Hilang Tradisi Golkar di Pilgub Sulsel

Hilang Tradisi Golkar di Pilgub Sulsel

<strong>diswaysulsel.com, MAKASSAR </strong>- Partai Golongan Karya (Golkar) merupakan partai kaderisasi yang kerap menghasilkan figur-figur berkompeten. Bahkan mampu mendorong kadernya untuk bertarung di setiap perhelatan politik. Termasuk di Sulawesi Selatan. Kader partai "beringin rindang" ini selalu menjadi sosok yang diperhitungkan. Itu telah terbukti di 24 Kabupaten/Kota Sulawesi Selatan, rerata kader Golkar menjabat sebagai kepala daerah. Artinya kader Golkar adalah kader petarung di Pilkada. Begitupun di Pilgub Sulsel, kader Golkar kerap ambil bagian dalam kontestasi politik itu. Sejak pemilihan langsung pertama kali digelar pada tahun 2007 hingga saat ini, Golkar terus mendorong kader internalnya. Di Pilgub Sulsel 2007, Ketua DPD I Golkar Sulsel, Amin Syam yang diusung maju di Pilgub. Amin Syam ditantang pasangan Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'mang. Saat itu Agus menjabat Sekretaris DPD I Golkar Sulsel sekaligus Ketua DPRD Sulsel. Enam tahun berselang, tongkat Ketua DPD I Golkar Sulsel berpindah ke Syahrul Yasin Limpo. Di mana pada Pilgub 2013, Golkar kembali mengusung pasangan Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'mang. Mereka berhadapan dengan Ketua Demokrat Sulsel sekaligus Wali Kota Makassar saat itu, Ilham Arief Sirajuddin (IAS) yang menggandeng Aziz Qahhar Mudzakkar sebagai calon wakil Gubernur Sulsel. Hasil Pilgub Sulsel 2013, Golkar pun jadi pemenang. Kemudian pada Pilgub Sulsel 2018, Golkar melanjutkan tradisi mengusung kader. Kala itu Partai Beringin itu mengusung Ketua DPD I Golkar Sulsel, Nurdin Halid. Namun di Pilgub 2024, tradisi Golkar mengusung kader menjadi tanda tanya. Meskipun, sejauh ini ada empat kadernya yang memegang surat tugas, yakni, Taufan Pawe, Ilham Arief Sirajuddin, Adnan Purichta Ichsan, dan Indah Putri Indriani. Tapi belum ada kepastian terhadap kader-kadenya itu. Bahkan menguat isu, Golkar bakal mengusung figur eksternal dari partai lain di Pilgub Sulsel, yakni, Andi Sudirman Sulaiman yang berpasangan kader NasDem, Fatmawati Rusdi. Padahal pada Pileg 14 Februari lalu, Partai Golkar mengunci 14 kursi di DPRD Sulsel, hanya tinggal butuh tiga kursi lagi untuk mencukupkan syarat pengusungan 20 persen. Bahkan kader Golkar sebenarnya punya kans besar bertarung di Pilgub, seperti Ilham Arief Sirajuddin, Adnan Purichta Ichsan dan Indah Putri Indriani. Di mana ketiga figur ini memiliki elektoral cukup bagus. Sinyal Golkar mengikuti Partai NasDem mengusung ASS-Fatma semakin menguat. Kabarnya keputusan resmi DPP Partai Golkar akan diputuskan dalam rapat internal, Kamis 25 Juli 2024. "Besok (Kamis) rapat di DPP, kemungkinan mengusung ASS-Fatma di Pilgub Sulsel," kata Ketua Bappilu DPD I Golkar Sulsel, La Kama Wiyaka melalui sambungan telepon, Rabu malam, 24 Juli 2024. Menurut La Kama, sinyal Golkar mengusung ASS-Fatma merupakan kesepakatan Koalisi Indonesia Maju (KIM) antara partai Golkar-Gerindra-Demokrat-PAN, pengusung Presiden RI terpilih pada Pilpres yang lalu, Prabowo Subianto. "Itu hasil pembicaraan Partai KIM, karena di Provinsi lain Golkar minta dukungan. Tapi penentuannya dalam rapat besok," kata La Kama. Diketahui, dengan isu Golkar merapat ke barisan ASS-Fatma, maka partai yang memiliki modal 14 kursi itu semakin menggemukkan koalisi tersebut. Sehingga, wacana adanya kotak kosong di Pilgub Sulsel semakin menguat. Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Ibnu Hadjar Yusuf mengatakan bahwa sebenarnya publik berharap banyak pada Golkar sebagai salah satu partai politik yang besar. Di mana publik berharap Golkar dapat bersikap sebagai pilar demokrasi yang sesungguhnya di Pilgub Sulsel nanti. "Ya kita berharap lah sama Golkar, untuk bagaimana betul-betul tegak lurus mencerahkan proses tahapan demokrasi ini di Pilgub Sulsel," sebut Ibnu Hadjar kepada Harian Disway Sulsel, Jumat 26 Juli 2024. "Dengan tidak terjebak di ruang-ruang transaksional dan pragmatis yang kemudian mau dikondisikan sama kandidat tertentu untuk masuk pada poros koalisinya," tambahnya. Sebagai partai politik yang dikenal dengan kualitas kaderisasinya, Ibnu Hadjar berharap Golkar dalam menentukan arah dukungannya memperhatikan kapasitas kandidat. "Jadi kita berharap Golkar betul-betul melihat figur, ketokohan dari kandidat yang akan didukungnya. Bukan dilihat dari money-nya," tukasnya. Terpisah, Pengamat Politik Universitas Hasanuddin (Unhas), Rizal Fauzi mengatakan apabila benar terjadi kotak kosong di Pilgub Sulsel nanti, maka dia menilai bahwa partai politik termasuk Golkar sendiri tidak punya nyali untuk bertarung mendorong kadernya sendiri. "Saya pikir parpol ini tidak berani bertarung dengan berbagai alasan. Yang pertama mereka lebih realistis melihat peluang kandidat, dan melihat tingkat pragmatisme pemilih yang semakin meningkat," ujarnya. (REG/E)

Sumber: