Harus 400 T

Harus 400 T

<!-- wp:paragraph --> <p>Oleh: Dahlan Iskan</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>DISWAY -- PARA gubernur dan bupati/wali kota sekarang lagi kampanye intensif: harus membeli barang dalam negeri. Di daerah masing-masing.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Itu setelah Presiden Jokowi marah-marah di Bali. Di depan mereka. Pekan lalu.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Murkanya Presiden Jokowi –Anda sudah tahu: akibat masih begitu banyak instansi pemerintah yang membeli barang impor –meski barang yang sama sudah bisa dibuat di dalam negeri.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Maka presiden memberi target: sampai akhir bulan Mei depan, nilai barang produksi dalam negeri yang terbeli harus mencapai Rp400 triliun. Hanya dalam dua bulan. Target yang sangat berani. Sangat hebat.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Sebenarnya semangat membeli produk dalam negeri memang sangat tinggi. Sejak dulu. Hanya saja begitu banyak hambatan.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Terutama soal harga –terkait risiko hukum: yang membeli barang bukan yang termurah bisa terjerat hukum.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Padahal, sering kali, produk dalam negeri harganya lebih mahal. Juga menyangkut kualitas. Ada kalanya kualitas produk dalam negeri kalah.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Persoalan ini tidak pernah terselesaikan. Produk dalam negeri selalu dikalahkan. Baru kali ini, di tahun ini, ada kebijakan yang secara nyata pro buatan dalam negeri.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Dengan segala risiko. Dan segala pengorbanan –termasuk pun kalau harus membeli dengan harga lebih mahal.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Maka pertanyaan-pertanyaan lama tidak relevan lagi: bagaimana menjamin bahwa yang dijual itu produk dalam negeri. Bagaimana dengan jaminan kualitas. Termasuk bagaimana dengan ketepatan harga.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Produk impor tidak akan ditampilkan di e-Katalog. Maka Pemda tidak akan bisa membeli produk impor.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Semua itu dipecahkan lewat satu cara: e-Katalog. Semua Pemda sudah harus membuka e-Katalog lokal –sebagai sumber pembelian barang.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Apa pun harus dibeli dari e-Katalog itu. Tidak boleh lagi hanya berpegang e-Katalog nasional.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Tentu minggu-minggu ini beban pekerjaan luar biasa besar. Di semua Pemda. Agar bisa punya e-Katalog lokal. Juga agar bisa mencapai target Rp400 triliun di akhir Mei 2022.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Dan yang paling sibuk adalah LKPP –Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Yang sekarang dipimpin mantan bupati Banyuwangi yang prestasinya fenomenal itu: Abdullah Azwar Anas. Istrinya, yang cantik itu, yang kini menggantikannya sebagai bupati Banyuwangi.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>LKPP-lah yang memegang kendali: cara mana yang benar dan cara mana yang salah. LKPP yang menyiapkan sistem e-Katalog itu. Termasuk e-Katalog lokal. Tentu heboh. Terjadi perubahan yang drastis.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Di tengah kehebohan itu LKPP sampai harus membuka Zoom setiap hari. Hampir sepanjang hari. Untuk melayani kebingungan para pejabat di daerah.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Begitu banyak pertanyaan, konsultasi, dan keraguan yang masuk ke LKPP. Dari seluruh daerah.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Semua harus dijelaskan oleh LKPP –Agus Rahardjo, sebelum menjabat ketua KPK, adalah kepala LKPP.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Anas melakukan pembaruan besar-besaran di sistem pengadaan barang pemerintah. Semua harus lewat e-Katalog. Termasuk e-Katalog lokal.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Anda pun bisa menayangkan barang produksi Anda di e-Katalog. Biarpun Anda tidak punya perusahaan.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Di e-Katalog lokal, tidak hanya perusahaan besar yang bisa masuk. Juga UMKM. Bahkan perseorangan.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Syaratnya: Anda harus menjamin barang itu buatan dalam negeri, harganya wajar, kualitas sesuai dengan yang dijanjikan, jumlah barangnya pun disebutkan, pengiriman beres.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Misalkan Anda bisa membuat batako. Atau paving. Atau kursi. Tawarkan saja lewat e-Katalog lokal.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Unggahan produk Anda itu akan dilihat Pemda. Lalu akan dibanding-bandingkan dengan produk sejenis lainnya.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Prinsipnya mirip dengan apa yang terjadi di marketplace swasta. Mirip dengan apa yang terjadi di Tokopedia, Bukalapak, Shopee, Blibli, dan lainnya.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Dua hari lalu saya makan malam dengan Abdullah Azwar Anas. Didampingi seorang deputinya yang lulusan Boston: Sarah Sadiqa (Deputi Bidang Pengembangan Strategi dan Kebijakan LKPP)</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Saya terkesan sekali dengan cara baru pengadaan barang pemerintah yang segera berlaku itu. Bahkan, Anas menjelaskan: tidak perlu lagi harus memperpanjang kehadiran di e-Katalog setiap dua tahun.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Sepanjang Anda tidak mundur dari e-Katalog, produk Anda akan tetap ada di situ. Masih ada lagi.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Presiden Jokowi juga sudah setuju diluncurkannya ''Kartu Kredit Pemerintah'' –yang dikeluarkan oleh bank-bank BUMN. Seorang pejabat di Pemda akan memegang kartu kredit itu.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Agar pembayaran dari pemerintah bisa pakai kartu kredit khusus itu. Tidak pakai prosedur panjang nan lama.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Dengan sistem Kartu Kredit Pemerintah itu, UMKM akan sangat terbantu. Modal UMKM yang kecil tidak termakan oleh lamanya menunggu pembayaran dari pemerintah.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Begitu barang Anda dibeli, dikirim dan cocok, maka pemegang kartu kredit pemerintah itu langsung menggesekkan kartu kreditnya. Anda pun menerima pembayaran tanpa khawatir ada potongan apa pun.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Transaksi di dunia swasta sudah begitu mudah dan terbukanya: lewat marketplace. Pemerintahan Jokowi akan bergerak cepat untuk tidak ketinggalan.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Kalau akhir Mei nanti belanja produk dalam negeri benar-benar bisa mencapai Rp 400 triliun saya angkat jempol tinggi-tinggi: ekonomi dalam negeri pasti ikut bergerak. Bayangkan berapa ratus triliun belanja itu sampai akhir tahun nanti.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Harusnya, dengan kebijakan baru ini, produksi dalam negeri siap-siap berpesta: baru kali ini dibela begitu nyata. (*)</p> <!-- /wp:paragraph -->

Sumber: