Makassar Menuju Low Carbon

Makassar Menuju Low Carbon

<strong>diswaysulsel.com, MAKASSAR </strong>- Pemerintah Kota Makassar berkomitmen menerapkan pembangunan low carbon sustainable atau berkelanjutan pada 2025. Keseriusan itu tergambar dalam tema yang diangkat pada Rapat Koordinasi Khusus (rakorsus) yang akan digelar, hari ini. Misi Makassar sebagai kota dunia yang ramah lingkungan, akan segera terwujud. Rakorsus 2024 ini diikuti sebanyak 1.110 peserta yang terdiri atas akademisi, praktisi serta seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di lingkup Pemerintah Kota Makassar. Pelaksanaan Rakorsus 2024 ini merupakan rapat agenda tahunan Pemerintah Kota Makassar yang saat ini adalah pelaksanaan ke tujuh. Rakorsus tahun ini mengangkat tema "Low Carbon dengan Metaverse". Dengan menghadirkan sejumlah pembicara dan keynote speaker dari dalam dan luar negeri. Seperti, dari Amerika Serikat, China, Australia, Jepang dan Singapura. Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto mengungkapkan alasan mengangkat tema low carbon pada rakorsus tahun ini karena saat ini Pemerintah Kota Makassar tengah gencar menggenjot pembangunan low carbon di Kota Makassar. Itu dilakukan karena Pemerintah Kota Makassar berkomitmen di tahun 2025 Pembangunan Low Carbon Sustainable atau berkelanjutan. Apalagi, sambung Danny, Makassar ingin menjadi kota dunia yang ramah lingkungan. "kami ingin jadi kota dunia, salah satu kontribusi yang harus kita lakukan adalah pengurangan karbon," imbuh Danny. Maka dari itu, kata Danny, pihaknya mengundang para pembicara dari luar negeri yang memiliki kompetensi untuk membahas terkait low carbon. "Saya undang pembicara dunia supaya teman-teman bisa melihat dan lokusnya mereka itu Makassar. Mereka (luar negeri) sudah teliti Makassar, jadi bukan kita bicara karena kita tidak terlalu tahu ilmunya," beber Danny. Dia menjelaskan, para pembicara akan memberikan analisisnya terhadap Kota Makassar apakah mampu untuk menerapkan pembangunan low carbon. "Orang Amerika dan Australia akan bicara mengenai potensi Makassar dalam menerapkan low carbon atau net zero carbon. Kalau tidak, kita akan memberikan kontribusi buruk pada bumi ini," tutur Danny. Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Makassar dalam menerapkan low carbon yakni penggunaan kantong belanja plastik di minimarket sudah ditiadakan. "Saya kira intinya adalah inklusif dan sustainable, bagaimana semua dilibatkan," ujar dia. Maka dari itu, Danny berharap seluruh stakeholder dan pemangku kepentingan yang hadir dapat memberikan ide dan masukan untuk mewujudkan Makassar Kota Dunia yang low carbon. "Saya berharap forum yang baik ini dimanfaatkan sebaik-baiknya, untuk kita semua dan untuk peran Kota Makassar yang baik untuk semua," ujar Danny. Para pembicara dari luar negeri yang hadir pada Rakorsus 2024 yakni Hirotsugu Kato dari Jepang seorang Executive Officer at Oriental Consultant Global Japan, Long Ji Sheng dari China seorang Doctor Waste Management Planning and Engineering Shanghai, dan Tony Wong dari Australia seorang Professor Sustainable Development Monash University. Selanjutnya ada Wangda Zuo dari Amerika Serikat seorang Professor Architectural Engineering Pennsylvania State University, Jon Lim dari Singapura seorang Senior Vice President International Business Development ST Engineering dan keynote speaker Helen Santiago Fink dari Amerika Serikat seorang Program Manager of US-ASEAN Smart City Partnership. Sedangkan pembicara dari dalam negeri yakni Rima Ginanjar dari Zero Carbon Architecture Expert, Supardi Tan dari Digital Ecosystem Expert dan Partha Sarathi dari Metro Capsule Expert. Dipandu oleh moderator yaitu Ansariadi dan Dazen Vrilla. "Narasumber semuanya sudah siap. Kami hadirkan narasumber international melalui zoom dan saya kira sangat bermanfaat ilmu yang diberikan nanti," kata Kepala Bappeda Kota Makassar Andi Zulkifli Nanda. Zulkifli juga meminta seluruh OPD untuk melahirkan inovasi yang berkaitan dengan Low Carbon. Ini sejalan dengan tema Rakorsus tahun ini yaitu "Makassar Low Carbon City dengan Mataverse". "Kami sudah sampaikan kepada seluruh OPD agar menyampaikan inovasinya terkait Low Carbon City. Sekaligus menyampaikan capaian inovasi yang sudah dibuat selama dua tahun terakhir," tutur dia. "Low Carbon ini sebenarnya antisipasi Pemkot Makassar dalam menghadapi perubahan iklim. Makanya pak waki fokus membuat program dan kegiatan berbasis ramah lingkungan," sambung Zulkifli. Zulkifli mengatakan pada Rakorsus 2024, seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) Pemkot Makassar masing-masing akan memaparkan inovasi-inovasi yang telah mereka hadirkan dalam dua tahun terakhir. "Karena di Rakorsus nanti kita usung tema low carbon city, maka setiap program kegiatan yang dilakukan SKPD itu harus berbasis ramah lingkungan," ucap Zulkifli. Dia berharap hasil-hasil yang dirumuskan di rakorsus tahun ini dapat menghasilkan inovasi-inovasi baru yang baik. Penjabat Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Makassar, Firman Hamid Pagarra berharap dengan dihadirkannya pembicara dari dalam dan luar negeri pada Rakorsus 2024 ini, para OPD dan BUMD di lingkup dapat menghasilkan strategi dan inovasi-inovasi baru yang nantinya dapat menjadikan Kota Makassar lebih baik lagi dan baik untuk semua. "Inovasi inovasi inilah nanti yang akan menjadikan Makassar baik untuk semua," harap Firman. Firman mengatakan dengan adanya tagline ini menjadi salah satu langkah untuk lebih memajukan kota Makassar dalam hal pariwisata. Sebab, kata Firman, pariwisata menjadi salah satu sektor penyumbang pertumbuhan ekonomi Kota Makassar. "Kota Festival Tepian air ini sudah dikonsep. Jadi nanti di dekat tugu MNEK CPI akan dibuka tempat tujuan wisata baru tentunya Makassar Kota Makan Enak dan Kota Festival Tepian Air ini akan berkolaborasi menggaet wisatawan,” ujar Firman. Pada Rakorsus 2024 ini pemerintah Kota Makassar akan memamerkan dua unit mobil Commuter Metromoda atau Co'mo. Co'mo merupakan transportasi publik listrik yang ramah lingkungan inisiasi dari Wali Kota Danny. Kepala Dinas Perhubungan Kota Makassar Zainal Ibrahim mengungkapkan, pihaknya baru memproduksi 2 unit mobil Co'mo awal tahun ini. Anggaran yang digelontorkan untuk pengadaan dua unit mobil Co'mo sebesar Rp 900 juta. Sementara itu, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sulawesi Selatan menilai agenda pembahasan Pemerintah Kota Makassar dalam Rakorsus terlalu jauh dari kondisi kehidupan masyarakat Makassar hari ini. "Isu low carbon itu bisa saja diangkat (dalam Rakorsus). Tapi berangkat pada masalah yang terjadi di Makassar, isu low karbon itu terlalu melompat atau tidak berdasarkan pada kebutuhan atau permasalahan yang terjadi di Kota Makassar saat ini," ujar Direktur Eksekutif Walhi Sulsel, Al Amin, Minggu (25/2/2024). Amin menuturkan, permasalahan lingkungan yang terjadi di Kota Makassar saat ini begitu kompleks. Mulai dari masalah banjir yang tak kunjung ada solusinya hingga ancaman ekologi. Menurut Amin, seharusnya dalam Rakorsus tersebut Pemkot Makassar membahas masalah-masalah yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. "Yang seharusnya dipikirkan pemerintah kota (Makassar) dalam Rakorsus untuk penyusunan RKPD 2024 itu berangkat dari masalah masyarakat Makassar. Apa yang terjadi di Kota Makassar? masih soal banjir, kemudian ancaman bencana ekologi," ungkap dia. Tak hanya itu, menurut Amin, ancaman yang cukup nampak di tengah masyarakat adalah masalah kemiskinan yang tak kunjung terselesaikan. Termasuk pemenuhan ruang terbuka hijau dan masalah persampahan yang tiap tahunnya tidak ada solusi konkret dari pemerintah. "Isu itu yang seharusnya diangkat, bagaimana menyelesaikan masalah tersebut. Kalau bicara low carbon sebenarnya tidak nyata dengan kondisi masyarakat di Makassar saat ini. Apalagi masih tingginya penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil (minyak bumi) di Makassar, juga industri-industri masih menggunakan itu (minyak bumi)," imbuh Amin. Amin menduga, diangkatnya isu low carbon dalam Rakorsus tahun ini bukan tanpa alasan, melainkan ada proyek strategis yang dikejar oleh Pemerintah Kota Makassar. Dimana proyek strategis yang dimaksudkan adalah penerapan kendaraan berbasis tenaga listrik yang saat ini juga sedang digaungkan pemerintah pusat. "Saya mencurigai ada rencana pemerintah kota ini untuk menerima kendaraan-kendaraan listrik yang sudah dicanangkan oleh pemerintah pusat. Jadi ini basisnya orientasi projek bukan orientasi menyelesaikan masalah masyarakat," ucap dia. "Tapi patut juga kita pelajari apa sebenarnya pikiran dari pemerintah kota terkait low carbon ini, apa yang mereka maksud dengan low carbon?. Karena prinsipnya low carbon yang seharusnya dikembangkan oleh pemerintah adalah memastikan ruang-ruang hijau di Kota Makassar itu semakin meningkat, bukan semakin menambah kendaraan dengan kendaraan baru dengan teknologi listrik. Itu menurut saya malah menambah beban di Kota Makassar di masa depan," imbuh dia. Lebih jauh, Amin menuturkan, jika benar Pemerintah Kota Makassar sedang mengincar proyek nasional tersebut maka yang diuntungkan bukan masyarakat melainkan pemerintah sendiri dan pengusaha otomotif. Keuntungan yang didapatkan dari masalah tersebut dinilai bukan solusi dalam mengatasi permasalah di Makassar. Utamanya masalah banjir yang tiap tahun dirasakan sebagian masyarakat Makassar. "Persoalannya tidak menyelesaikan masalah masyarakat yang ada di Kota Makassar, soal kemiskinan, soal pendidikan, soal persampahan, soal ruang terbuka hijau, soal banjir kiriman itu tidak diselesaikan oleh pemerintah kota dalam Rakorsus nanti. Ibaratnya Rakorsus ini keluar dari masalah yang ada di Kota Makassar. Siapa yang diuntungkan, yah, dua saja, pemerintah kota dengan pendapatan daerah dan kedua perusahaan otomotif," tutur Amin. Menurut Amin, Makassar menuju kota dunia lewat low carbon terlalu jauh dan hanya berupa wacana. Sebab sampai hari ini implementasi penyelesaian masalah lingkungan di Kota Makassar belum dilakukan sama sekali. Padahal, kata Amin, harapan besar dari Rakorsus adalah menjawab semua permasalahan yang terjadi di masyarakat. "Sekali lagi rencana itu terlalu mengawang-awang. Maksud saya bagaimana membuat Makassar menjadi kota dunia kalau setiap musim hujan masih banyak wilayahnya yang tergenang banjir. Kota dunia mana yang setia tahun itu mendapatkan kiriman banjir dari kabupaten lain, kota dunia mana yang sampahnya masih berserakan di mana-mana, kota dunia mana yang pulau pulau kecilnya terancam tenggelam karena abrasi," kata Amin. "Jadi persoalan membangun dan mewujudkan kota dunia yang ramah lingkungan menurut saya spiritnya bagus tapi secara implementasi dan kebijakannya itu nihil, tidak ada. Itu seolah jargonnya dinaikkan tapi implementasinya tidak tampak," imbuh dia.

Sumber: