<strong>Oleh: Dahlan Iskan</strong> <strong>TEROBOSAN</strong> masih terus bisa dilakukan Presiden Jokowi. Kali ini memilih Komodo sebagai tempat KTT ASEAN plus 3. Tak terbayangkan KTT ASEAN dilaksanakan di tempat yang begitu jauh dan terpencil. Tapi itulah cara Presiden Jokowi mempromosikan daerah wisata Indonesia. Apalagi selama pemerintahannya sudah habis-habisan membangun pulau Komodo dan sekitarnya. Salah satu keuntungan bagi masyarakat Flores bagian barat adalah ini: punya rumah sakit baru di ujung barat pulau itu. Yakni Rumah Sakit Komodo. Yang langsung punya kemampuan melaksanakan intervensi jantung dan stroke. Menkes Budi Gunadi Sadikin yang membangunnya. Yang melengkapi alat-alatnya. Menugaskan dokter ahlinya. Maka orang Flores kini tidak harus ke Surabaya atau ke Bali untuk pasang ring di jantung. RS Komodo sudah bisa melakukan. Untuk bisa pasang ring memang harus punya ahli jantung dan pembuluh darah. Lalu harus punya paling tidak tiga perawat ahli. Tidak diperlukan ahli-ahli lainnya. Timnya cukup sederhana. Paling, salah satu perawat itu harus bisa membaca hasil pemeriksaan awal kerja jantung. Pun untuk bisa melakukan intervensi stroke. Yakni semacam ''pasang ring'' di pembuluh darah di otak yang buntu. Cukup diperlukan ahli saraf. Kalau strokenya lebih berat baru diperlukan ahli bedah saraf. Berarti selama jadi menkes sudah dua rumah sakit di NTT yang ia buat bisa melakukan intervensi jantung dan stroke. Satunya lagi di Kupang, di pulau Timor. Tentu ada juga kritik. Mengapa RS itu dibangun di ujung jauh pulau Flores. Mengapa tidak di Ende atau Mataloko. Agar penduduk Flores Timur yang padat bisa memanfaatkannya dengan mudah. Orang Maumere misalnya, perlu waktu 10 jam untuk sampai RS Komodo. Jalannya berliku tidak habis-habisnya. Lewat Ende, Mataloko, Bajawa, dan Ruteng. Ketika menelusuri jalan itu, dulu, saya langsung menyebutnya sebagai jalan kelok seribu. Tapi tetap harus disyukuri. Tetap akan lebih terjangkau daripada harus naik pesawat terbang ke Surabaya atau ke Kupang. Pemerintah kelihatannya memang all out membangun pusat wisata Komodo. Sampai melengkapinya dengan RS berkemampuan seperti itu. Lalu KTT ASEAN pun di Komodo. Indonesia memang Presiden ASEAN tahun ini. Dan Komodo akan menghasilkan putusan KTT yang akan sangat penting: menyepakati sistem pembayaran baru antarnegara ASEAN. Kalau berhasil disepakati. Itu tidak hanya antarnegara ASEAN, tapi masih plus tiga: Tiongkok, Jepang, dan Korsel. Kalau ASEAN plus tiga bisa sepakat maka penggunaan dolar Amerika akan berakhir di internal ASEAN plus tiga. Misalnya Indonesia membeli masker dari Tiongkok. Maka harganya dalam yuan. Sebaliknya kalau Tiongkok membeli batubara dari Indonesia membayarnya pakai rupiah. Pun bila Indonesia membeli durian dari Malaysia. Bayarnya pakai ringgit. Sedang Indonesia beli beras dari Vietnam membayarnya pakai dong. Saya membayangkan betapa rumit pertemuan KTT ASEAN di Komodo minggu ini. Tentu menarik untuk melihat sikap Singapura. Negara itu punya perjanjian perdagangan bebas dengan Amerika Serikat. Tentu Amerika akan menekan Singapura untuk jangan menyetujuinya. Pun Jepang dan Korsel. Yang dikenal sebagai boneka Amerika Serikat. Bisa jadi tidak mudah mengajak Jepang dan Korsel untuk bersepakat di Komodo. Tapi KTT adalah forum para pimpinan tertinggi pemerintahan. Di Komodo tentu tidak mungkin membahas rinci. Harusnya kesepakatan itu sudah dibuat lebih dulu di level menteri keuangan masing-masing negara. Di Komodo tinggal mengesahkannya. Itulah yang akan kita lihat seperti apa jadinya. Memang kalau kesepakatan Komodo bisa dicapai, barulah ASEAN menemukan arti yang nyata dalam kehidupan bersama. Tapi organisasi ASEAN memang dikenal sebagai nano-nano: perbedaan rasa antar negaranya terlalu jauh. Singapura sangat ''barat''. Vietnam, komunis. Thailand kerajaan. Myanmar junta militer. Filipina seperti jauh di mata sekaligus jauh di hati. Hubungan Tiongkok dengan Jepang dan Korsel juga seperti gurami goreng asam manis. Mereka saling memerlukan tapi juga saling menyimpan dendam. Maka hebat sekali kalau KTT Komodo bisa bersepakat di sistem pembayaran. Bagi saya itulah yang terpenting dari KTT Komodo. Di samping doa agar kian banyak turis ke Komodo. Kalau keputusan itu terwujud, maka semua negara ASEAN akan menang. Tapi yang paling menang adalah Tiongkok. Penggunaan mata uang yuan akan meningkat di dunia internasional. Dan itu sangat dikhawatirkan oleh Amerika Serikat. Selama ini, peran yuan masih kecil. Biar pun sudah dimusuhi begitu gencar, peran yuan baru sekitar 4 persen. Masih kalah dengan Euro apalagi US Dolar. Tapi angka 4 persen itu terus mengalami kenaikan. Bahkan, data terakhir menunjukkan, yuan sudah mendominasi sistem pembayaran dengan negara di sekitar Tiongkok. Sudah mencapai 60 persen. KTT Komodo istimewa dari segi lokasinya. Dan akan lebih istimewa kalau sistem pembayaran bisa disepakati mereka. (<strong>Dahlan Iskan</strong>)
Pembayaran Komodo
Kamis 11-05-2023,11:00 WIB
Editor : Muhammad Fadly
Kategori :