Damkar Kesulitan Atasi Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan
<strong>diswaysulsel.com, MAKASSAR </strong>- Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (PLHK) mencatat kasus kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Sulawesi Selatan telah mencapai 250 Hektare. Berbeda dengan data Pemadam Kebakaran yang menunjukkan lebih dari 372 kasus Karhutla terjadi di Sulsel hingga pekan lalu. Kabid Linmas dan Damkar Satpol-PP Sulsel, Pahlevi, mengatakan setidaknya pada beberapa pekan terakhir telah terjadi dua kasus karhutla besar yakni kebakaran yang terjadi di Polongbangkeng Kabupaten Takalar dan Hutan Pinus Malino Kabupaten Gowa. "Dua kasus itu memang agak besar, karena sampai ada permintaan bantuannya dari Kabupaten Takalar, kejadian di Polongbangkeng itu. Sehingga saya harus komunikasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup, Manggala Agni, untuk bantuan personil pemadaman," ujar Pahlevi saat diwawancarai, Minggu (1/10/2023). Pahlevi mengungkapkan bahwa kendala Damkar dalam penanganan Karhutla adalah keterbatasan armada. Sementara armada yang dimiliki oleh pihak Damkar terbagi dua, selain untuk memadamkan api, juga digunakan untuk distribusi air bersih. "Sekarang jadi persoalan harus berbagi armada dengan pendistribusian air bersih. Sedangkan armada di beberapa kabupaten/kota itu sangat terbatas. Ada yang cuma punya armada 5 atau 6, barangkali cuma bisa 3 beroperasi selebihnya bermasalah, rusak, tidak cukup dan lain-lain," ungkapnya. Dia menyebutkan salah satu alternatif yang seharusnya bisa dilakukan untuk mengatasi karhutla di tengah kemarau panjang ini yakni dengan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Seperti dilakukan Pemprov Sulsel pada periode musim penghujan awal tahun ini. Karena curah hujan yang ekstrem, sehingga hujan diturunkan lebih awal di wilayah perairan (laut). Kepala Pelaksana BPBD Sulsel Amson Padolo mengatakan, TMC sudah diusulkan sejak lama kepada BNPB. Namun, hal tersebut terhambat karena kondisi awan yang belum mendukung. "Kita menunggu sampai dasarian ke berapa baru bisa ada. Dilakukan pemantauan dari BMKG Pusat terkait kondisi awan karena memang rawan terjadi karhutla mengingat Sulsel masih banyak hutan dan lahan," jelasnya saat diwawancarai Harian Disway Sulsel di Baruga Pattingalloang belum lama ini. Lanjut Amson, dalam waktu dekat belum dapat dilakukan TMC. Karena kemungkinan dalam pekan ke depan belum ada tanda-tanda hujan dapat diturunkan dengan TMC. "Memang yang sangat susah ditangani itu kebakaran hutan, karena lokasi sangat kering, dan susah terjangkau mobil damkar. Kedua, dalam kekeringan agak mudah terbakar. Biar tidak ada pemicunya bisa saja terjadi kebakaran," tukasnya. Penjabat Gubernur Sulsel, Bahtiar Baharuddin menyampaikan, tim penanganan karhutla sejatinya sudah ada. Ia menduga bahwa karhutla yang sering terjadi ialah karena ada faktor kelalaian di lokasi tersebut. "Tidak seperti daerah di Kalimantan ada batu bara di bawah (tanah) jadi kena matahari panas mudah terbakar. Kalau kita ini mungkin faktor-faktor kelalaian saja," ujar Bahtiar. Ia berharap masyarakat tetap harus waspada karena kekeringan yang terjadi belakangan ini sudah semakin memburuk. "Himbauan saya masyarakat kita jangan sembarang buang puntung rokok. Ini kan rawan, kadang-kadang bakar sampah di sembarang tempat ini rawan. Kita antisipasi sama-sama," tandasnya. Informasi yang dihimpun dari BBMKG Wilayah IV Makassar, saat ini masih terdapat peringatan dini kekeringan meteorologis pada kategori awas. Utamanya di bagian pesisir barat dan selatan Sulawesi Selatan. Itulah sebab terjadi karhutla baru-baru ini di wilayah Hutan Pinus Malino di Kabupaten Gowa dan juga di Kabupaten Jeneponto. Kepala Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah IV Makassar, Hanafi Hamzah membeberkan persyaratan TMC adalah adanya bibit awan untuk disemai. Hanya saja, saat ini mayoritas wilayah di Sulsel masih sangat sedikit awan. "Itupun awan-awan menengah ke atas. Awan-awan rendah belum ada. Masih sulit untuk kita TMC karena bibit awan masih sangat jarang untuk kita semai," ujar Hanafi. Hanafi mengutarakan, awan-awan rendah akan mulai tumbuh di Sulsel pada sekitar akhir Oktober mendatang. Hanya saja, saat itu masih belum masuk musim penghujan. Diprediksi hujan baru akan terjadi pada dasarian dua November yakni sekira 11-20 November. "Kita harapkan karena awannya sudah bibit rendah jenis Cumulus, maka kita harapkan sudah bisa disemai untuk TMC," pungkasnya. (REG)
Sumber: