Pemkot Makassar Optimalisasi Urban Farming untuk Ketahanan Pangan dan Ekonomi Warga
--
Tetapi diolah menjadi pupuk dan pakan bernutrisi tinggi yang mendukung aktivitas pertanian dan budidaya perikanan. Sehingga Pemkot Makassar, ingin sistem pengelolaan sampah yang terintegrasi di setiap RT/RW.
"Hari ini sudah berjalan di sejumlah kelurahan dengan 153 unit tema modern (tempat pengelolaan sampah komunal). Ini langkah awal yang baik dan akan terus diperluas, terutama di wilayah padat penduduk," jelas mantan Bos PSM itu.
Ia mencontohkan sistem pengelolaan pakan dan budidaya ikan yang telah berjalan di Kecamatan Panakkukang. Di lokasi tersebut, terdapat sekitar 600 ton ikan lele yang membutuhkan 3 ton makanan sampah per hari.
Pemkot mendorong agar sumber pakan tersebut dapat berasal dari sampah organik restoran dan pasar, bukan dari bahan baru.
Sampah organik dari restoran, hotel, dan pasar jangan dibuang. Bahkan bisa bisa olah untuk pakan ikan atau ayam.
"Saya sudah minta camat dan lurah memastikan tidak ada lagi tumpukan sampah di depan pasar. Sampah itu bernilai ekonomi tinggi jika dikelola dengan baik," imbuh alumni FH Unhas itu.
Lebih lanjut, Munafri menyebut, konsep urban farming bukan hanya tentang menanam, tetapi juga melibatkan sektor perikanan dan peternakan.
Sampah organik diolah menjadi pakan, menghasilkan ikan atau unggas, yang kemudian mendukung ketahanan pangan rumah tangga dan meningkatkan ekonomi masyarakat.
"Kita ingin membangun ekosistem lingkungan yang berputar sampahnya terkelola, pemberdayaannya dapat, ekonominya tumbuh. Ini model ekonomi rumah tangga yang berkelanjutan," ucapnya.
Munafri juga menegaskan pentingnya mempercepat penerapan konsep Zero Waste house, rumah tangga yang mampu mengelola sampah secara mandiri dan menghasilkan manfaat ekonomi.
Target ke depan adalah rumah tangga zero waste. Rumah tangga yang mampu mengolah sampahnya sendiri, menghasilkan pupuk, bahkan membangun kebun kecil atau kolam ikan di rumah.
"Tahun depan kami akan mulai memberikan penilaian dan penghargaan bagi wilayah yang berhasil," paparnya.
Ia mengingatkan bahwa kapasitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Kota Makassar hampir mencapai batas maksimal. Karena itu, intervensi melalui program pengurangan dan daur ulang sampah menjadi sangat mendesak.
"Kalau tidak diintervensi, dua tahun lagi TPA kita overload. Karena itu, kita harus mulai dari rumah tangga dan wilayah untuk mengelola sampahnya sendiri. Ini bukan sekadar program, tapi kebutuhan," kata Munafri.
Selain itu, Wali Kota juga mendorong penggunaan teknologi pertanian modern untuk meningkatkan produktivitas. Ia meminta DP2 melibatkan lebih banyak generasi muda agar tertarik pada sektor pertanian dan perikanan perkotaan.
Sumber:

