Menata Negeri Pasca Bencana
--
Oleh: Andi Muhammad Jufri, Praktisi Pembangunan Sosial
Tidak ada satu pun kita, baik individu, keluarga, kampung, desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kotamadya, propinsi dan negeri, yang ingin ada bencana. Apalagi menjadi korban dan sasaran bencana tersebut.
Sungguh, saudara saudari kita yang terdampak langsung dari bencana, pasti rasa duka mendalam terasakan, atas kehilangan orang dicintai, kehilangan harta dan tempat tinggal, serta rusaknya lingkungan dan sarana pendukung hidup bermasyarakat.
Bagaimana pun dasyatnya bencana menimpa, semoga saudara saudariku terus mengasuh asah dan bangkit, walau dalam duka, walau fisik luka, walau badan lelah. Saudara saudariku, yang terselamat, tersisa, penyintas dari bencana melanda, mari bersyukur atas anugerah hidup yang kini masih kita dapatkan.
Saudara saudariku yang ada saat ini, adalah harapan dari saudara saudari kita yang terenggut nyawa karena bencana. Bila mereka bisa bicara, mungkin harapan dan pesan mereka kepada kita semua adalah agar terus pulihkan hidup, bangkitkan semangat, tata kehidupan lebih baik, jaga dan lestarikan hutan, tata tempat tinggal (pemukiman) secara aman, dan berbarislah serta bersatulah memakmurkan dan melestarikan lingkungan menuju masa depan lebih baik.
Saudara saudariku, semangat baru kalian adalah pondasi membangun kembali wilayah negeri yang tersimbah air dan tenggelam karena banjir, wilayah negeri yang tertimbun lumpur tanah, pasir dan batu karena longsor, wilayah negeri yang bangunannya terjungkal karena arus dan angin, wilayah negeri yang sawah, tambak, dan berbagai sarana kerja rusak karena terjangan luapan air bersama sampah.
Kita gembira, Presiden Prabowo turun langsung ke lapangan, melihat dan mendengar suara mereka yang menjadi korban. Perhatian dan komitmen Presiden kita, sungguh menjadi obor penerang, penyejuk dan penyemangat hati bagi rakyat yang sedang berduka dan berjuang untuk pulih.
Kita juga mengapresiasi berbagai komponen negeri, berbondong -bondong menyisihkan harta, barang, tenaga, pikiran, dan doa, untuk membantu saudara-saudari kita di wilayah bencana. Segala upaya tersebut, sekecil apapun, semuanya, kita apresiasi setingggi- tingginya. Mereka telah menunjukkan kepedulian dan simpatik yang luar biasa kepada saudara -saudari kita yang mungkin sedang kehausan, kelaparan, kedinginan, kepanasan, sakit, gundah, sedih, menangis dan lain-lainnya.
Sebagai negeri yang dikenal dengan gunung api, topografi yang beragam, fenomena cuaca, angin, curah hujan, yang kini sering berubah ekstrim, seyogyanya dalam menata kembali wilayah yang mengalami bencana, dapat memperhatikan aspek-aspek mitigasi, pencegahan atau pengurangan dampak bencana, aspek antisipasi dan solusi ramah bencana, serta sistem terpadu manajemen pengelolaan bencana.
Pembangunan kembali wilayah yang terdampak bencana dapat menjadi titik masuk membangun masyarakat yang tangguh dan responsif bencana serta wilayah ramah dan aman dari bencana.
Pemetaan rawan bencana dan titik -titik krusial perlu dilakukan. Perbaikan lingkungan yang menjadi penyebab lahirnya bencana juga perlu dilakukan. Desain arsitektur dan perencanaan struktur bangunan yang ramah dan tahan bencana perlu dicanangkan dengan baik. Tata ruang wilayah juga perlu menjadi perhatian utama para pemangku kepentingan.
Aspek penting juga perlu diperhatikan dalam proses membangun kembali wilayah bencana adalah pembangunan yang mendidik masyarakat akan pentingnya manajemen bencana secara terpadu. Pengetahuan tentang karakteristik lingkungan mereka, potensi bencana yang mungkin dapat terus ada, dampak yang akan terjadi, strategi mencegah atau mengurangi dampak bencana tersebut dan solusi yang harus dilakukan masyarakat, perlu betul -betul tersampaikan kepada seluruh lapisan masyarakat.
Kita berharap, bencana membawa hikmah dan pembelajaran yang membangkitkan kesadaran kita untuk menata negeri paska bencana secara lebih baik, lebih aman, lebih ramah dan lebih responsif.(*)
Sumber:

