Taufan Pawe Kembali Digoyang, NH: Perlu Evaluasi
Ilustrasi Taufan Pawe di Partai Golkar.--Harian Disway Sulsel-Anton--
Pakar Politik Universitas Hasanuddin (Unhas), Sukri Tamma, menilai goncangan kepemimpinan TP merupakan hal yang lumrah menjelang Musda sebuah partai politik. Dia mengatakan, dinamika ini tak hanya dialami oleh TP, tapi NH ketika menjabat ketua Golkar Sulsel juga sempat mengalami hal yang sama.
“Hal-hal seperti ini ya normal kalau di Golkar, kan Pak Nurdin Halid juga mengalami hal yang sama kurang lebih ketika itu. Tapi saya kira memang kalau kita menilai itu goncangan atau tidak, yang jelas bahwa tentu saja parpol seperti Golkar harus melakukan evaluasi terhadap hasil akhir dari Pilkada,” terangnya.
Dekan FISIP Unhas ini mengakui bahwa memang hasil dari agenda-agenda politik seperti Pileg dan Pilkada Serentak ini dapat menjadi indikator penilaian evaluasi terhadap pengurus sebuah partai politik.
“Saya pikir setiap partai politik pasti akan begitu. Setiap selesai event politik pasti ada evaluasi. Bahwa kemudian Pak TP merasa ini adalah sebuah ancaman untuk menggoncang beliau, bisa saja dianggap begitu. Tapi tergantung apakah kinerja yang ditunjukkan memuaskan atau tidak dalam perspektif partai,” jelasnya.
“Jadi saya rasa itu bukan serangan personal kepada Pak Taufan Pawe, itu pernyataan yang harus mengevaluasi pada kinerja yang kebetulan saat ini dipimpin oleh Taufan Pawe,” tukas Guru Besar Unhas ini.
Pengamat Politik Profetik Institut, Asratillah menilai, dinamika di tubuh beringin Sulsel sudah cukup kencang jauh hari.
“Ini kita bisa lacak dari polemik antara gerbong Taufan Pawe dengan Nurdin Halid di beberapa media. Dinamika ini di satu sisi berpotensi memperbesar kapasitas organisasi, tapi di sisi lain jika tidak dikelola baik justru menghambat kerja-kerja mesin partai Golkar di Sulsel,” ucapnya.
Di mana isu evaluasi ini, kata dia, merupakan akumulasi dari tumbangnya Golkar di Pileg, lalu ditambah dengan minimnya dominasi di Pilkada.
“Golkar Sulsel di bawah kepemimpinan TP berhasil menambah 1 kursi di DPRD Provinsi, namun gagal mempertahankan posisi ketua DPRD Provinsi Sulsel. Ditambah lagi dengan gagalnya sejumlah kader Golkar Sulsel yang berada dalam barisan gerbong Taufan Pawe duduk sebagai kepala daerah,” terangnya.
Dia mengatakan, tentu ini menjadi bahan evaluasi bagi beberapa pihak terhadap kepemimpinan seorang TP yang dianggap gagal dalam men-drive mesin Golkar Sulsel, terutama jelang Musda Golkar Sulsel.
“Namun baiknya evaluasi terhadap kinerja TP diserahkan kepada DPP Golkar untuk melakukan penilaian seksama, dengan tetap mempertimbangkan aspirasi pimpinan dari bawah,” sebut Asratilah.
Asratillah menjelaskan saling “menggoncang” dalam konteks partai politik memang sesuatu hal yang lumrah. Kendati, kata dia, Golkar adalah partai yang dewasa dalam mengelola kompetisi dan konflik internalnya.
“Pak TP juga mesti bersiap, menghadapi goncangan dari gerbong lain. Saling menggoyang dalam partai politik merupakan hal lumrah. Tapi bagi saya Golkar adalah partai senior dalam lanskap politik Indonesia, dan punya pengalaman panjang dalam mengelola segala bentuk kompetisi dan konflik di internal,” tandasnya. (REG/F)
Sumber: