Anak Pejabat Maju Caleg, AIA Jr dan AAS Jr Potensi Rebut Suara Milenial
<strong>DiswaySulsel, Makassar </strong>-Potensi beberapa anak pejabat maupun tokoh politik di Sulawesi Selatan (Sulsel), untuk merebut kursi legislatif tergolong besar. Bukan hanya modal politik yang tak sedikit, relasi yang dimiliki oleh koleganya merupakan salah-satu aset yang tak dimiliki anak-anak muda lain. Dua contohnya yaitu anak Ketua Gerindra Sulsel Andi Iwan Darmawan Aras (AIA) yaitu Andi Adrian Adi Putra serta putra Andi Amran Sulaiman (AAS) Andi Amar Ma'ruf. Pengamat Politik dari Universitas Hasanuddin Makassar Andi Ali Armunanto menilai, peluang keduanya sangat besar dalam merebut kursi Senayan. "Mereka akan dibekali dengan modalitas politik yang kuat, akses ke partai, modal ekonomi yang cukup. Jadi saya rasa dibanding generasi muda yang lain, anak pejabat ini punya kelebihan tersendiri. Karena sudah punya modalitas yang cukup, tinggal di poles-poles dikit," ujarnya ketika dihubungi Harian Disway Sulsel, kemarin. Selain karena keduanya anak pejabat, Andrian dan Amar Ma'ruf masih berstatus anak muda. Menurut Ali Armunanto, anak muda diuntungkan dengan bonus demografi, di mana generasi X Y Z akan mendominasi profil pemilih. "Sehingga tentu preferensi mereka akan lebih cenderung memilih orang yang satu generasi. Mereka (juga) sangat akrab dengan sosmed dan marketing politik yang berbasis media, internet. Dan juga itu menjadi sumber informasi utama bagi generasi X, Y, Z ini," imbuhnya. Status Andi Adrian yang merupakan Wakil Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Himpi) Makassar menjadi modal kuat. Sementara Amar Ma'ruf yang juga Bendahara 1 Pengurus Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah, juga merupakan aset penting. Kendati begitu, sebut Dosen Ilmu Sosial dan Politik Unhas, modal jaringan belum cukup. Sebab jaringan di organisasi inipun tetap harus dioptimalkan, untuk menjadi lumbung suara maupun kekuatan-kekuatan politik. Meski Direktur Profetik Institute Asratillah ini juga sependapat, bajwa voters akan cenderung mencari kedekatan dengan calon yang akan ia pilih. Salah satunya kedekatan organisasi. "Pemilih ini biasanya mencari proximity atau kedekatan terutama kedekatan latar belakang organisasi. Meski Muhammadiyah tidak mengarahkan untuk memilih kandidat tertentu, tetapi kemungkinan besar misalnya kalau saya berlatar belakang Muhammadiyah, kemungkinan besar (memilih kader Muhammadiyah). Secara psikologis toh, itukan psikologi politik dasar," terangnya. Walakin, meski berstatus elit suatu organisasi, mereka haruslah memiliki strategi yang cerdik untuk mengidentifikasi loyalis atau calon pemilih. Terpisah, Ketua HIPMI Sulsel Andi Rahmat Manggabarani ketika dikonfirmasi mengaku mempersilahkan, apabila ada kader-kader HIPMI yang ingin terjun ke dunia politik. "Hipmi organisasi multi partai di dalamnya. Jadi siapapun bisa berpolitik dan punya hak untuk dipilih dan memilih, oleh seluruh anggota HIPMI," jelasnya. Meskipun demikian, Rahmat-sapaan akrabnya menegaskan, bahwa HIPMI bukanlah organisasi politik. Oleh karena itu secara kelembagaan tidak bisa mendukung satu calon tertentu. Senada, Sekretaris Umum Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Sulsel Sucipto Al Muhaimin menekankan, Kader Muhammadiyah punya hak politik yang sama dengan orang lain untuk memilih dan dipilih. Asalkan, tidak membawa bendera Muhammadiyah. "Tidak apa-apaji, yang penting tidak bawa bendera IPM (untuk) maju. Itu haknya mereka," jelasnya. Kader Muda Muhammadiyah yang akrab disapa Cipto ini, juga mengomentari ihwal apabila Amar Ma'ruf, menggunakan relasi di PP Muhammadiyah untuk melancarkan tujuan politiknya. "Kalau secara kedekatan mungkin bisa saja. Artinya lingkarannya kan Muhammadiyah pasti basisnya pasti ada di Muhammadiyah. Cuma dibilang Muhammadiyah mendorong mungkin tidak secara kelembagaan. Kalau secara personal kader Muhammadiyah yang di pusat itu yang ada di sekelilingnya bisa saja," tutupnya. (fat/sky)
Sumber: