<strong>DISWAY, MAKASSAR —</strong> Terhitung sudah sekitar 400 Tahun silam, agama Islam berkembang di Sulawesi Selatan yang pertama kali dipeluk oleh Raja Tallo ke VII yakni I Mallingkaan Daeng Manyonri, Karaeng Segeri, Sultan Abdullah Awwalul Islam, Karaeng Matoayya bersama pasukan kerajaan tepat pada tanggal 22 September 1605. Bukan saja di Sulsel, perkembangan Islam hingga sampai ke wilayah-wilayah Indonesia Timur saat ini, atas perjuangan besar Raja Tallo tersebut. Penyebaran Islam dilakukan dengan berbagai cara baik melalui diplomasi maupun perang, pada zaman itu. Hal ini diungkapkan dalam dialog keagamaan dan Budaya serta Haul Karaeng Matoayya yang digelar oleh Lembaga Trah GTS (Gowa, Tallo, Sanrobone) sekaligus memperingati masuknya agama Islam di Sulsel pada setiap tanggal 22 September, yang berlangsung di Hotel Swiss Bell Inn, Jalan Pengayoman Kota Makassar, Minggu 22 September 2024. Ketua Trah GTS, Suwadi Idris Amir (Karaeng Mattawang) mengatakan kegiatan dialog keagamaan dan Haul ini untuk tetap diperingati atas sejarah masuknya agama Islam di Sulsel yang pertama kali dipeluk oleh Raja Tallo. Kegiatan ini juga harus menjadi perhatian utama bagi seluruh lembaga adat kerajaan yang ada di Gowa, Tallo dan Sanrobone. "Terkhusus juga Pemprov maupun Kota dan kabupaten karena ini mengenang sejarah yang sangat penting," tuturnya. Ia bercerita, 22 September kurang lebih 400 tahun lalu, dua raja besar kesultanan Gowa Tallo mengislamkan Sulsel dan Indonesia Timur. "Jadi resmi menjadikan Islam sebagai agama masyarakat, agama kerajaan yang pada saat itu. Alhamdulillah pada saat itu diterima dengan baik oleh mayoritas kerajaan," sambungnya. Suwadi berharap hal ini bisa menjadi perhatian dan dapat menjadi atensi Pemprov atau pemerintah Kabupaten/Kota untuk dijadikan agenda tahunan. "Mudah-mudahan tahun depan pemprov dan pemerintah kabupaten gowa punya inisiatif untuk melanjutkan apa yang kami lakukan tahun ini. Untuk setiap tahun menjadikan agenda islamisasi ini masuknya islam di Sulsel sebagai agenda tahunan untuk dirayakan," Pungkasnya. Selain untuk menghormati masuknya Islam, peringatan ini, kata dia juga untuk menghormati tokoh yang memainkan perannya di kawasan Indonesia Timur. Sementara, Wakil Ketum Trah GTS Hamzahari Achmad Karaeng Nyau S.Ip, M.Si dalam dialog ini memaparkan semua data-data primer bersumber dari lontara bilang dan Patturioloang Gowa Tallo dalam menjelaskan sejarah islamisasi Kesultanan Gowa Tallo oleh PYM Sultan Abdullah Karaeng Matowayya. "Kami berharap seluruh keluarga besar GTS dan pemerhati budaya sebaiknya semua merujuk pada data primer," katanya. Senada, Dewan Pembina Trah GTS Ir Nasruddin Karaeng Situju juga meminta semua konsisten berbicara budaya merujuk pada data-data primer dari lontara kerajaan. Sementara itu, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Unhas, Dr Supratman SS. MSC menilai, apa yang dilakukan komunitas Trah GTS dengan membedah islamisasi di Sulsel sangat mencerahkan dan revolusioner. "Karena diinisiasi oleh masyarakat yang ternyata memberikan banyak informasi baru yang inovatif dan sangat penting untuk diketahui. Tidak hanya akademisi tapi seluruh masyarakat di Sulsel demi untuk pencerahan dan juga pengembangan kapasitas individu maupun masyarakat," pungkasnya.
Trah GTS Bedah Perkembangan 400 Tahun Masuknya Agama Islam di Sulsel
Senin 23-09-2024,12:57 WIB
Editor : Muhammad Seilessy
Kategori :