"UMKM yang sudah terbentuk, juga akan kurang peminat akibat dari lorong yang sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Lorong-lorong dulunya dicat untuk memperindah agar memiliki daya tarik, akan menjadi lorong kumuh tanpa ada perawatan ke depannya," tutur Syamsuddin.
Dia berharap pemerintah segera memberikan kejelasan mengenai keberlanjutan program ini. Diharapkan, pemerintahan yang baru dapat melihat potensi besar Lorong Wisata sebagai bagian dari pembangunan ekonomi berbasis komunitas yang tidak hanya menguntungkan bagi pariwisata, tetapi juga untuk pemberdayaan masyarakat lokal.
Dengan banyaknya manfaat yang dirasakan oleh masyarakat, Lorong Wisata menjadi contoh sukses pariwisata berbasis pemberdayaan yang bisa dijadikan model untuk daerah lain di Makassar maupun Indonesia. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa program ini dapat terus berjalan dan berkembang ke depannya.