Data BPS Soal Jumlah Gereja di Sinjai Jadi Kontroversi, Arif Miftahudin Langsung Undang Media Klarifikasi

Data BPS Soal Jumlah Gereja di Sinjai Jadi Kontroversi, Arif Miftahudin Langsung Undang Media Klarifikasi

<strong>diswaysulsel.com, SINJAI </strong>- Badan Pusat Statistik (BPS) Sinjai mempublikasikan katalog tentang Kabupaten Sinjai dalam angka 2023. Katalog ini memuat tentang data geografi, pemerintahan, jumlah penduduk, sosial dan kesejahteraan masyarakat, keuangan pemerintah hingga data angka kemiskinan. Termasuk, tentang data pertumbuhan ekonomi, industri, tranportasi, sistem neraca regional, perdagangan, perbandingan antar kabupaten, agama dan sektor lainnya. Hanya saja, dari beberapa data yang dipublikasikan oleh BPS ada yang ganjal, yaitu data rumah peribadatan gereja protestan yang jumlahnya mencapai ratusan. Jumlah tempat peribadatan menurut kecamatan di kabupaten Sinjai dari data di tahun 2022 dalam katalog tentang Kabupaten Sinjai dalam angka untuk tahun 2023 yaitu jumlah Masjid sebanyak 701 bangunan dan peribadatan gereja protestan 125 bangunan. Dari jumlah peribadatan gereja protestan tersebut sehingga menjadi kontroversi, baik di kalangan masyarakat maupun media sosial yang menanggapi bahwa data yang dikeluarkan BPS Sinjai adalah keliru. Seperti, Ketua I Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sinjai, Ustadz Fadel melalui akun facebooknya ikut mengomentari soal data jumlah peribadatan gereja di Sinjai yang mencapai ratusan. Ada kekhawatiran soal data tersebut, namun data gak boleh salah penempatan dan posisi karena akan menjadi multitafsir. "Semoga saja itu yang dimaksud (mushollah), insya Allah kita sambangi BPS untuk mempertanyakan data tersebut," katanya. Setelah mengetahui bahwa data jumlah peribatan gereja tersebut kontroversi, Kepala Badan Pusat Statistik Sinjai, Arif Miftahudin langsung mengundang awak media untuk mengklarifikasi data tersebut. Dia mengakui bahwa pihaknya tidak teliti dalam melakukan penginputan. Ia menjelaskan bahwa dimana data dalam kolom jumlah peribadatan gereja tersebut seharusnya ada pada jumlah musholla. Hal ini merupakan pembelajaran dan seharusnya pihaknya meneliti kembali dalam merilis data yang dikeluarkan agar lebih valid. "Kami mengakui akan kesalahan data tersebut dan memohon maaf, sebab tidak jeli dan teliti saat melakukan penginputan data," ungkapnya saat menggelar jumpa pers di Ruangan Rapat BPS Sinjai, Selasa (4/7/2023) malam. Olehnya itu kata arif, ini merupakan pembelajaran atas kekeliruan dan kesalahan dalam penginputan data sehingga kedepannya akan menggelar Focus Grup Discussion (FGD) sebelum merilis data sehingga tidak menjadi kekeliruan. Termasuk, akan mengundang Instansi terkait. (fan)

Sumber: