Makassar dan Kepemimpinan yang Berbuah Penghargaan, Sebuah Catatan untuk Munafri Arifuddin
--
Oleh: Aromi Sirajuddin
Pemerhati Kebijakan publik Kota Makassar
DISWAY, SULSEL - Ada kalimat klasik yang selalu relevan dalam dunia pemerintahan: “Keberhasilan bukan diukur dari lamanya memimpin, tetapi dari seberapa cepat perubahan itu dirasakan rakyat.” Kalimat ini kini menemukan maknanya pada sosok Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin
Baru delapan bulan memimpin, nama Appi telah menembus panggung nasional lewat CNN Indonesia Award 2025, kategori Smart City Leadership in Integrated Public Service Innovation. Sebuah pengakuan yang tidak lahir dari wacana, tetapi dari *kerja konkret dan keberanian untuk berubah.*
Sebagai warga Makassar, Aromi Sirajuddin melihat penghargaan ini bukan semata milik seorang wali kota, melainkan milik seluruh masyarakat yang ikut bergerak dalam semangat perubahan. Karena di balik penghargaan itu, ada spirit kolektif: ASN yang bekerja cepat, masyarakat yang terbuka terhadap digitalisasi, dan kolaborasi yang tumbuh di tengah birokrasi.
Salah satu karya nyata yang patut diapresiasi adalah *LONTARA+*, SuperApps layanan publik yang menjadi simbol transformasi digital kota. Mengintegrasikan 358 layanan publik bukan perkara sederhana. Di banyak daerah, *digitalisasi sering terjebak dalam tumpang tindih sistem, tapi Makassar membuktikan bisa menyatukan semuanya dalam satu genggaman.*
Inovasi ini tidak hanya mempermudah warga, tetapi juga menandai lahirnya era baru tata kelola pemerintahan yang transparan dan akuntabel. Respons cepat terhadap pengaduan warga, penghapusan birokrasi berbelit, dan kemudahan akses informasi — inilah wajah baru pemerintahan yang melayani.
Di sisi lain, *Makassar Creative Hub (MCH)* memperlihatkan bahwa Appi dan Aliyah tidak hanya bicara tentang teknologi, tetapi juga tentang jiwa kota. Bahwa kemajuan digital harus sejalan dengan kemajuan kreativitas manusianya.
Saya melihat penghargaan ini sebagai bentuk legitimasi moral atas arah pembangunan Makassar hari ini. Bahwa kota ini sedang berada di jalur yang benar: kolaboratif, modern, dan manusiawi.
Namun lebih dari itu, penghargaan ini juga menjadi pengingat tanggung jawab. Sebab, semakin tinggi apresiasi yang diterima, semakin besar pula ekspektasi rakyat yang menanti bukti.
Ke depan, tantangannya adalah menjaga konsistensi. Karena kota cerdas bukan hanya soal aplikasi, tetapi tentang bagaimana teknologi menjadi alat untuk meneguhkan keadilan sosial, mempercepat pelayanan publik, dan mendekatkan pemerintah kepada rakyatnya.
Munafri Arifuddin telah memulai dengan langkah yang meyakinkan. Ia bukan hanya membangun sistem, tetapi membangun trust — kepercayaan. Dan di era seperti sekarang, trust adalah penghargaan tertinggi yang bisa diberikan rakyat kepada pemimpinnya.
Makassar sedang menulis bab baru dalam sejarahnya. Dan penghargaan ini, hanyalah pembuka dari banyak hal besar yang bisa dicapai ketika kepemimpinan berpadu dengan visi dan integritas.
Sumber:

