<strong>Oleh: Dahlan Iskan</strong> <strong>SIAPA</strong> yang akan menang di grand final Pilpres Turkiye hari ini? Kelihatannya Tayyeb Erdogan lagi. Alasannya? Anda sudah tahu: capres pemenang ketiga di final pertama lalu resmi mendukung Erdogan. Hari itu Sinan Ogan memperoleh suara 5 persen. Erdogan 49,5 persen. Kemal Kilicdaroglu 44,9 persen. Yang 5 persen itu gabung ke yang 49,5 persen. "Erdogan itu seperti Teflon," ujar Ogan yang kemudian ikut kampanye untuk Erdogan. Maksudnya: Erdogan itu tahan banting, tahan serangan, tahan uji. Kata teflon mulai lahir tahun 1940-an. Yakni untuk menyebut material campuran antara nylon dan rayon. Anda lantas mengenalnya sebagai alat penggoreng tanpa minyak. Politisi pun belakangan menggunakannya untuk personifikasi tokoh. "Erdogan punya pesona pemimpin. Itu yang tidak dimiliki oleh Kemal," ujar Ogan. Di bawah Erdogan, Turkiye bangga dengan slogan satu bangsa, satu bendera, satu tanah air dan satu negara. Rupanya Ogan mendapat konsesi politik: Erdogan harus punya program konkret memulangkan pengungsi Syria. Jumlahnya 3,5 juta orang. Dianggap sudah mengganggu ekonomi Turkiye. Di Pilpres putaran pertama lalu petanya jelas sekali. Kota-kota besar semua dimenangkan Kemal. Pedalaman dimenangkan mutlak Erdogan. Termasuk wilayah gempa dan pengungsi. Orang di pedesaan memang paling merasakan hasil perubahan hidup mereka. Juga karena Erdogan keras menolak LGBT. Kota-kota besar mengalami penderitaan lebih tinggi dengan inflasi sampai 40 persen di Turkiye. Ada alasan yang lebih mendasar bagi Ogan untuk memihak Erdogan: demi kelangsungan pembangunan di Turkiye. Maksudnya: Pemilu barusan menghasilkan kenyataan bahwa parlemen kembali dikuasai partai koalisinya Erdogan. Ia tidak bisa membayangkan betapa ruwet Turkiye bila Kemal yang terpilih sebagai presiden baru. Mungkin pikiran seperti itu pula yang dimaksud dengan berita dua hari lalu: Ganjar tidak cukup kuat. Yang mengatakannya, Anda sudah tahu: Ketua Relawan Pro-Jokowi, Budi Arie. Kata-kata itu dianggap kata-kata Presiden Jokowi karena Budi mengatakannya setelah bertemu presiden secara khusus. Sejauh ini, katanya, Ganjar baru didukung PDI-Perjuangan dan PPP. Kalau pun Ganjar menang pemerintahannya akan sulit. Bisa tidak didukung parlemen. Kecuali Ganjar seorang teflon. Atau setidaknya punya teflon besar –sekelas Jenderal Luhut Panjaitan. Maka, katanya, Jokowi masih terus mengusahakan agar Ganjar-Prabowo atau Prabowo-Ganjar bisa berpasangan. Tentu tidak mudah. Tapi, katanya, masih cukup waktu. Masih ada lima bulan untuk terus mengupayakannya. Pikiran yang seperti itu juga yang dianut Ogan sampai akhirnya pilih mendukung Erdogan. Ternyata Ogan seorang negarawan. Pikirannya bukan sebatas menang dan berkuasa, tapi ketika bisa berkuasa harus bisa berbuat banyak untuk kebaikan negara. Di lain pihak Kemal seperti alat kukus. Tenang. Lambat. Jernih. Kalau bicara tidak pernah <em>ngegas</em>. Pun dalam keadaan jengkel. Kemal sampai mendapat julukan Gandhi-nya Turki. Kemal orang pedalaman timur Turkiye. Pun istrinya. Satu daerah. Tapi kalah di pedalaman. Erdogan orang kota. Lahir di Istanbul. Kalah di perkotaan. Bisa jadi penentu kemenangan hari ini justru pemilih yang tinggal di Jerman. Hampir tiga juta sendiri. Mereka memihak Kemal. Banyak orang Turkiye yang ingin Erdogan satu masa jabatan lagi. Agar Turkiye yang begitu maju tidak belok arah pembangunannya. Pun Turkiye ternyata perlu teflon. (<strong>Dahlan Iskan</strong>)
Periode Teflon
Minggu 28-05-2023,09:42 WIB
Editor : Muhammad Fadly
Kategori :