Motivasi Kesuksesan Andi Amran Sulaiman: Dari Nol dan Pernah Tidur di Kasur Berjamur
<div align="left"> <p dir="ltr"><strong>diswysulselcom</strong> - Mantan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (AAS), baru-baru ini mengadakan acara buka puasa bersama dengan wartawan dari berbagai perusahaan media, baik online, cetak maupun elektronik. Acara yang dikemas silaturahmi tersebut digelar di gedung AAS Building di Urip Sumoharjo, Kota Makassar.</p> <p dir="ltr">Pada kesempatan tersebut, AAS memberikan motivasi kepada wartawan untuk menjadi lebih sukses. Bagi AAS, tidak ada yang tidak mungkin terjadi selama didukung oleh usaha keras dan keyakinan kepada Sang Pencipta.</p> <p dir="ltr">AAS juga membagikan cerita tentang kariernya yang dimulai dari nol, kemudian berkembang menjadi pengusaha sukses di bawah bendera Tiran Group. Perusahaan tersebut bergerak di berbagai sektor, termasuk industri pertambangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kelautan.</p> <p dir="ltr">Namun, di balik kesuksesannya, AAS juga pernah merasakan pahitnya hidup dalam kemiskinan ekstrem. Dia pernah tidur di tempat yang tidak layak dan makanan serba kekurangan. Bahkan ketika merantau ke Jakarta pada tahun 1995, AAS hanya bermodalkan nekat dan biaya serba kekurangan. Untuk menyambung hidup, dia bahkan harus tidur di masjid.</p> <p dir="ltr">Meskipun demikian, kehidupan AAS perlahan-lahan berubah dengan kegigihannya membangun relasi dan keinginannya untuk sukses. AAS meyakini bahwa kunci kesuksesannya juga tidak lepas dari upayanya terus-menerus bersedekah.</p> <p dir="ltr">"Saya yakin bahwa memuliakan anak yatim piatu dan kaum duafa adalah salah satu kunci sukses. Selama Ramadan ini, kami terus melakukan silaturahmi dengan kaum duafa," katanya dalam buka puasa dikemas silaturahmi bersama awak media, Jumat, (14/4/2023).</p> <p dir="ltr">"Kita hidup ini hanya sekali. Apa yang kita cari kalau bukan ketenangan," tukas Amran pemilik kekayaan ratusan miliar itu.</p> <p dir="ltr">Di sisi lain, AAS juga merasa sedih dengan sumber daya alam di Sulawesi Selatan yang semakin banyak dikuasai oleh orang asing. Padahal, orang-orang di Sulsel cukup mampu mengelola kekayaan alam tersebut. Dia khawatir generasi muda di masa depan akan menjadi hanya penonton jika dikelola pihak asing.</p> <p dir="ltr">Oleh karena itu, AAS mulai mengoptimalkan perusahaan pertambangannya di Sulawesi Tenggara. Dia menegaskan bahwa pengelolaan tambang tersebut tidak melibatkan orang asing. Meskipun ada satu orang dari Jepang yang pernah datang, AAS memutuskan untuk memulangkannya dan mengutamakan pekerja lokal.</p> <p dir="ltr">"Generasi muda kita kedepan jika ini semua dikelola orang luar. Mereka dipastikan hanya jadi penonton," sebutnya.</p> <p dir="ltr">Berangkat dari kegelisahan tersebut, Amran Sulaiman juga mulai mengoptimalkan perusahaan pertambangannya di Sulawesi Tenggara. Dalam pengelolaannya, ia memastikan tidak melibatkan orang asing.</p> <p dir="ltr">"Pernah ada satu orang dari Jepang kalau tidak salah. Lalu saya panggil kemudian dipulangkan. 100 persen saya libatkan (pekerja) lokal," bebernya.</p> <p dir="ltr">Maka dari itu, Amran berharap insan pers yang memiliki peran penting dapat mengedukasi masyarakat dalam menyiarkan informasi. Termasuk mempublikasikan orang-orang yang memiliki bakat dan talenta.</p> </div> <div align="left"> <p dir="ltr">“Kita tahu bahwa wartawan adalah benteng keadilan saat ini. Wartawan memiliki peran penting dalam membantu kita mengenali orang-orang yang membutuhkan bantuan dan mencari solusi terbaik,” ujarnya.</p> </div> <div align="left"> <p dir="ltr">”Saya juga berharap ini bisa memperkuat sinergi dalam memberikan informasi yang akurat dan bermanfaat bagi masyarakat,” imbuhnya***</p> </div> <div align="left"></div> <div align="left"></div>
Sumber: