Pemkot Makassar

Membangun Pabrik Perubahan Negeri

Membangun Pabrik Perubahan Negeri

Andi Muhammad Jufri, M.Si Praktisi Pembangunan Sosial--

 

Kita telah menyaksikan, begitu banyak rakyat tertinggal, tak terperhatikan, hanya karena mereka tidak mendapatkan "bekingan pusat". Seringkali modal sosial yang tumbuh dari "maetro" pemimpin sebelumnya menjadi terbengkalai dan akhirnya redup dan mati suri. Bahkan, bila rakyat jarang dilibatkan dalam pembangunan maka  kesadaran dan pemahaman tentang kondisi lingkungan  wilayah sendiri, cenderung rendah. Akibatnya, muncul sikap acuh tak acuh, bahkan pesimis terhadap kondisi masa depan mereka. Pembangunan akhirnya mungkin dapat memperbaiki raga (fisik), namun jiwa rakyat tidak terbangun. Kita tidak menciptakan barisan yang kuat (persatuan), tetapi justru muncul masyarakat kerumunan. 

 

Kita berharap program "Astacita" atau secara khusus "PHTC" (Program Hasil Terbaik Cepat) seperti Program Koperasi Merah Putih dan Program Makan Bergizi Gratis dapat memperhatikan pendekatan implementasi program secara partisipatif yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan  champion penggerak kegiatan yang ada di  desa/kelurahan titik implementasi program tersebut. 

 

Pemangku Koperasi Merah Putih dan pengurusnya penting melakukan pemetaan secara pro aktif potensi lingkungan fisik dan sosial rakyat, serta berinteraksi intensif dengan champion penggerak pembangunan di wilayah. Koperasi Merah Putih dapat menjadi "pabrik" perubahan kondisi ekonomi rakyat, sekaligus membangun barisan perubahan di bidang ekonomi rakyat dari hulu ke hilir. 

 

 

Program makan bergizi gratis (MBG)  bukan hanya berguna untuk mempastikan gizi anak-anak kita tercukupi, tumbuh sehat, bebas stunting,  dan tercipta generasi unggul, serta menjadi motor penggerak ekonomi rakyat.  Dengan pendekatan partisipatif, progran MBG  dapat menjadi penjahit modal sosial rakyat. Kelompok Peternak dan Kelompok Perikanan dapat menjadi penyuplai daging dan ikan sebagai sumber  protein hewani bagi MBG. Kelompok Tani dan  Kelompok Pekebun dapat menjadi penyuplai sayur mayur dan buah-buahan sebagai sumber vitamin dan protein nabati bagi MBG. Kelompok kuliner dan pembuat kue, dapat menjadi pelengkap makanan tambahan MBG. Mereka yang mahir memasak dapat menjadi tenaga dapur MBG. 

 

 

Kedua contoh Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) di atas, juga dapat menerapkan kebijakan apresiatif kepada kelompok rentan yang rawan tertinggal atau tak terperhatikan. Apalagi Kementrian/Lembaga terkait dapat memanfaatkan PHTC sebagai "pabrik" perubahan berdasarkan isu dan masalah kerawanan yang sedang dihadapi di lokasi implementasi program PHTC. 

 

Misalnya, pemberdayaan para korban penyalahgunaan napza yang selama ini dibina dan diberdayakan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN). Kemudian juga, para mantan pelaku, eks napiter dan penyintas korban terorisme yang selama ini diberdayakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Kelompok disabilitas yang selama ini dibina oleh Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan kebudayaan. Kemudian juga Kelompok Perempuan dan Penyintas Kekerasan yang selama ini dibina oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak. Kelompok korban dan penyintas bencana sosial dan alam binaan Kementerian Sosial. Kelompok minoritas yang menjadi korban diskriminasi dan marginalisasi yang dibina oleh Kementerian Agama. Komunitas adat yang dibina oleh Kementerian Kebudayaan, dan masih banyak lagi individu dan kelompok masyarakat yang perlu perhatian khusus diberi kesempatan prioritas dapat terlibat dan mendapat manfaat dari program PHTC Presiden Prabowo. 

 

Sumber: