Stunting di Jeneponto Masih Diangka Tertinggi, Pj Bupati Akan Lakukan Evaluasi

Stunting di Jeneponto Masih Diangka Tertinggi, Pj Bupati Akan Lakukan Evaluasi

<strong>diswaysulsel.com, JENEPONTO </strong>- Pj Bupati Jeneponto, Junaedi Bakri akan melakukan evaluasi kepada Dinas terkait menyoal stunting yang masih berada diangka tertinggi 39 persen berdasarkan rilis terakhir. Dengan angkat tersebut, Junaedi Bakri menilai bahwa Dinas terkait kurang maksimal terhadap penanganan stunting. "Tadi pagi saya panggil Dinas BKKBN dan saya katakan, saya kurang lebih 30 hari di Jeneponto kalian ini belum ada aksi," kata Pj. Bupati Junaedi Bakri kepada media, Senin (5/2/2024). Olehnya itu, Junaedi menantang Dinas BKKBN turun bersama-sama melakukan intervensi kebawah menyasar Desa/Kelurahan untuk dijadikan roll model aksesores stunting di Jeneponto. Berangkat dari satu Desa ke Desa lainnya tutur Junaedi, zero stunting kedepan akan mengakumulasi 113 Desa/kelurahan yang ada di Jeneponto. "Nah aksi-aksi konvergensi ini kita dorong mulai dari Desa, Kecamatan sampai ke tingkat Kabupaten, karena kalau kabupaten yang kerja sendiri saya kira tidak bisa juga," urainya. Menurut dia, bahwa stunting ini adalah persoalan multi dimensi. Bukan persoalan gizi saja, akan tetapi juga persoalan ekonomi, pendidikan dan faktor lingkungan. "Makanya saya minta Dinas terkait kita sama-samalah bekerja, kita harapkan target nasional minimal 14 persen untuk kita capai di Jeneponto," harap Junaedi. Di sela-sela kesibukannya pula, Pj. Bupati Junaedi Bakri juga menyempatkan diri mendatangi salah seorang bayi laki-laki stunting bernama Muh. Alief Arif (-+10 bulan) yang tinggal di kolong rumah kumuh bersama kedua orang tuanya di kampung Lae-lae, Kelurahan Tamanroya, Kecamatan Tamalatea. Melihat keadaan ekonomi kedua pasangan Saripuddin dan Astria yang serba kekurangan ini, Junaedi cukup prihatin dan miris. Junaedi pun sontak menggendong sang bayi stunting itu dari pangkuan ibunya dengan penuh rasa iba. Kata Junaedi bahwa keluarga miskin ini, selain tinggal dikolong rumah kumuh tempat tidur mereka pun hanya beralaskan kasur yang sudah kusam dan lapuk tanpa ada ranjang. Diperparah lagi, tutur Junaedi bahwa keluarga ini berada di kawasan perkampungan kumuh yang faktor lingkungannya tidak mendukung. "Jadi stunting itu bukan karena makanannya kurang gizi dan lain-lain sebagainya, tetapi kadang penyebab utamanya faktor lingkungan," pungkasnya. (Syamsir)

Sumber: