Dr dr Paulus Anam Ong SpN, Subsp, NGD(K): Tian Sheng Wo Cai Bi You Yong

Dr dr Paulus Anam Ong SpN, Subsp, NGD(K): Tian Sheng Wo Cai Bi You Yong

<strong>diswaysulsel.com, MAKASSAR </strong>- Masa lalu memberikan pelajaran berharga. Meskipun penuh kesulitan. Kisah hidup Dr dr Paulus Anam Ong SpN, Subsp, NGD(K) mencerminkan hal ini. Orang tuanya yang hanya memiliki usaha bengkel sepeda, membuat Dr. Anam menjadi satu-satunya anak yang bisa menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi. Lima saudara lainnya tidak seberuntung dirinya. Di daerahnya, Tanjung Balai Karimun, Riau, pendidikan adalah hal yang mahal. Dr. Anam dan satu kakaknya yang lebih tua setahun, bersekolah di SD Katolik. Sementara kakak-kakaknya yang lain hanya bersekolah dasar Mandarin dan langsung bekerja di bengkel. Karena itu, Dr. Anam sangat berterima kasih atas pengorbanan kakak-kakaknya yang memungkinkan ia mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Pria kelahiran 1961 itu bersyukur bisa bersekolah tinggi. Minatnya pada pendidikan sangat besar. Terinspirasi oleh ajaran Tiongkok yang ditulis dalam salah satu puisi Li Bai, penyair besar dinasti Tang, yang berbunyi “天生我材必有用“ (Tiān shēng wǒ cái bì yǒu yòng). Artinya kira-kira: Tuhan menciptakan kita pasti ada tujuannya, pasti ada gunanya. Juga pitutur luhur yang bunyinya, “少壮不努力,老大徒伤悲“ (shào zhuàng bù nǔ lì, lǎo dà tú shāng bēi): bergiatlah belajar selagi muda, biar tidak menyesal di masa tua. Prinsip-prinsip ini mendorongnya untuk tidak berputus asa saat belajar, agar berguna bagi diri sendiri dan orang lain. Menurut Dr. Anam, ini adalah “hidup dalam pemeliharaan Tuhan.” Meskipun tidak dibesarkan dalam lingkungan religius yang kental, Dr. Anam merasa bahwa setiap orang pada akhirnya akan dituntun mendekat kepada Tuhan. Ia mulai mengenal Tuhan saat bersekolah di SMA Don Bosco Padang, di mana Pastor Galileo mendampinginya hingga tamat perguruan tinggi. Uskup Pangkal Pinang Riau meminta Pastor Galileo untuk membimbing Dr. Anam dalam proses berimannya hingga akhirnya ia mau dibaptis. Berkat bimbingan Pastor Galileo, Dr. Anam yang awalnya hanya anak kampung dengan latar belakang ekonomi sulit, berhasil menempuh pendidikan dokter umum di Universitas Andalas. Setelah selesai spesialisasi neurologi, dilanjutkan dengan meraih gelar doktor dari Universitas Padjadjaran, Dr. Anam menjadi staf pengajar di universitas tersebut, berkontribusi dalam pendidikan, pelayanan, dan penelitian kesehatan di bidang neurologi. Melihat kembali perjalanannya, Dr. Anam terkadang tidak percaya dengan pencapaiannya saat ini. Sebagai anak tukang bengkel sepeda dengan fisik yang lemah, ia merasa takjub bahwa Tuhan memberikan jalan untuk menjadi seseorang yang berguna bagi orang lain. Meskipun pernah merasa kurang disayang dibanding kakak-kakaknya, Dr. Anam menyadari bahwa itu bukan kesalahan ayahnya. Saat ekonomi keluarga sulit, yang dibutuhkan adalah penghasilan, dan kakak-kakaknya pintar dalam mekanik, sementara ia hanya bisa berprestasi di sekolah. Namun, Dr. Anam memahami bahwa Jika Tuhan menutup satu pintu pasti Dia akan membukakan pintu yang lain. Dia mengingat pepatah, “Tuhan (Tien) menciptakan saya pasti ada gunanya,” dan menekankan pentingnya bersyukur. Semua pencapaiannya tidak akan terjadi tanpa campur tangan Tuhan. “Ingat, di ladang Tuhan, semua manusia yang nobody akan diangkat Tuhan menjadi somebody,” ungkapnya. (*)

Sumber: