Tips Caleg Gagal agar Tidak Stress

Tips Caleg Gagal agar Tidak Stress

<strong>diswaysulsel.com, MAKASSAR </strong>- Tak sedikit calon legislatif yang bertarung di Pileg nanti menggunakan modal pas - pasan. Bahkan ada yang rela menjual harta bendanya hingga mengambil uang kredit di bank. Menghabiskan uang hingga ratusan juta untuk sesuatu yang tidak pasti. Ini diperuntukkan untuk biaya alat peraga kampanye maupun sosialisasi ke masyarakat. Maka tidak heran setelah perhelatan demokrasi tersebut banyak caleg yang tumbang hingga stress. Pakar Psikologi Universitas Hasanuddin, Ichlas N. Afandi, menilai, beban berat psikologis para caleg bukan hanya disebabkan karena mereka telah mengeluarkan finansial yang begitu banyak. Tapi juga disebabkan, para caleg terlanjur menginvestasikan modal immaterial. "Maccaleg itu kan seperti judi. Sesuatu yang tidak bisa dikalkulasi secara matematis karena sangat liar variabelnya," sebut Ichlas. Sehingga, menjadi calon anggota legislatif konsepnya seperti investasi. Hanya saja resikonya lebih besar. "Setiap investasi pasti ada resiko. Cuma caleg itu high risk (resiko tinggi) sekali. Karena bukan cuma menginvestasikan materi tapi juga menginvestasikan pride, kalau dalam perspektif Bugis-Makassar itu siri' na pacce," terangnya. Menurut dia, para caleg seharusnya wajib dibekali dengan kesiapan mental. Namun, pada kenyataannya, setiap tahun Pileg, masih saja banyak caleg gagal yang sulit menerima kekalahannya. "Ada jargon generik yang bagus sekali yang bunyinya itu 'siap menang siap kalah'. Masalahnya sekarang jangan hanya dibibir saja. Karena kebanyakan orang, mau sekali menang dan tidak mau sekali kalah," ungkap Ichlas. Ketua Program Studi Departemen Psikologi Kedokteran Universitas Hasanuddin itu menyarankan kepada penyelenggara dan partai politik untuk melakukan satu sesi pembekalan psikologi bagi setiap caleg yang ingin maju pada kontestasi Pileg nanti. "Sebenarnya yang berperan itu juga Partai dan KPU. Harus ada satu sesi sebelum Pileg yang menjelaskan tentang probabilitas kegagalan dan efeknya. Cuma masalahnya rekrutmen Partai itu sistem MLM (Multilevel Marketing) semua janji-janji surga. Sehingga yang terbangun di pikiran para calegnya itu optimisme palsu," jelas Ichlas. "Seharusnya ada satu sesi para caleg itu diajarkan realistis. Harus disadarkan bahwa benar ada potensi menang, tapi juga potensi kalah lebih besar. Jadi kalau kalah harus siap rugi finansial dan immaterial," tandasnya. Menanggapi fenomena tersebut, Ketua DPC PKB Makassar Fauzi Andi Wawo menyebut di partainya sebelum menjadi caleg sudah diberikan pemahaman, bahwa arena politik itu semata-mata hanya media untuk mengabdi kepada masyarakat. Sehingga kata Uci-sapaan akrabnya-, para caleg PKB hanya berfokus untuk mendapatkan kursi di setiap dapil dan siapapun yang duduk tidak akan dijadikan masalah apalagi sampai stres. "Yang penting target tercapai, kami semua baik pengurus dan caleg sudah sepakat untuk fokus target partai di Pemilu 2024," katanya. Apalagi di partai tersebut, sudah menjaminkan kompensasi untuk keseluruhan caleg yang sudah bekerja dan mengabdikan diri. "Sehingga tidak akan menimbulkan kekecewaan di belakang hari," sambung Uci. Terpisah, Sekretaris Golkar Makassar Abdul Wahab Tahir mengutarakan, terkhusus di partainya sejak 2009 hingga Pemilu 2019, belum pernah mengidentifikasi caleg gagal berpotensi stres. Apalagi Wahab meyakini, hal tersebut tidak akan terjadi sebab pihaknya sudah melakukan treatment khusus dan sudah dihimbau oleh Ketua Golkar Makassar Munafri Arifuddin dari jauh-jauh hari. "Pak Appi himbau dan sering ulangi diberbagai pertemuan, bahwa semua wajib bergerak, soal siapa nanti yang terpilih kita serahkan pada rezeki Allah saja," imbuhnya. (Reg/Whd)

Sumber: