Uang Fisik vs Uang Digital: Perlukah Kita Beralih Sepenuhnya?

Uang Fisik vs Uang Digital: Perlukah Kita Beralih Sepenuhnya?

<strong>Oleh: Siti Diva Syarifah Lukman</strong> DALAM era digital saat ini, kemajuan teknologi dan internet yang sangat cepat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Salah satu dampaknya adalah digitalisasi transaksi masyarakat melalui sistem <em>“cashless society”</em>. Perdebatan mengenai penggunaan uang fisik vs uang digital pun semakin relevan di masa kini. Di satu sisi, uang fisik telah menjadi simbol ekonomi selama berabad-abad, memberikan rasa aman dan kepercayaan. Tetapi di sisi lain, uang digital menawarkan kemudahan dan efisiensi yang tak terbantahkan dalam transaksi sehari-hari. Pertanyaan yang muncul adalah perlukah kita beralih sepenuhnya ke uang digital, atau masih ada tempat untuk uang fisik di masyarakat kita? Keuntungan dari uang digital adalah kemudahannya. Transaksi digital memungkinkan kita untuk melakukan pembayaran secara cepat dan mudah, kapan saja dan dimana saja, tanpa perlu membawa uang tunai. Cukup dengan menggunakan <em>smartphone</em> atau perangkat lainnya, kita dapat melakukan pembelian, mentransfer uang, bahkan berinvestasi hanya dalam hitungan detik. Hal ini tidak hanya menghemat waktu tetapi juga mengurangi risiko kehilangan atau pencurian uang tunai. Selain itu, uang digital memungkinkan kita untuk melacak pengeluaran dengan lebih mudah melalui catatan transaksi yang otomatis. Keuntungan ini tentu sangat relevan untuk dioptimalkan dalam dunia yang berjalan serba cepat ini. Namun, berbeda dengan uang digital, uang fisik memiliki keunggulan dalam hal aksesbilitas. Tidak semua orang memiliki akses ke layanan perbankan digital atau <em>smartphone</em>. Di banyak daerah terpencil dan di kalangan masyarakat yang kurang mampu, uang tunai tetap menjadi alat transaksi yang paling dapat diandalkan. Oleh karena itu, transisi penuh ke uang digital dapat menimbulkan masalah inklusivitas finansial. Keamanan juga menjadi aspek penting dalam perdebatan ini. Uang digital meskipun lebih aman dari segi fisik, tetapi rentan terhadap serangan siber dan penipuan online. Kasus-kasus peretasan dan pencurian data semakin sering terjadi seiring dengan meningkatnya penggunaan teknologi finansial. Sebaliknya, uang fisik tidak memerlukan perlindungan digital yang kompleks, meskipun kemungkinan risiko pencurian uang fisik tetap ada. Dalam konteks ekonomi makro, peralihan ke uang digital dapat membantu mengurangi biaya percetakan dan distribusi uang tunai. Pemerintah dan Lembaga keuangan dapat menghemat anggaran besar yang salama ini dialokasikan untuk memproduksi dan mengelola uang kertas dan koin. Selain itu, uang digital dapat membuat sistem pembayaran lebih efisien dan mengurangi praktik <em>“economy shadow”</em> yang sulit dilacak dengan uang tunai. Namun, peralihan penuh ke uang digital memerlukan kesiapan infrastruktur dan edukasi masyarakat. Edukasi yang memadai diperlukan untuk memastikan bahwa semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali dapat beradaptasi dengan teknologi baru ini.  Infrastruktur teknologi yang kuat juga harus dipastikan agar dapat mencegah gangguan sistem pembayaran yang dapat merugikan banyak pihak. Pada akhirnya, keputusan untuk beralih sepenuhnya ke uang digital harus didasarkan pada evaluasi menyeluruh terhadap keuntungan dan kerugian yang ditawarkan. Kombinasi uang fisik dan digital menjadi solusi terbaik untuk saat ini, karena memungkinkan kita memanfaatkan kemudahan teknologi sambil tetap menjaga inklusivitas dan keamanan. Peralihan yang bijak dan bertahap adalah kunci untuk memastikan bahwa semua orang dapat menikmati manfaat dari evolusi sistem pembayaran ini. (<strong>Siti Diva Syarifah Lukman</strong>)

Sumber: