik praktis. Ijtihad politik kader memang penting dilakukan secara personal untuk mengimbangi permainan politik di tubuh partai-partai yang ada. Namun, carut-marut akar rumput telah terdengar. Tarik-menarik dan saling menjilat bukan bagian dari ijtihad politik. Muhammadiyah setidaknya telah menegaskan bahwa ortom Muhammadiyah tidak boleh berpolitik dengan membawa simbol ataupun atribut ortom itu sendiri. Muhammadiyah adalah organisasi independen dan apolitis. Walaupun demikian, Muhammadiyah juga memberikan keleluasaan bagi kader atau simpatisan untuk terlibat dalam politik. Pemaknaan ijtihad politik adalah upaya filosofis kita untuk terlibat dalam mengubah perilaku politik bangsa. DPP IMM telah salah menafsirkan ijtihad politik ini. Pada masa-masa pemilu, Muhammadiyah telah memberikan instrumen bahwa Muhammadiyah netral-aktif. Tentunya para kader masing-masing berebut tafsir tentang netral-aktif ini. Namun, yang terpenting adalah bahwa netral-aktif berarti bersikap independen dan tetap memperhatikan politik praktis yang terjadi. DPP IMM yang seharusnya mengayomi dan menegur akar rumput kini justru sebaliknya. Akar rumput lah yang akan menegur. Tidak ada salahnya masyarakat biasa menegur DPP IMM. Yang salah adalah jika DPD IMM Sulsel tetap tinggal diam menunggu, atau setidaknya harus memberikan klarifikasi kepada kader Sulsel dengan apa yang terjadi pada Hiruk-pikuk kehidupan berorganisasi, kader yang semangat berorganisasi, dan mimpi membawa IMM pada titik ideal dan ini bagian dari utopis kader. IMM seharusnya fokus pada perkembangan sumber daya manusia, bukan individu tertentu. Jika Abdul Musyawir ingin masuk PSI, tidak ada masalah asalkan tidak membawa gerakan struktural IMM. Seharusnya, jika demikian, lebih efektif jika Fokal IMM yang mengantarkan Abdul Musyawir masuk PSI, bukan DPP IMM itu sendiri. Organisasi di bawah naungan Muhammadiyah seharusnya tegak-lurus atas Khittah Ujung Pandang tahun 1971, yang menegaskan bahwa Muhammadiyah tidak berafiliasi dengan partai politik, apalagi melakukan arak-arakan. Komitmen ini juga dikuatkan pada Khittah Surabaya 1978, yang menyatakan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam yang beramal dalam segala bidang kehidupan manusia dan masyarakat, tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan atau merupakan afiliasi dari partai politik atau organisasi apapun. Hal ini ditegaskan oleh Ketua PP Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir, bahwa simbol maupun atribut tidak boleh digunakan untuk kepentingan politik praktis. Ini adalah instrumen ideologi yang disampaikan kepada khalayak, bahwa berpolitik itu boleh, tetapi jangan membawa Sang Surya.
Sumber: