DPRD Kota Makassar
PEMKOT MAKASSAR

Banjir Sumatera dan Batas Tafsir Manusia: Sebuah Refleksi Semiotika Otonom

Banjir Sumatera dan Batas Tafsir Manusia: Sebuah Refleksi Semiotika Otonom

Faisal Hamdan--

Refleksi ini seharusnya mendorong perubahan yang lebih mendasar, penataan ruang tidak boleh lagi berangkat semata dari kepentingan ekonomi, melainkan dari daya dukung ekologis, alih fungsi lahan di wilayah hulu perlu dievaluasi secara ketat berdasarkan dampak jangka panjang, bukan sekadar izin administratif. Pengetahuan lokal dan pembacaan ekologis masyarakat setempat mesti ditempatkan sebagai bagian utama perencanaan, bukan pelengkap.

Selama banjir hanya dipahami sebagai kejadian musiman, kebijakan akan selalu datang terlambat. Namun jika banjir dibaca sebagai tanda yang bekerja secara otonom, maka ia seharusnya menjadi dasar untuk mengubah cara hidup dan cara membangun. Sebab Alam tidak sedang mengancam manusia, ia sedang memaksa kita membaca ulang diri kita sendiri.(*)

Sumber: