DPRD Sulsel Atensi Virus Jembrana, Minta Pemprov Lokalisir Daerah Terdampak
![DPRD Sulsel Atensi Virus Jembrana, Minta Pemprov Lokalisir Daerah Terdampak](https://sulsel.disway.id/uploads/HASRUL-sapi-bili2-kab-gowa-scaled.jpg)
<strong>DISWAYSULEL, MAKASSAR</strong> - Merebaknya Virus Jembrana yang mengakibatkan kematian hingga ribuan sapi di Sulawesi Selatan (Sulsel) turut menjadi atensi DPRD Sulsel. Masalah tersebut menuai tanggapan Ketua Komisi B Firmina Tallulembang. Dirinya mengaku telah berkoordinasi dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Sulsel, untuk melakukan lokalisir daerah terdampak, dan melakukan tindakan pencegahan, melalui vaksin dan obat-obatan. "Pengetatan lalu lintas ternak udah pasti itu, dan sementara dari Bali sudah tidak ada lalu lintas (ternak)," ujar Anggota Fraksi Gerindra itu ketika ditemui Harian Disway Sulsel di ruang kerjanya, belum lama ini. Berhubung tak lama lagi mendekati Hari Raya Qurban atau Idul Adha, ia menekankan kepada Pemprov Sulsel untuk memberikan perhatian ekstra terhadap virus ini. "Semoga ada perhatian dari pihak Pemprov untuk melakukan (pengawasan) lalu lintas perdagangan. Jangan sampai ada lolos lah sapi-sapi yang kena virus Jembrana," sambungnya. Di samping itu, Anggota Komisi B DPRD Sulsel Syamsuddin Karlos mengimbau masyarakat, agar memeriksa ketat saat membeli sapi apalagi dari daerah zona merah Virus Jembrana. "Dinas Peternakan (Disnakeswan, red) juga ada bagian kesehatannya. Maka harus dicek apakah ini hewan bebas dari penyakit tersebut, misalnya penyakit Jembrana dari Bali," tukasnya. Secara garis besar kata Karlos, bahwa sikap pemerintah dalam menangani virus Jembrana harus seperti menangani Virus Corona. Artinya melakukan pengetatan lalu lintas hewan hingga karantina. Sebelumnya, Kabid Keswan dan Veteriner Disnakeswan Sulsel Sriyanti Haruni mengaku, bahwa data ini bisa saja berbeda dengan yang ada di lapangan. Lantaran tak sedikit kasus peternak tidak melapor, bila ada sapi dengan gejala Jembrana. Di sisi lain, Kepala Disnakeswan Sulsel Nurlina Saking juga mengakui, sudah ada ribuan sapi yang mati karena virus Jembrana. "Jadi sudah seribuan yang mati sapi. Ini sudah dalam proses kedaruratan, memang ini mau Idul Adha jadi kita meningkatkan kewaspadaan," ujarnya ketika dihubungi Harian Disway Sulsel, Minggu 11 Juni 2023. Virus ini kata Nurlina sudah masuk di Sulsel sejak Juli 2022. Ada 18 Kabupaten/kota di Sulsel yang telah ditemukan kasus virus Jembrana (selengkapnya lihat grafis, red), kecuali di Kabupaten Toraja Utara, Kepulauan Selayar, Wajo, Maros, Bantaeng, dan Luwu. Jembrana, kata Nurlina, ternyata hanya menjangkiti sapi jenis Sapi Bali (Bos javanicus). "Hanya sapi khusus Sapi Bali. Tidak menulari sapi yang lain," tuturnya sembari mengatakan, sapi di Sulsel sekitar 80 persen berjenis Sapi Bali. Nurlina menegaskan bahwa virus ini tidak berbahaya bagi manusia dan tidak bisa ditularkan ke orang lain. Hanya saja tentu sapi yang terkena virus tidak dapat bertahan hidup lama. "Tingkat kematian tinggi, kalau kena (virus) Jembrana peluang untuk mati itu mendekati 100 persen, karena pengobatan itu tidak efektif kecepatan pengobatan dan kecepatan kerja virus lebih cepat penyakitnya, ibaratnya kalau misalnya ada laporan peternak, 2 hari baru disambangi kemungkinan sapi sudah mati," terangnya. Nurlina juga mengaku, pihaknya tidak memiliki anggaran untuk pemotongan bersyarat, melainkan hanya menyiapkan tindakan pencegahan melalui vaksin. "Kita tidak melakukan pemotongan bersyarat, karena itu membutuhkan beban anggaran negara. Kita lebih menyiapkan melindungi yang masih sehat," imbuhnya. Apabila peternak menemukan gejala virus Jembrana, Nurlina menyarankan untuk tidak dikeluarkan dari kandang, agar virus tidak berpindah. Sebaiknya dikarantina dan dipotong di tempat. (*) <strong>Suspek Sapi Terjangkit Virus Jembrana di Sulsel</strong> <ol> <li style="text-align: left;">Barru : 28 kasus</li> <li style="text-align: left;">Bone : 105 kasus</li> <li style="text-align: left;">Bulukumba : 86 kasus</li> <li style="text-align: left;">Enrekang : 59 kasus</li> <li style="text-align: left;">Gowa : 9 kasus</li> <li style="text-align: left;">Jeneponto : 100 kasus</li> <li style="text-align: left;">Palopo : 6 kasus</li> <li style="text-align: left;">Luwu Timur : 20 kasus</li> <li style="text-align: left;">Luwu Utara : 4 kasus</li> <li style="text-align: left;">Makassar: 2 kasus</li> <li style="text-align: left;">Pangkep : 15 kasus</li> <li style="text-align: left;">Pare-Pare: 137 kasus</li> <li style="text-align: left;">Pinrang : 281 kasus</li> <li style="text-align: left;">Sidrap : 48 kasus</li> <li style="text-align: left;">Sinjai : 8 kasus</li> <li style="text-align: left;">Soppeng : 58 kasus</li> <li style="text-align: left;">Takalar : 32 kasus</li> <li style="text-align: left;">Tana Toraja : 2 kasus</li> </ol> Total : 996 kasus
Sumber: