Ibu Pertiwi, Tersenyumlah

AM. Jufri -Tenaga Ahli Wamen KPPPA /Tim Pemberdayaan Kegiatan Sinergisitas Antar KL - BNPT Tahun 2017-2024--
Kita sudah memiliki pengalaman bagaimana Ibu Pertiwi "air matanya berlinang" karena bencana alam yang menghancurkan rumah, ladang, dan menghilangkan nyawa, yang semuanya terjadi karena kesalahan dan kecerobohan kita mengelola alam.
Serakahnomics dan ego-system akan membuat kita beradu mulut dan fisik di antara saudara sebangsa. Kita rela menyingkirkan tempat tinggal warga lokal dan kehilangan pengaruh dari wilayahnya dan menjadikannya penonton dari pinggiran di negeri sendiri. Kasus Rempang, jadi contoh. Tangis dan duka mereka, pasti membuat Ibu Pertiwi "lara dan merintih".
Indonesia Maju menuju Indonesia Emas 2045, dapat dicapai bila tiang negara kokoh. Ibu-ibu pertiwi yang bermakna Ibu (perempuan) dikenal sebagai tiang negara karena ditangannyalah kualitas sebuah generasi penerus bangsa terbentuk.
Kita prihatin perempuan pertiwi masih banyak mengalami kekerasan. Pada tahun 2024 terdapat 3.166 kasus kekerasan seksual dan 24.973 perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga (Data Komnas Perempuan, 2024). Pada tahun 2025, ada 15.942 kasus kekerasan terhadap perempuan (Simfoni PPPA, per pekan kedua Agustus 2025). Satu dari empat (24,1%) perempuan usia 15–64 tahun pernah mengalami kekerasan oleh pasangan dan/atau selain pasangan (SPHPN 2024).
Ibu Pertiwi semakin lara dan merintih ketika anak-anak kita, generasi penerus bangsa juga mengalami kekerasan. Satu dari dua anak Indonesia pernah mengalami setidaknya, satu bentuk kekerasan (fisik, emosional, atau seksual). DIperkirakan sekitar 11,5 juta atau 50,78% anak usia 13-17 tahun, pernah mengalami salah satu bentuk kekerasan atau lebih di sepanjang hidupnya. Pada pengalaman yang lebih baru, yaitu dalam 12 bulan terakhir, diperkirakan sebanyak 7,6 juta anak usia 13- 17 tahun atau 33,64% mengalami salah satu bentuk kekerasan atau lebih (SNPHAR 2024). Dalam pemenuhan hak anak, Kids Right Index 2025 menempatkan Indonesia pada peringkat 103 dari 194 negara dengan skor 0,652.
Perempuan dan Anak harus menjadi "prime mover" (pengarustamaan) dalam berbagai kebijakan dan implementasi program pemerintah. Bukan hanya mempastikan perempuan sejahtera dan anak cerdas, akan tetapi budaya ramah (lembut) penuh cinta kasih, tanpa kekerasan perlu ditumbuhkan dan dikembangkan. Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) seperti dikembangkan di Jakarta serta Ruang Bersama Indonesia -RBI (transformasi dari Desa/Kelurahan Ramah Perempuan dan Anak) yang digagas oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak perlu dukungan kita semua. RBI kita harapkan berkembang seiring berkembangnya Program Koperasi Merah Putih dan Program Makan Bergizi Gratis.
Seruan Prabowo dan Tema Kemerdekaan : Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju adalah pesan penting agar seluruh elemen bangsa secara pentahelix (pemerintah, masyarakat, dunia usaha, media, dan akademisi) bergotong royong, berkolaborasi dan bersama membangun negeri.
Ciuman Presiden Prabowo ke Bendera Merah Putih saat akan diserahkan ke Paskibraka untuk dikibarkan pada Upacara HUT Kemerdekaan ke -80, 17 Agustus 2025 kemarin, menandakan komitmen ke Ibu Pertiwi, "Ibu, kami tetap cinta. Putramu yang setia. Menjaga harta pusaka. Untuk nusa dan bangsa".
Sumber: