Terima Kasih Bahtiar Telah Banyak Menanam Kebaikan di Sulsel
<strong>Oleh: Fadly Bakti Syam</strong> SAYA sesungguhnya tak berharap banyak ketika 5 September 2023, Bahtiar Baharuddin (BB) dilantik menjadi penjabat di provinsi Sulawesi Selatan. Bagi saya penjabat hanyalah orang yang diamanahkan untuk mengisi kekosongan dan mengawal RPJMD dengan baik. Rata-rata penjabat tak memiliki akar yang kuat untuk mengkonsolidasi pemerintahan. Dan bagiku, BB hanya diuntungkan oleh satu hal, di tubuhnya mengalir darah Bugis. 9 bulan akhirnya berlalu, kemarin, 17 Mei 2024, dirinya digeser ke Sulbar. Saya tak mengenalnya secara personal, hanya lintasan cerita-cerita dari orang-orang yang bersentuhan dengan dirinya. Juga dari media. Dan saya jujur saja, merasa kehilangan. BB ternyata menyimpan jejak yang dalam di berbagai tempat. Dia mengejutkan dengan Cavendish. Pisang premium yang kerap didatangkan dari Filipina atau Australia. BB mendorong pengalihan lokasi produksi ke Sulsel dengan memanfaatkan lahan tidur. Bagi sebagian orang itu lelucon. Tapi bagi saya itu out of the box. Sebuah penyadaran bahwa pertanian harus di dorong ke batas industrialisasi yang ujung kesejahteraannya ada petani. BB menggunakan pisang untuk meneror kesadaran kita bahwa petani juga bisa sejahtera, syaratnya pemerintah harus hadir dengan kaffah diprosesnya. Waktu lain, Nangka madu ditarget 2 juta pohon sebagai tabungan tadi jangka panjang. Apapun hasilnya, BB telah menyadarkan kita, bahwa industrialisasi pertanian yang memanusiakan petani itu bisa jalan ketika pemerintah tegak berdiri bersamanya. Di sekitar birokrasi, ini kali pertama lampu kantor gubernur kerap menyala sampai larut malam. BB adalah tipikal workaholic. Pengabdian yang tak dibatasi jam kerja. Baginya Sulsel adalah daerah yang sangat dinamis, butuh akselerasi yang progresif untuk menjaga banyak hal. Dan itu kelihatan ketika dirinya di geser ke Sulbar. Inflasi Sulsel per Mei berada di urutan ke 9 terendah di Indonesia. Jauh lebih baik dari angka nasional. Tapi apakah anda tahu bahwa untuk menjaga itu semua, hampir setiap saat dirinya ada di lorong-lorong pasar, mengontrol harga dengan langsung. Dan kehilangan saya yang paling dalam atas kepergiannya , bahwa BB telah membawa Bugis-Makassar dalam ruang pengabdiannya. Dirinya menolak elitisme. Kepalanya menunduk setiap bersalaman dengan siapa saja, sapaan puang enteng keluar dari mulutnya untuk menyapa para tokoh. Sangat enteng meletakkan tangannya pada kawan seiring, siapa pun itu. Tak terkecuali Mahasiswa. Dan saya pikir itu pula yang menyebabkan forkopimda tampak begitu harmonis. 2 pekan kemarin, dirinya melebur bersama Kapolda dan forkopimda lainnya di sekitar Luwu. Bukan saja memantau efek bencana alam yang begitu mengejutkan. Tapi ada di lapangan, turut memanggil korban ke heli. Kakinya terbenam lumpur. Dan wajahnya tak kelihatan lelah. Buat saya, itu sungguh laku membumikan kepemimpinan. Mali sipatappe, Sipatuwo sipatokkong. Terima kasih Bahtiar Baharuddin atas 270 hari bersama Sulsel. Terima kasih atas kebugisannya dalam memimpin. Terima kasih atas empatinya yang dalam terhadap seluruh korban bencana. Bagi saya, dirimu adalah tokoh yang Ripurio Ripurennu. Dan selamat datang untukmu Prof Zudan. Selamat datang di tanah yang tak saja melahirkan petarung seperti Hasanuddin dan Arung Palakka, tapi juga melahirkan para cendekia yang agung seperti Karaeng Pattingalloang dan Kajao Laliddong.
Sumber: