Kans Adnan di Golkar, Husniah Talenrang Ganti Ashabul Kahfi

Kans Adnan di Golkar, Husniah Talenrang Ganti Ashabul Kahfi

Ilustrasi Situasi politik di Sulawesi Selatan semakin dinamis pasca Pilkada.--Harian Disway Sulsel-Anton--

“Kalau Pak Adnan, saya kira wajar kalau dia diperhitungkan. Survei saya tahun lalu menunjukkan bahwa Adnan adalah salah satu tokoh yang diminati dan memiliki hasil survei yang bagus. Performanya dianggap mewakili anak muda dan punya pengalaman sebagai Bupati,” jelasnya.

Namun, untuk PAN Sulsel, Hasrullah menilai potensi Husniah masih kalah jauh dibanding beberapa kader PAN lain, seperti Bupati Maros Chaidir Syam, Politisi PAN Irfan AB, dan Ketua DPW PAN Sulsel saat ini, Ashabul Kahfi, yang dinilainya masih sangat layak memimpin kembali.

“Kita tahu (Husniah) pendatang baru, kita belum lihat kiprahnya. Kita membutuhkan pemimpin partai yang punya kapasitas mumpuni dan pengalaman,” sebutnya.

“Betul, beliau kader PAN, tapi saya menganggap masih banyak yang lebih bisa. Masih ada Chaidir, Bupati Maros. Mengelola partai politik itu butuh jam terbang yang bagus tanpa direcoki dengan kepentingan lain,” lanjut Hasrullah.

Meski demikian, Hasrullah berharap momentum Musda ini bisa melahirkan pemimpin baru yang berkualitas dan membawa perubahan bagi masing-masing partai.

“Satu hal yang penting, saya berharap partai-partai ini dapat memilih pemimpin yang berjuang dari bawah. Karena ini bukan Pilkada, ini proses kaderisasi. Jadi hanya orang-orang yang berpengalaman yang layak dipilih,” tutupnya.

Pakar Politik dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof. Sukri Tamma, menilai terbangunnya gerbong politik Fadil Imran di Sulsel dapat ditafsirkan sebagai upaya membuka jalan menuju persiapan Pilkada 2029. Apalagi, Fadil Imran hanya memiliki beberapa tahun sebelum memasuki masa pensiun.

“Ini bisa saja menjadi salah satu modal Pak Fadil Imran kalau pensiun dan maju ke arena politik, baik di tingkat kabupaten/kota maupun provinsi. Paling tidak, itu jadi salah satu modal yang bisa diharapkan,” kata Sukri.

Dekan FISIP Unhas ini menyebut bahwa Pilkada 2029 nanti berpotensi menjadi ajang pertarungan sengit antar berbagai gerbong politik, yang akan menjadi warna baru dalam atmosfer politik Sulsel.

“Tapi kita masih menunggu siapa yang akan memenangkan pertarungan. Jika memang Pak Fadil maju, mungkin dia bisa menjadi salah satu penantang di 2029,” terangnya.

Dalam perjalanan menuju Pilkada 2029, Sukri Tamma menilai bahwa gerbong politik Fadil Imran tidak akan diam saja. Meski sudah memiliki modal politik saat ini, posisi di Gowa dan Takalar serta kekuatan parpol tidak bisa dijadikan satu-satunya jaminan untuk maju berkontestasi.

“Tapi paling tidak, saya pikir keberhasilan beliau adalah mengawal sisi politis keluarganya di posisi itu. Kemudian, barangkali di saat yang bersamaan, Pak Fadil bisa memanfaatkan keberhasilan ini jika memang ada kepentingan politik ke depan. Tentu kita akan menunggu,” pungkas Guru Besar FISIP Unhas ini.

Sumber: