PB HMI Ingin BEM ATIM Diberi Sanksi, Dampak Persekusi dan Kekerasan Verbal ke Kohati Makassar
<strong>diswaysulsel.com, MAKASSAR </strong>- Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) mengecam tindakan persekusi dan ancaman kekerasan verbal yang dilakukan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Kampus ATIM terhadap peserta dialog hari pendidikan nasional yang diselenggaralan Kohati HmI. Wasekjen PB HMI, Andi Muh Muslih Rijal ingin para pelaku persekusi dan pemberi ancaman kekerasan verbal terhadap para peserta dialog Kohati segera ditindaki. “Minimal pihak kampus memberi sanksi terhadap para pelaku,” ujar Andi Muh Muslih Rijal, Minggu (5/5/2024). Andi Muh Muslih Rijal menerangkan bahwa apa yang dilakukan para pelaku sangat jauh dari sifat dan karakter mahasiswa. “Seharusnya mereka mensupport kegiatan yang dilakukan Kohati. Bukan malah melakukan persekusi dan memberi ancaman kekerasan verbal. Kan para pelaku adalah pengurus lembaga mahasiswa,” terangnya. “Belum lagi salah satu pelaku menyebut HMI sebagai organisasi illegal. Itu kan aneh, sekelas pengurus lembaga berkata demikian,” sambungnya. Alumni dari kampus UMI tersebut juga mengatakan, secara kelembagaan HMI tidak menerima sikap dan tindakan para pelaku yang berasal dari BEM ATIM. “Kita lihat saja besok, apakah pihak kampus memberi sanksi ke mereka. Jika tidak, kami akan menempuh jalur hukum,” tegasnya. Sama halnya dengan Andi Muh Muslih Rijal, Ketua Bidang Hukum, Pertahanan dan Keamanan PB HMI, Rifyan Ridwan Saleh juga mengatakan para pelaku wajib diberi sanksi. “Apa yang para pelaku katakan soal HMI adalah organisasi illegal adalah hal yang keliru. Sebab tak hanya HMI, organisasi lain pun diperbolehkan masuk kampus sebagaimana aturan dari Permenristekdikti Nomor 55 tahun 2018,” ungkap Rifyan. Diketahui, aksi persekusi yang dilakukan BEM ATIM terhadap para peserta dialog Kohati HMI terjadi pada Jumat (3/5/2024) di salah satu pelataran Kampus ATIM. Dialog yang diadakan Kohati Komisariat ATIM bersama Kohati Ekonomi UMI dalam rangka memperingati hari pendidikan nasional. Namun kegiatan dialog tersebut terhenti akibat persekusi dan ancaman kekerasan verbal yang dilakukan BEM Atim. Para peserta yang didominasi perempuan merasa shock dan ketakutan atas tindakan dari BEM ATIM.
Sumber: