Cerita Inspiratif di Balik Kekurangan Alma Husna, Bocah Perempuan Tanpa Tangan dan Satu Kaki di Jeneponto

Sabtu 14-10-2023,14:55 WIB
Reporter : Muhammad Fadly
Editor : Muhammad Fadly

<strong>diswaysulsel.com, JENEPONTO </strong>- Dia, Alma Husna, seorang bocah perempuan berusia 10 tahun yang tidak memiliki dua tangan dan hanya satu kaki. Dalam dalam menempuh pendidikankanya, Alma Husna hanya dibekali satu kaki sejak Tingkat Taman Kanak-kanak (TK) hingga melanjutkan ke tingkat Sekolah Dasar (SD) kelas IV sampai sekarang. Meski memiliki keterbatasan fisik, tidak menyurutkan semangatnya untuk belajar. Dengan menggunakan kakinya ia mampu menulis dan berjalan satu kaki kesekolah dalam keadaan loncat-loncat. Bahkan, untuk makan, minum dan berpakaian jilbab ia juga menggunakan kakinya sendiri tanpa alat bantu. Seperti pantauan Disway beberapa hari di SDN Kassi, Kecamatan Tamalatea, Alma Husna terlihat sedang ngobrol bersama teman-temannya. Sapaan akrab Husna ini menunjukkan keahliannya menulis menggunakan kiki. Al hasil, tulisan yang Husna buat tidak jauh berbeda dengan tulisan tangan dan mudah dibaca. Informasi dihimpun ternyata bocah spesial ini sejak TK sudah pintar dibandingkan anak didik seusianya. Cita-cita Alma Husna ingin jadi guru dan ustadzah supaya bisa memberikan manfaat kepada orang lain. Terpenting baginya ingin berbakti dan membahagiakan kedua orang tuannya. "Cita-citaku ingin jadi guru Karaeng sama ustadzah karena saya juga mau ajarki adekku mengaji Karaeng," ucap Husna dengan kepolosannya kepada Disway, Sabtu (14/10/2023). Dibalik kekurangan dan keterbatasan organ tubuhnya, Husna mengaku tidak malu dengan kondisi fisiknya. Malahan ia terlihat enjoy, santai menikmatinya dan selalu bersyukur. "Ia karaeng saya tidak pernah malu, bagi saya kekuranganku ini saya jadikan kelebihan," katanya. Anak pertama dari tiga bersaudara ini, diketahui hasil dari pasangan suami istri bapak Muhammad Aswir dan Ibu Nasiah, warga kampung Ci'nong Ora-orasa, Kelurahan, Tonrokassi Induk, Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. Keluarga tersebut, tinggal satu atap di rumah lantai yang cukup sederhana dengan ukuran 5X7 meter persegi. Dikala musim hujan, air hujan masuk membanjiri ruang tamu dan dapurnya. "Kalau hujan pak masuk air di rumahku karena atapnya bocor, kayu sama sennya sudah keropos. Lama mi juga saya pikirkan untuk saya perbaiki rumahku pak cuma belum pi ada uangku," ucap Nasiah yang merupakan Ibu kandung Alma Husna. Sedangkan suaminya, Muhammad Aswir kesehariannya hanya bekerja sebagai pengempul rumput laut dari hasil sisa panen orang lain. Dan setelah terkumpul kemudian dijual untuk menopang kebutuhan hari-harinya. "Kalau pekerjaan suamiku pak mengupul rumput laut kemudian saya jual. Kadang juga na bantu orang kalau panen rumput laut dan kadang juga pergi kerja bangunan," imbuhnya. (Syamsir)

Tags :
Kategori :

Terkait

Terpopuler