Sekolah Ikut Ketar-ketir dengan Aktivitas Stone Crusher, Pemerintah Desa-Camat Diminta Bersikap

Selasa 30-09-2025,09:03 WIB
Reporter : Rusli Haisarni
Editor : Rusli Haisarni

DISWAY,GOWA---Ternyata bukan cuma warga yang mengeluhkan aktivitas pabrik stone crusher di Desa Borisallo, Kecamatan Parangloe, Gowa. Pihak sekolah pun ikut ketar-ketir atau was-was.

Kepala SD Inpres Borisallo, Hasriana mengungkapkan, lokasi pabrik stone crusher yang berdekatan dengan sekolahnya berpotensi memberi dampak negatif kedepan. Terutama bagi kesehatan murid serta mengganggu kenyamanan belajar di sekolah. 

"Dampak debunya itu yang membuat kami di sekolah was-was. Rawan sekali bagi anak murid. Belum lagi suaranya nanti yang bising, dapat mengganggu kenyamanan proses belajar-mengajar," keluh Hasriana, Senin (29/9/2025).

Lokasi pabrik stone crusher PT Optima memang cukup dekat dengan SD Inpres Borisallo. Jaraknya hanya beberapa meter saja. Antara pabrik dengan sekolah hanya dipisah oleh jalan poros Malino. 

Hasriana pun mengungkapkan, saat ini dampak debunya sudah mulai terasa. Terutama, debu dari material pabrik stone crusher yang dihambur di permukaan jalan. 

"Mungkin tujuannya memperbaiki jalan. Tapi justru malah membahayakan karena dihambur begitu saja. Kasihan anak murid dan guru-guru kami tersiksa makan debu tiap hari, mulai dari Masjid Darussalam hingga depan gerbang sekolah itu debunya," ketusnya.

Irma, salah satu orang tua murid mengungkapkan kekhawatiran serupa. Ia bahkan tidak segan-segan menuntut pihak pabrik stone crusher jika kelak terjadi apa-apa pada anaknya yang sekolah di SDI Borisallo akibat dampak debu. 

"Saya akan tuntut kalau memang nanti dampak pabrik mengganggu kesehatan terutama anakku yang sekolah di SDI Borisallo," tegasnya. 

Ia pun meminta pemerintah desa dan kecamatan untuk turun tangan. "Seharusnya, aparat desa dan camat menyingkapi masalah ini, karena yang terdampak kan warganya," desaknya.

Warga Dusun Bontojai, Desa Borisallo lainnya, Nur Aida menyampaikan, sejak pabrik stone crusher beroperasi dirinya dibuat repot membersihkan debu. 

"Debunya terbang sampai ke rumah. Ada 3-4 kali sehari saya harus menyiram debu dari pabrik itu," ungkapnya.

Sementara itu, tokoh pemuda Kecamatan Parangloe, Mursalim turut meminta agar pemerintah desa tidak tutup mata dengan keresahan warganya. 

*Kalau sudah meresahkan masyarakat, maka pihak Kades menyurat ke Pemerintah Daerah dengan tembusan ke Camat untuk ditindak lanjuti," sarannya.(rus)

Kategori :