<!-- wp:paragraph --> <p><strong>DISWAY</strong> - Keinginan Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar terkait rencana pembangunan jalur rel kereta api dari Kabupaten Maros ke 'Kota Daeng' dengan konsep layang atau eleveted dianggap cukup rasional.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Alasannya, konsep eleveted tidak merusak tata ruang kota. Serta konsep tersebut sekaligus mencegah kerusakan lingkungan. Mengingat rute rel kereta api ditengarai bakal melewati Lantebung, Kecamatan Tamalanrea, yang notabenenya adalah kawasan hutan Mangrove.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Sehingga, jika bukan konsep eleveted dalam pembangunan rute rel kereta api dari Kabupaten Maros ke Kota Makassar, secara tidak langsung Mangrove di Lantebung terancam dibabat.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Jika itu terjadi otomatis akan menimbulkan abrasi ke pemukiman warga. Apalagi kawasan hutan Mangrove di Lantebung berdekatan dengan pemukiman padat penduduk. Selain itu, keinginan Pemkot Makassar menerapkan konsep eleveted, sekaligus mencegah terjadinya banjir jika musim penghujan tiba.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Ketua Komisi C DPRD Makassar, Sangkala Saddiko mengungkapkan, berdasarkan hasil koordinasi bersama Wali Kota, Mohammad Ramdhan 'Danny' Pomanto, bahwa proyek strategis nasional (PSN) ini dengan konsep eleveted telah melalui pertimbangan yang cukup matang.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>"Pada prinsipnya pembangunan rel kereta api dari Maros ke Makassar tidak menolak rencana itu. Tetapi diinginkan Pemerintah Kota bagaimana rel kereta api dibangun eleveted," kata Sangkala Saddiko melalui sambungan telepon, Minggu, 17 Juli 2022.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Menurut legislator yang membidangi komisi pembangunan ini, bahwa kelanjutan rute rel kereta api segmen Makassar, memang diperlukan menggunakan konsep eleveted. Sebab, jika berkaca rute rel kereta api dari Parepare ke Maros, dengan konsep at grade memakan banyak lahan, serta menimbulkan dampak sosial di masyarakat ketika musim penghujan tiba.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>" Dengan pertimbangan Wali Kota bahwa eleveted bagus dan tidak terlalu menimbulkan resiko terkait dengan banjir. Di samping itu, tanah yang dibebaskan tidak terlalu lebar, " kata legislator dari PAN itu.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Di sisi lain, diungkapkan Sangkala, bahwa pembangunan rel kereta api dengan konsep eleveted tidak memakan banyak lahan. Hitung - hitungannya, konsep eleveted hanya memakan lebar lahan sekitar lima sampai 10 meter.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Tetapi, jika menggunakan konsep at grade, seperti rute rel kereta api dari Parepare ke Maros, memakan lahan lebih lebar, diperkirakan mencapai 50 meter.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Sehingga konsep eleveted sangat memungkinkan diterapkan di Kota Makassar. Apalagi konsep ini sudah digunakan di Kota Medan dan Palembang.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>"Menurut Wali Kota, sekitar 50 meter untuk luas lahan yang digunakan kalau di daerah bawah (Parepare ke Maros). Jadi kalau menurut beliau (Wali Kota), alangkah baiknya kalau di kota Makassar diberikan fasilitas seperti Medan dan Palembang dengan konsep eleveted, " tuturnya.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>"Karna bagaimana pun, beliau (Wali Kota, Danny Pomanto) paham soal arsitek, dia paham betul. Sehingga, dia berdalil kita ini Kota Makassar, maunya juga dikasih seperti di Medan dan Palembang. Kenapa tidak, di sana dikasih kita tidak, " sambungnya.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Dengan argumen Wali Kota Makassar cukup rasional, diakui Sangkala Saddiko, Komisi C sependapat dengan hal tersebut.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>"Kalau komisi C menanggapi, kita tidak jauh beda dengan pendapat pemerintah kota Makassar, bahwa rencana yang diinginkan pemerintah kota Makassar, memang bagus juga. Tapi jawabannya kembali kepada anggaran, " katanya.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Meski demikian, disebutkan Sangkala, pihaknya tetap mendukung hadirnya proyek strategis nasional tersebut di Kota Makassar. Namun jika menerapkan konsep eleveted jauh lebih bagus. Dia mencontohkan jalan tol di Jalan AP Pettarani Makassar dengan konsep eleveted, cukup bagus.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>"Pada prinsipnya, Komisi C mendukung langkah-langkah adanya pembangunan rel kereta api antara Maros dan Makassar. Pada prinsipnya kan Wali Kota maunya sama Medan dan Palembang, karena bagaimana pun juga kalau eleveted sama dengan Pettarani, kan cantik, " pungkasnya.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Sebelumnya, Wali Kota Danny Pomanto menilai pembangunan kereta api segmen Makassar dengan konsep at grade tidak sesuai tata ruang.<br>Bahkan mengganggu rencana tata ruang wilayah.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Bagi Danny Pomanto, Balai Pengelola Kereta Api (BPKA) Sulawesi Selatan (Sulsel) terlalu memaksakan kehendak untuk membangun rel kereta api dengan konsep at grade. Padahal, dari awal sudah terbangun kesepakatan bahwa kelanjutan rel kereta api segmen Makassar<br>menggunakan desain eleveted.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Maka dari itu, Danny Pomanto tidak ambil pusing terkait anggaran pembangunan rel kereta api segmen Makassar ditarik ke pusat. Sebab, ini murni kesalahan BPKA. Apalagi Danny Pomanto mengaku telah berkoordinasi dengan pemerintah pusat terkait hal tersebut.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>"Urusannya dia (BPKA, jika anggaran ditarik ke pusat), daripada salah. Kenapa Palembang eleveted, Medan eleveted, kenapa kita tidak? Memangnya kita ini kota terbelakang. Saya sudah bilang sama Pak Menteri (Menhub, Budi Karya Sumadi), " tegasnya kepada wartawan baru - baru ini.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Selain itu, Danny Pomanto merasa heran dengan<br>BPKA Sulsel yang menunjuk stasiun rel kereta api segmen Makassar di kawasan Lantebung. Padahal di lokasi tersebut akses jalan tidak memadai.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>"Balai ini yang memaksakan kehendak. Termasuk juga waktu penempatan stasiun, kenapa jalan Lantebung, jalanan kecil begitu. Keliru desain itu dan tidak ada koordinasi, " sorot Wali Kota berlatar belakang arsitek ini.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Bahkan Danny Pomanto tidak peduli terkait upaya Pemprov Sulsel mengeluarkan surat keputusan (SK) soal penetapan lokasi (Penlok) rute rel kereta api di Makassar. Di mana SK tersebut akan diterbitkan akhir Juli 2022.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>" Tetap saya tolak, biar penlok pasti saya tolak. Pokoknya saya tolak. Saya lindungi Makassar.<br>Saya tidak tolak Kereta Api-nya, yang saya tolak tidak eleveted, dulu sempat eleveted kenapa tidak sekarang? Dulu awalnya kami sudah usulkan eleveted tapi dirubah kembali at grade. Ini melanggar tata ruang, " tegasnya.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Danny Pomanto menegaskan, pihaknya ngotot penerapan eleveted lantaran konsep at grade banyak menimbulkan dampak besar kedepannya.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>"Kenapa tempat lain bisa eleveted? Kalau at grade itu banyak sekali masalahnya loh. Dia mau tanggung itu banjir? Lebih mahal itu bikin penanggulangan banjir yang dibikin seperti di Barru. Salah desain itu (kalau at grade). Jadi saya anggap kalau kereta api itu at grade, itu salah desain. Saya tidak mau dirusak ini tata ruang kota. Kalau begini kulawan, tidak sesuai tata ruang tidak menghargai Makassar, " tandasnya.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Sebagai informasi, total panjang Segmen E yang dilalui rel kereta api 9,3 kilometer untuk wilayah Kota Makassar, serta 4,9 kilometer wilayah Kabupaten Maros. Adapun luas keseluruhan Segmen E adalah 83,94 hektare dengan anggaran yang disiapkan Rp1,4 triliun. ***</p> <!-- /wp:paragraph -->
Alasan Rasional Wali Kota Makassar, Rel Kereta Api Menggunakan Konsep Layang
Minggu 17-07-2022,23:36 WIB
Editor : Akbar Nur Qadri
Kategori :