ASS Was-was, Hindari Head to Head
<strong>diswaysulsel.com, MAKASSAR </strong>- Jelang Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulawesi Selatan (Sulsel), berbagai wacana skema kontestasi digulirkan, mulai dari munculnya isu Kotak Kosong, skema head to head sampai wacana munculnya poros ketiga. Namun dari ketiga skema tersebut, dikatakan bakal calon Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman (ASS) menghindari terjadinya pertarungan head to head. Mantan Gubernur Sulsel itu dikatakan menghindari skema head to head karena khawatir rekam jejaknya menjadi pertimbangan masyarakat Sulsel lebih memilih kandidat lain. Di mana semasa menjabat sebagai Gubernur melanjutkan kepemimpinan Nurdin Abdullah, ASS dinilai banyak melakukan kebijakan-kebijakan yang kontroversial. Mulai dari kebijakan-kebijakan yang dinilai diskriminatif terhadap kelompok minoritas tertentu, hingga kebijakan yang menuai konflik internal pada lingkup Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemprov Sulsel mengenai mutasi, demosi dan nonjob. Untuk maju kembali bertarung di Pilgub sebagai petahana, ASS berupaya “memborong” rekomendasi partai politik sehingga sebelumnya menguatkan wacana akan melawan kotak kosong. Namun, belakangan ini wacana tersebut buyar karena salah satu figur bakal calon gubernur Sulsel, Mohammad Ramdhan ‘Danny’ Pomanto dikabarkan mampu mencukupkan syarat koalisi untuk ikut bertarung di Pilgub. Hal itu pula yang juga diasumsikan salah satu penyebab kekhawatiran ASS. Di mana dirinya harus berhadapan head to head dengan Danny Pomanto yang notabene punya elektoral tak bisa diremehkan. Pengalaman serta jaringan grassroot Wali Kota Makassar itu pun dianggap menjadi ancaman bagi ASS apabila harus bertarung head to head. Maka setelah hampir dipastikan kotak kosong gagal melenggang dan berpotensi bertarung head to head, skema alternatif lainnya adalah menguatkan isu munculnya poros ketiga. Pengamat Politik Universitas Hasanuddin (Unhas), Ali Armunanto menilai sebenarnya kans head to head antara ASS dan Danny Pomanto nanti akan sengit. Menurut dia dari segi kekuatan politik, keduanya punya modal yang cukup kuat untuk saling bersaing. “Saya rasa kansnya tentu akan sangat kompetitif. Yang menentukan nanti adalah kemampuan memobilisasi sumber daya dan kemampuan membangun jaringan. Karena ini kan sama-sama punya jaringan akar rumput yang minim. Danny masih membangun jaringan di luar Makassar, di sisi lain Sudirman memulai karir politiknya dari relasi yang elitis,” jelasnya kepada Harian Disway Sulsel, Rabu 31 Juli 2024. Ali mengatakan antara ASS dan Danny Pomanto bukan figur politisi yang benar-benar membangun kekuatan politiknya dari nol. Melainkan keduanya, kata dia, sudah punya modal dengan pengalaman berkontestasi sebelumnya. “Sudirman menurut saya cukup dikenal meskipun dikenal hanya sebagai pelanjut Nurdin Abdullah. Di sisi lain Danny Pomanto punya modal di Makassar dan dia cukup banyak diekspose dengan prestasi-prestasinya. Sehingga mereka saya kira dari start yang sama, Danny menyebar dari Makassar ke daerah lainnya, Sudirman start dari atas ke bawah,” terangnya. Menurut Ali, terkait isu kekhawatiran ASS akan skeman head to head melawan Danny Pomanto dan berniat memunculkan poros ketiga sebagai ‘kandidat boneka’ hanya pandangan spekulatif. Paket ASS-Fatma berdasarkan pengamatannya, terlihat cukup percaya diri meski harus dihadapkan dengan skema head to head. “Itu spekulasi orang saja. Saya rasa kubu ASS-Fatma ini cukup confidence (percaya diri) untuk bertarung head to head dengan siapapun karena mereka punya uang dan partai. Saya rasa tidak ada kandidat lain yang punya sumber daya sekuat mereka,” ujarnya. Menilik rekam jejak ASS selama menjabat Gubernur Sulsel yang dikhawatirkan menjadi pertimbangan pemilih apabila terjadi skema head to head di Pilgub, kata Ali dengan kekuatan tim-tim yang dimiliki oleh ASS-Fatma, tentu hal ini berpotensi mudah diredam dengan kemampuan manajemen isu yang baik. “Saya rasa tidak lah. mereka punya tim-tim yang bisa mendesain gerakan politik apalagi kalau hanya memunculkan atau menghapuskan kontroversi,” tutup akademisi FISIP Unhas ini. Diketahui saat ini, paket ASS-Fatma sendiri telah mengantong SK dan rekomendasi dukungan dari beberapa parpol seperti NasDem, Demokrat, PAN, PKS, PSI, dan diisukan juga akan mendapat rekomendasi dari Golkar dan Gerindra. Hal ini pun sempat menguatkan potensi adanya kotak kosong di Pilgub. “Alhamdulillah partai NasDem, Partai Demokrat, Gerindra, PSI. Insyaallah (bertambah koalisi) komunikasi dengan elit-elit partai terus dilakukan,” beber pasangan ASS, Fatmawati Rusdi usai menerima dukungan PSI, Selasa 30 Juli 2024. Istri Ketua DPW NasDem Sulsel Rusdi Masse, ini juga mengungkapkan bahwa baik dirinya maupun ASS tidak menskenariokan melawan kotak kosong pada Pilgub Sulsel mendatang. “Saya rasa baik Andi Sudirman Sulaiman maupun saya tidak punya skenario kotak kosong tersebut. Tapi lalu kemudian, kalau kita melihat dinamika per hari ini masih sangat dinamis. Tapi semua kandidat yang mau maju, mereka-mereka adalah kader partai, pasti partainya mau dong kadernya maju,” ucap Fatma. Buyarnya wacana kotak kosong dan menguatnya nama Danny Pomanto yang sudah mengantongi dua rekomendasi parpol yakni dari PPP dan PDIP menjadi ancaman bagi paket ASS-Fatma. Meski masih membutuhkan tambahan 3 kursi lagi, Danny yang gencar membangun komunikasi politik itu dikabarkan hampir pasti mengamankan rekomendasi PKB. Sekretaris DPW PKB Sulsel, M. Haekal mengungkapkan kemungkinan PKB akan mencukupi syarat koalisi untuk Danny Pomanto. Dia mengatakan peluang itu bisa saja, karena tentu PKB yang punya 8 kursi menjadi nilai jual tersendiri bagi para kandidat Pilgub. “Kalau secara potensi koalisi, dengan pak Danny atau dengan siapapun. Kita kan punya delapan kursi. Kasih siapapun itu yang mengajak berkoalisi ya pasti secara potensi, besar. Yang penting yang mengajak koalisi juga sudah siap kursinya. Kan repot kalau yang mengajak koalisi tapi tidak ada kursinya,” ujar Haekal, Senin 29 Juli 2024. “Kalau secara jumlah kan PPP dan PKB kursinya sama delapan, dan PDIP enam kursi. Itu sudah lebih dari cukup untuk mengusung (Pak Danny) kalau PKB masuk,” imbuh Haekal. Haekal mengatakan bahwa kemungkinan bergabungnya PKB dengan koalisi Danny Pomanto berpotensi semakin menguat apabila Danny mengajak kader PKB menjadi pasangannya ke Pilgub Sulsel nanti. Diketahui, belakangan ini juga muncul wacana Danny Pomanto akan menggaet Ketua DPW PKB Sulsel, Azhar Arsyad. “Kalau misalkan mengajak kader tentu potensi koalisinya besar. Itu beda dibandingkan kalau hanya sekedar mengajak saja tapi tidak ada kader yang diajak,” ungkapnya. “Kalau ketua partai maju Pilkada itu sudah sesuatu yang tidak mustahil. Apalagi namanya politisi tujuannya menduduki eksekutif atau legislatif, itu hal yang wajar dan potensinya besar,” kata Haekal menanggapi isu Azhar Arsyad jadi calon wakil Danny Pomanto. Apabila PKB resmi bergabung pada barisan koalisi Danny Pomanto bersama dengan PPP dan PDIP, maka semakin dapat dipastikan Wali Kota ‘Anak Lorong’ itu akan berhadapan head to head dengan ASS-Fatma. Danny Pomanto pun menegaskan dirinya siap menghadapi berbagai skema pertarungan di Pilgub Sulsel nanti. Meskipun saat ini dirinya belum mencukupkan syarat koalisi secara resmi, arsitek alumnus Unhas itu mengatakan dirinya akan terus fight untuk mencukupkan kursi. “Saya ini kedatangan tamu hampir tiap hari. Tadi teman-teman dari daerah ada dua datang ke saya menyampaikan curhatan. Saya bilang doakan, saya akan fight mendapatkan pintu. Penuhi dulu syarat formalnya. Kalau kita sudah di arena, baru kita bicara lebih detail,” kata Danny usai mendapatkan dukungan dari Prabowo Mania 08, Senin 29 Juli 2024. (REG/E)
Sumber: