<strong>diswaysulsel.com, MAKASSAR </strong>- Bakal calon Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Mohammad Ramdhan ‘Danny’ Pomanto dikatakan akan berhadapan dengan dua gerbong elit politik pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulsel 2024. Dua elit politik tersebut yakni Andi Amran Sulaiman (AAS) dan Rusdi Masse Mappasessu (RMS). Meski harus berhadapan dengan dua ‘raksasa’ Sulsel tersebut, Danny Pomanto tetap mantap bertarung di Pilgub Sulsel mendatang. Adapun dua elit tersebut ditengarai sebagai sosok belakang layar dari rivalitas Danny Pomanto, yakni Andi Sudirman Sulaiman (ASS) dan Fatmawati Rusdi. Di mana AAS sendiri merupakan kakak kandung dari Andi Sudirman, sementara RMS adalah suami sekaligus ketua partai dari Fatmawati Rusdi. Selain menjadi dua gerbong politik di Sulsel, keduanya pun dikatakan sebagai dua elit dengan kekuatan finansial yang ‘no limit’. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi seorang Danny Pomanto. Meski harus berhadapan dengan dua gerbong elit di atas, Danny Pomanto tak terlihat gentar untuk maju bertarung di Pilgub Sulsel. Walikota Makassar itu jelang pendaftaran di KPU pada 27 Agustus nanti, diketahui masih terus menjajaki syarat dukungan partai politik. Lantas, bagaimana kans Danny Pomanto yang berhadapan dengan kolaborasi AAS dan RMS ini? Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Ibnu Hadjar Yusuf menilai bahwa menjelang pendaftaran bakal paslon kandidat Pilgub Sulsel memang banyak diwarnai dinamika dan intrik, salah satunya adalah perebutan rekomendasi partai politik. Dalam perebutan rekomendasi tersebut, Ibnu Hadjar mengatakan Danny Pomanto seakan menjadi sasaran dari lawan-lawan politiknya. “Keterlibatan Amran sebagai menteri hari ini dan Rusdi Masse sebagai anggota DPR RI dan Ketua NasDem, tentu mereka tidak tinggal diam. Karena memang bagi mereka Danny Pomanto menjadi sebuah ancaman yang serius,” jelasnya kepada Harian Disway Sulsel, Minggu 18 Agustus 2024. Kendati melawan dua gerbong politik besar, Danny Pomanto juga dinilai siap dengan kekuatannya. Ibnu Hadjar mengatakan bahwa Danny adalah sosok politisi yang tidak dapat diremehkan, karena punya pengalaman menghadapi berbagai gejolak dinamika politik sebelumnya. “Di tahun 2018-2019 adalah sebuah kejadian yang luar biasa, sejarah bahwa efek Danny Pomanto kotak kosong itu menang dan kembali Danny bertarung dan memenangkan pertarungan. Itu semua adalah hierarki perjalanannya membentuk diri dan kepribadiannya, memiliki jiwa petarung, punya komitmen dan konsistensi meski diganggu,” terangnya. Melihat akan kekuatan Danny Pomanto ini, Ibnu Hadjar menilai dua elit yang ‘turun gunung’ ini merupakan hal yang wajar. Sebab, dia melihat ada kekhawatiran oleh AAS-RMS atas kekuatan Danny yang dapat mengimbangi elektoral Andi Sudirman meskipun sebagai incumbent. “Ada ketakutan dan kekhawatiran yang berlebihan ketika Danny ini lolos. Bagi Danny dia menganggap ini hal yang biasa aja. Baginya ini adalah arena politik yang biasa terjadi sebagai bagian dari dinamika politik,” papar Ibnu Hadjar. “Saya melihat Danny sebagai seorang arsitek, sekali dia menarik garis lurus maka akan dilanjutkan seperti itu. Tidak ada hal-hal ‘gaib’ di belakangnya, saya melihat beliau sebatang karanya untuk berjuang dan bertarung. Dia memang mampu mereduksi kekuatan dari grass root,” tambahnya. Di sisi lain, Ibnu Hadjar mengakui bahwa dua gerbong lawan Danny Pomanto juga dikenal merupakan dua gerbong yang memiliki kekuatan finansial yang kokoh. Tetapi menurut dia hal ini tidak bisa serta-merta menjadi patokan kemenangan. “Apa bedanya dengan pertarungan 2018 itu. Appi dengan koalisi besar menyatu semua pengusaha besar, Jusuf Kalla, Bosowa dan lain-lain. Akhirnya kotak kosong yang menang dan di putaran kedua Danny yang menang. Artinya tidak bisa juga menjadi sebuah ukuran,” kata akademisi UIN Alauddin ini. Diketahui saat ini Danny Pomanto yang resmi berpaket dengan Azhar Arsyad telah mengantongi dua Surat Keputusan (SK) dukungan parpol model B1 KWK, yakni dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sehingga paket Danny-Azhar (DIA) telah berhasil mengumpulkan modal total 14 kursi dan masih butuh 3 kursi lagi untuk mendaftar di KPU 27 Agustus mendatang dan memastikan Pilgub Sulsel head to head dengan pasangan Sudirman-Fatma. Adapun penentu head to head dan membuyarkan wacana kotak kosong ini ada di tangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang sebelumnya telah menyatakan dukungan kepada pasangan Danny-Azhar (DIA). Rekomendasi resmi model B1 KWK dari PPP untuk paket DIA ini dinilai menjadi hal yang akan menyelamatkan demokrasi di Sulsel sebab memupuskan potensi kotak kosong. Ketua DPW PPP Sulsel, Imam Fauzan, dengan tegas mengatakan hingga saat ini jajaran pengurus DPW sampai DPC partai ‘Kakbah’ itu menginginkan pasangan Danny-Azhar sebagai usungan pada Pilgub Sulsel nanti. “Sampai hari ini yang bisa saya sampaikan bahwa, semua kader PPP di Sulsel memang menginginkan bahwa Pak Danny Pomanto sebagai usungan Gubernur dari PPP. Tapi kembali kami tugasnya di wilayah itu mengusulkan nama ke DPP, masalah siapa yang ditetapkan oleh partai itu ranahnya DPP,” ujar Imam Fauzan kepada Harian Disway Sulsel, Sabtu 17 Agustus 2024. Hingga saat ini pun, Danny Pomanto mengatakan dirinya akan terus ‘fight’ dan masih optimis mendapatkan dukungan dari parpol koalisi yang telah berkomitmen sebelumnya. Setelah mengamankan B1 KWK dari PDI Perjuangan pada Rabu 14 Agustus dan PKB pada 18 Agustus, Danny membeberkan bahwa selanjutnya akan mendapat kejelasan dari PPP pada 20 Agustus. “Pertama saya sudah mendapatkan dua B1 KWK, pertama amanah dari PDI Perjuangan langsung diserahkan oleh Ibu Mega. Yang kedua, tanggal 18 oleh Ketum PKB. Kan saya sudah bicara sama PPP lewat Amir Uskara, insyaallah sekitar tanggal 20 juga PPP akan menyampaikan,” ujar Danny usai menerima dukungan resmi PDI Perjuangan. (REG/E)
Pilgub Sulsel, Danny vs AAS-RMS
Selasa 20-08-2024,08:30 WIB
Editor : Muhammad Fadly
Kategori :