Kiev Terkepung

Sabtu 26-02-2022,08:05 WIB
Reporter : admin
Editor : admin

<!-- wp:paragraph --> <p><em>Oleh : Dahlan Iskan</em></p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p><strong>Diswaysulsel.com</strong> - “Boleh saya telepon?” tanya saya pada orang di Kiev, ibu kota Ukraina, kemarin petang.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>“Boleh. Tapi saya lagi rapat,” katanya.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Lho kan lagi perang. Kok lagi rapat? Rapat apa? Hahahaaaa…,” tanya saya lagi.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>“Gak tahu ini. Mungkin bahas strategi perang hahaha,” jawabnya lagi.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Saya paham. Ia menolak untuk diwawancara. Mungkin karena posisinya yang sulit.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>“Lagi rapat?” tanya saya.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>“Hahaha…. Tidak. Memangnya saya ini siapa kok di hari perang begini masih rapat,” jawabnya.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Syukurlah, ia masih bisa tertawa. Berarti saya bisa ikut gembira. Warga Indonesia di Ukraina selamat semua.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Tidak banyak. Hanya sekitar 100 orang. Yang 70-an sudah kumpul di kedutaan RI di Kiev.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Saat saya lagi bicara, ia memutuskan pembicaraan: “nah, itu, terdengar lagi suara dentuman,” katanya.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>“Seberapa dekat suara itu?” tanya saya.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>“Agak jauh. Tapi suaranya menggelegar bulat. Agak ngebass. Pertanda yang meledak cukup besar,” katanya.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Ini pukul 17.30 WIB kemarin sore. Sejak pagi suara seperti itu terdengar beberapa kali.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>“Lebih lima kali,” katanya. Ada yang terasa agak dekat, ada juga yang terasa sangat jauh.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>“Dibanding Kamis kemarin ledakan hari ini tambah banyak atau berkurang?” tanya saya.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>“Hari ini lebih banyak. Bunyi sirine juga lebih banyak,” katanya.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Seperti juga ledakan, bunyi sirine itu ada yang di kejauhan ada juga di posisi yang lebih dekat.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Rupanya beginilah perang modern. Sasarannya terarah. Jatuhnya bom juga sudah diatur. Dikendalikan oleh komputer. Jarak jauh. Kian tepat sasaran.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>“Serangan hari pertama, Kamis, sukses mencapai semua sasaran,” ujar juru bicara pemerintah pusat Rusia.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>“Kita berhasil menembak jatuh pesawat tempur Rusia dan 14 helikopternya,” ujar juru bicara Ukraina.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Kita sulit memercayai keduanya. Sudah menjadi bagian dari doktrin perang: harus memublikasikan kisah sukses –untuk mengangkat moral prajurit di medan perang.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Kalau perlu dilebih-lebihkan. Atau diada-adakan. Menurut Menhan Rusia, di hari pertama itu sebanyak 74 fasilitas militer berhasil dihancurkan.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Di seluruh Ukraina. Ditambah 11 pangkalan angkatan udaranya. Jumlah serangan yang dilancarkan, sehari itu, 203 kali.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Sedang menurut Presiden Ukraina, 137 orang Ukraina tewas di hari pertama –termasuk penduduk sipil.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Itu terjadi karena pesawat tempur Rusia berhasil ditembak, lalu jatuh ke perkampungan penduduk. Tidak dijelaskan apakah pesawat itu berawak atau tidak.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Sehari kemarin keadaan Kiev juga lebih sepi. Kendaraan umum tidak ada yang beroperasi. Jalan-jalan sepi.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Kiev sudah semakin terkepung. Pasukan Rusia merangsek dari tiga arah: Timur (Donbas), selatan (Krimea), dan utara (Belarusia). Yang dari arah utara tinggal sekitar 30 Km lagi.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Bahkan kawasan nuklir Chernobyl sudah dikuasai Rusia. Tentu Rusia hafal banget jalur-jalur di kawasan itu –karena bekas wilayahnya.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Tujuan akhir Rusia adalah memaksa pemerintahan berganti. Presiden Ukraina yang sekarang, dianggap hanya boneka Amerika Serikat.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Itu tecermin dari pidato Vladimir Putin saat memproklamasikan perang Rabu lalu. Pidato itu ditujukan ke rakyat Rusia, ke negara-negara anggota NATO, ke tentara Ukraina, dan ke Amerika Serikat.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Kepada rakyat Rusia Putin mengatakan serangan itu untuk mempertahankan kedaulatan Rusia yang sedang terancam.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Kian tahun ancaman itu kian nyata karena NATO kian merangsek ke timur.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Kepada NATO, Putin memperingatkan, bahwa Rusia siap ambil tindakan yang belum pernah terjadi dalam sejarah. Maksudnya: kalau NATO membela Ukraina tahu sendiri akibatnya.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Kepada tentara Ukraina, Putin minta agar segera meninggalkan pos-pos penjagaan dan meletakkan senjata.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>“Kalian harus membela rakyat Ukraina, bukan membela pemerintahan yang melakukan pembunuhan besar-besaran pada orang Ukraina sendiri”.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Maksudnya: penumpasan pada kaum separatis di Donbas sejak 2014 adalah pembunuhan pada bangsa sendiri.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Bagian yang paling panjang adalah yang ditujukan kepada Amerika Serikat. Putin mengatakan: sudah 8 tahun Rusia menahan diri melihat sikap Amerika yang tidak tunduk pada hukum internasional.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Ia pun mengungkit-ungkit lagi serangan Amerika ke Iraq, ke Libya, ke Syria. Ia ungkit pula soal serbuk putih yang dijadikan alasan menyerang Iraq.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Serbuk itu dikatakan sebagai senjata biologis yang telah dikembangkan Iraq. Itu bagian dari kebohongan yang dilakukan Amerika.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Di bagian ini pidato Putin seperti rangkuman serangkaian serangan militer Amerika ke berbagai negara.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Maka, Rusia pun menempuh cara yang sama. Ia minta persetujuan parlemen, bukan untuk perang, tapi untuk menggunakan militer di luar negeri.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Putin juga mendeklarasikan bukan perang tapi “melakukan serangan militer khusus” ke sasaran-sasaran tertentu di Ukraina.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Pokoknya tahapan yang pernah dilakukan Amerika, dilakukan oleh Rusia. Termasuk alasan untuk “mempertahankan kedaulatan negara yang sedang terancam”.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Sudah dua hari serangan dilakukan Rusia ke sasaran militer Ukraina. Tinggal mengepung ibu kota Kiev. Lalu menangkap presiden Ukraina, seperti Amerika menangkap Presiden Iraq dan Presiden Libya.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Presiden Ukraina tahu itu. Ia diingatkan untuk itu. Tapi Volodymyr Oleksandrovych Zelenskyy tetap bertahan di Kiev.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Ia tidak mau melarikan diri –sementara ini. Keluarganya dikatakan juga masih di Ukraina –tidak disebutkan di mana.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Tegakah Amerika melihat Zelenskyy dijadikan seperti Saddam Husein atau Muamar Qadhafi?</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Rusia, sebagai sahabat Iraq dan Libya, tidak berbuat banyak saat Amerika melakukan itu. Mungkin itulah yang diungkit Putin sebagai bagian dari “masa delapan tahun menahan diri”.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Saya bisa merasakan betapa terjepit Zelenskyy sekarang ini. Terutama melihat sikap negara-negara Barat yang masih sebatas “mengecam keras” serangan Rusia itu.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Saya pun menelepon Prof Dr Effendi Gazali, ahli komunikasi yang tidak mau lagi dipanggil profesor itu.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Saya pikir ia lagi di Kiev, mengajar di sana. Ternyata sejak diangkat sebagai pengajar di universitas paling besar di sana ia belum pernah ke sana lagi. Masih pandemi.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Prof Effendi Gazali pernah menyebut nama universitas yang mengangkatnya itu. Tapi saya lupa namanya.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>“Baca sendiri saja,” katanya sambil mengirim copy surat pengangkatannya.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Saya pun membaca lagi surat pengangkatan itu: hahaha, saya tetap tidak tahu apa namanya. Menurut Effendi, nama Indonesia sangat dikenal di Ukraina.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>“Orang-orang tua di sana bisa menyanyikan lagu Rayuan Pulau Kelapa,” katanya.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Itu karena di zaman Bung Karno lagu itu diajarkan kepada anak-anak. Terutama untuk menyambut setiap kedatangan Bung Karno ke sana.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Ia juga mengatakan: yang pertama mengakui kemerdekaan Indonesia memang Mesir, tapi orang Ukraina-lah yang pertama membawa persoalan Indonesia sebagai agenda di PBB.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Dari orang yang saya hubungi di Kiev, terlihat juga ada tiga orang Tionghoa, ibu-ibu, yang ikut mengungsi ke KBRI.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Kalau pun terjadi perang, di kota Kiev banyak tempat perlindungan bawah tanah.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Stasiun-stasiun kereta bawah tanah difungsikan sekalian untuk bunker. Terdapat ruang-ruang besar di stasiun itu yang bisa untuk umum.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Ukraina kini sudah melewati musim salju. Udara memang masih dingin, sekitar 5 derajat, tapi tidak lagi beku.</p> <!-- /wp:paragraph --> <!-- wp:paragraph --> <p>Kiev kini menghadapi situasi terburuk sejak tahun 1942 –ketika pasukan Nazi memasuki kota itu dari Jerman. Nazi ternyata tidak mati-mati. (disway)</p> <!-- /wp:paragraph -->

Tags :
Kategori :

Terkait

Terpopuler